fakta

596 75 8
                                    



Yoongi suka hujan. Baginya, hujan bisa meredam isak tangisnya yang lara, bau tanah basah yang tercampur rintikan air selalu menenangkan pikirannya yang kacau. 

Baginya, suara berisik air di atap rumah menjadi melodi yang paling ia sukai, karena berisiknya hujan tidak akan pernah menganggu isi hatinya yang telah rapuh.

Telunjuk kecilnya bergerak pelan di atas embun yang menempel di pintu kaca balkon kamar. Selalu seperti itu. Ketika rintikan air mulai turun dari langit untuk membasahi bumi, Yoongi akan menempatkan dirinya di depan sana, lalu air matanya meresak keluar.

Kenapa hidupku begini?, ucap Yoongi dalam hati.

Hidupnya tidak pernah bahagia sedari ia keluar dari perut seorang wanita dan seharusnya Yoongi sudah terbiasa akan hal itu. Tapi, tidak. Selelah apapun Yoongi, ia tetap berharap bahwa Tuhan akan mendatangkan waktu bahagianya. Ia sudah menderita sejak kecil. 

Tidakkah Tuhan mengasihaninya?

Yoongi sebatang kara, awalnya. Beruntung ia ditemukan di depan toko musik usang oleh ibu-ibu pemilik panti. Yoongi kecil menggigil dengan isak tangis yang semakin lama semakin lemah. Imunnya tidak bagus karena faktanya, ia lahir prematur.

'Siapapun yang menemukan bayi ini, bisakah kau menjaganya sepenuh hatimu? Bayi ini keluar saat usia kandunganku masih 7 bulan. Imunnya buruk dan aku tidak sanggup menghidupinya.'

Isi surat 15 tahun lalu.

Panti kita adalah panti kecil. Kalau kau terus menggunakan uang bulanan untuk membeli obat Yoongi, bagaimana kau mau menghidupi anak lainnya? Donatur panti ini hanya satu. Itupun jumlah uang yang dikasih tidak banyak. Jadi, bisakah kau berhenti memperdulikan anak prematur itu?!

Yoongi tidak sengaja mendengar obrolan serius dua pengurus panti saat ia akan menuju dapur untuk makan siang. Ia tak menampik hatinya sakit sekali mendengar penuturan ibu pengurus. 

Esoknya, Yoongi pergi diam-diam dari tempat yang sudah ia anggap sebagai rumah hangatnya. Setidaknya, ia tidak ingin menjadi beban untuk orang lain.

Yoongi mencoba mencari pekerjaan, karena bagaimanapun ia butuh uang untuk mencari tempat tinggal. Ia menjadi buruh di salah satu toko perlengkapan, saat selesai, ia menuju kedai kecil lalu beralih profesi menjadi kasir. Tak peduli meskipun upahnya tidak banyak, setidaknya ia memegang uang untuk ditabung sementara sampai terkumpul banyak dan bisa menyewa flat kecil untuk tempat tidur.

Pada hari ketiga, Yoongi dipecat. Seorang karyawan menuduhnya mencuri barang berharga di toko. Tentu saja Yoongi membela diri, tapi apa yang akan kau lakukan jika orang yang menuduhmu adalah tangan kanan si pemilik. Lagi lagi, ia pasrah.

Yoongi memutuskan mengajukan beasiswa pada sekolah yang diinginkan. Karena sekeras apapun ia bekerja, uangnya tidak akan cukup untuk membayar sekolah.

Sepertinya kata sial adalah nama tengah Yoongi. Ia menjadi korban bullying di sekolah. Cih, lebih baik antar pesanan pelanggan saja daripada menginjakkan kaki kotormu di sekolah ini. Begitu kata mereka.

Yoongi benci. Benci hidupnya, benci sekolahannya, juga benci dengan anak sekelas bernama Park Jimin yang selalu membullynya.

Terlebih, Yoongi benci Kim Taehyung. Seseorang yang begitu baik padanya yang tanpa izin membuat Yoongi menaruh rasa pada ketua kelas tersebut. Tapi, sadar Yoongi bukan dari kasta tertinggi. Tidak akan pantas bersanding dengan donatur terbesar sekolah ini.

Yoongi total benci dirinya sendiri.



To be continued..

d e r n [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang