10. Antibiotik: Love Me, Hate Me. (finale)

413 17 5
                                    

Aku terbangun dengan kacau. Maksudku, mama baru saja menyeretku ke kamar mandi untuk bersiap-siap, sebelum aku tidak sengaja menginjak ekor Daisy yang melingkar di dekat kamar mandi. Dan kucing mungil itu dengan buas mencakar kakiku. Bahkan saat aku akan mengangkatnya untuk meminta maaf ia mengacungkan cakarnya dengan galak ke arah wajahku, membuatku tidak sengaja melemparnya ke depan pintu, dan sekali lagi, membuat kucing itu membenciku.

Ough, semalam Elly, sekarang Daisy. Cukup sudah...!

"Glooo.. mobilnya sudah siap! Ayo, sarapan di mobil saja..!" mama berteriak, saat aku memasangkan arloji ke tanganku. 

"Okayy!" dan saat itulah aku melewati kamar Elly. Langkahku otomatis berhenti, memandangi pintu kamarnya.

Apa kami akan berpisah seperti ini? Elly akan kembali dengan pesawat pagi, dan ayah juga sedang mempersiapkan semuanya. Sementara aku akan memakai mobil lainnya bersama mama. Kami akan berpisah lagi. 

Aku ingin sekali menanyakan tentang kejadian semalam. Elly memukulku tepat saat ia pulang dinner bersama Dion. Aku pasti melakukan sesuatu yang membuatnya marah. Apakah Dion memberitahunya bahwa aku menggodanya?

Atau bahwa aku menyukai Dion? 

Bagaimanapun, kedua opsi itu, atau opsi lainnya, cukup menyakiti Elly hingga ia memukulku. Elly bukan tipe yang akan memukul adiknya sendiri.. maksudku, dia pernah memukulku saat kami bertengkar tentang kado ulang tahunnya dan aku tidak sengaja merusak boneka porselennya. Tapi itu dulu sekali, saat kami masih di sekolah dasar.

Aku ingin menemuinya,..

Kriett...

Pintu Elly terbuka. Aku merasa nafasku hanya sampai tenggorokan, dan kakiku mati rasa. Otakku tidak berfungsi normal, dan hanya memandanginya yang juga terdiam memandangiku.

Kami seperti dua mumi yang beku di Arktik.

Masih membeku, aku melihat tangan Elly bergerak terulur kepadaku. Dan sedetik kemudian kurasakan kepalanya di pundakku. Elly sedang memelukku.

"Maafkan, aku Glory,.. maaf.. aku tidak bermaksud.. semalam.." ia bergetar, dan aku tahu ia menangis. Air matanya terasa hangat merembes melalui kaosku.

Elly terisak, masih belum melepaskanku, dan masih belum mengangkat kepalanya dari pundakku.

Dan aku tahu aku begitu menyayanginya.

Aku menyayangi kakakku, dan apapun yang membuatnya memukulku tadi malam pastilah sesuatu yang kulakukan dengan sangat jahat. 

Menyukai kekasihnya adalah hal terjahat yang kulakukan padanya.

Aku mengutuk diriku sendiri di dalam hati. Dan aku tahu, aku ikut menangis bersamanya. Sama-sama tidak mengerti apa yang  harus dikatakan, apa yang harus dilakukan.

"Maafkan aku, Elly,.."

Ia langsung melepaskan pelukannya, memandangi wajahku sebentar sebelum tertawa. "Gadis bodoh.. jangan minta maaf padaku. Aku yang seharusnya minta maaf padamu.. Dengar, kau bisa membalasku," ia berhenti sebentar, "tapi kumohon jangan membalasku saat ini. aku sedang kacau, kau tahu,.. kami putus dan tanpa sadar aku menumpahkannya padamu. dan bagian terburuknya, aku akan kembali pagi ini. tanpa sempat memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan, tidak, maksudku, aku yang seharusnya memberi penjelasan.."

Elly masih menggumam ketika aku membalas memeluknya.

"Entahlah El,.. aku minta maaf bila aku melakukan hal yang jahat padamu. Tapi sebelum kau kembali, aku harus memberitahumu bahwa aku menyayangimu. Aku merindukanmu saat kau tidak ada.."

AntibiotikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang