k i l l

490 66 10
                                    

Semenjak 'Yoongi' berubah, Taehyung dapat menilai dari sisi yang berbeda. Jika 'Yoongi' yang sebelumnya Taehyung nilai sebagai orang yang lemah lembut, tidak banyak bicara, dan tersenyum sewajarnya. Kini 'Yoongi' menjadi sosok yang menurutnya berani dan bebas. Tidak akan segan mengekspresikan perasaannya dan tidak akan berpikir dua kali untuk bertindak agresif jika memang seseorang memancing amarahnya. 

Taehyung iri dengan 'Yoongi' yang saat ini, sungguh. Jika saja Taehyung memiliki pendirian yang bebas seperti itu, sudah dipastikan ia akan menjadi anak pemberontak. Ia pasti akan menjadi laki-laki yang berani membantah perkataan sang ayah. Tentu bukan untuk sesuatu hal buruk. Hanya saja Taehyung ingin hidup sesuai dengan apa yang hatinya inginkan, bukan berdiri kaku seperti robot yang dikendalikan oleh mesin.

Taehyung tertawa miris. Hidupnya monoton. Tentu sebelum ia berteman dengan Yoongi. Hidupnya seperti sudah ditentukan sedari kecil. Ayah Kim menetapkan peraturan untuk Taehyung di rumah. Pertemanannya dibatasi, kemanapun ia melangkah akan selalu ada berpasang-pasang mata mengawasi. Bahkan cita-cita yang seharusnya setiap individu bebas memilih, sudah ditetapkan.

Inginnya membantah dan mengeluarkan semua pendapatnya pada sang ayah. Tapi, sekali lagi. Hak manusia untuk bebas berpendapat sepertinya juga tidak ia dapatkan.

"Ibu, aku lelah". Monolog Taehyung pada bulan yang menggantung apik di langit malam sana. Seolah mengadu betapa mirisnya ia menjalani hidup di bawah kediktatoran sang ayah.

Sejuknya udara malam membawa pikirannya berkelana, kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Yoongi.

Saat itu awal musim dingin. Taehyung tidak sengaja melihat seseorang meringkuk seperti anak kecil di depan toko musik yang sudah tutup. Kepalanya ditenggelamkan di antara kedua lutut, memeluk tubuh kecilnya begitu erat berharap udara musim dingin tidak masuk dari sela-sela kaosnya yang tipis.

Taehyung melangkah tanpa ragu lalu menepuk pelan bahu gemetar si kecil. "Kau, oke? Ini sangat dingin. Kenapa tidak pulang ke rumah?"

Taehyung tak menyangka akan mendapat senyum kecil, juga sorot mata penuh keputusasaan. "Aku… tidak punya rumah."

Taehyung juga tak menyangka bahwa pertemuan pertamanya dengan Yoongi akan berdampak begitu besar bagi hidupnya yang monoton.

***

"Aku ingin kembali ke sekolah, Suga-ya."

"Dan melihatmu membiarkan Jimin menindasmu? Tidak, hyung. Tidak lagi!" 

Yoongi tersenyum. Kedua tangannya masih sibuk meracik masakan sebagai bahan makan malam. "Satu kali saja, oke? Aku.. Merindukan Taehyung yang berisik."

Suga menghela nafas panjang. Hampir tiga minggu ia tinggal dengan sang kakak, membuatnya menjadi tahu bahwa Yoongi sedikit keras kepala. Percuma saja jika tidak diijinkan, Yoongi akan tetap melakukan apa yang menjadi kemauannya sendiri.

"Oke, satu kali dan tidak akan kuizinkan kalau kau meminta lagi lain hari."

Kepalanya ia tolehkan dimana Suga tengah menonton televisi dengan binar mata disertai senyum gusi yang sukses membuat Suga ikut menyimpulkan senyum. Hyungnya memang sangat manis, pantas Taehyung menyukainya.

Ah, Suga melupakan fakta bahwa dirinya kloningan Yoongi yang artinya keduanya memiliki senyum gusi terbaik di dunia.

"Oh besok aku izin ke Daegu, ya hyung?"

***


Taehyung seperti orang linglung. Berpikir keras sembari menatap manusia lucu yang kini duduk di depannya. Keduanya sedang berada di kantin dan Taehyung masih belum menyentuh makanannya sedikitpun. Karena, sejak pagi tadi ia dibuat bingung oleh manusia itu.

"Kau benar Yoongi, kan?"

Katakanlah Taehyung sudah lama tidak melihat Yoongi tertawa. Tubuhnya memberikan reaksi sedikit berlebihan saat melihat Yoongi yang terkekeh menanggapi pertanyaan konyolnya.

"Apa ada yang salah dengan wajahku, Taehyungie?"

Jantungnya berdetak abnormal. Panggilan itu sebabnya. "Aku tidak operasi plastik, jadi aku benar Yoongi temanmu hehehe"

Taehyung tidak menghitung seberapa banyak ia terkejut hari ini. Ia bahkan sempat berpikir apakah Yoongi kesurupan hantu baik dan jahat? Kenapa berubahnya cepat sekali? 

Pertama, sebelum bel masuk pelajaran pertama. Yoongi menghampiri meja dimana Taehyung duduk di dalam kelas lalu mengucap selamat pagi padanya disertai senyuman manis yang selalu ia harapkan akan selalu terukir di bibir tipis Yoongi.

Kedua, saat Jimin dengan sengaja menyenggol bahunya. Yoongi dengan halus tersenyum dan berkata, "Jalan masih luas, Jimin-ah. Kurasa kedua netramu masih normal untuk melihat, kan?". Jawaban ironi tanpa ada amarah.

Ketiga, Yoongi banyak sekali tersenyum hari ini.

Terlepas dari sikap 'Yoongi' beberapa minggu ini, Taehyung total menyukai Yoonginya yang sekarang.

"Aku tidak tau apa yang membuatmu berubah secepat orang membalikkan telapak tangan. Tapi, bisakah kau seperti ini terus, Gi? Aku suka melihatmu tersenyum begitu."

Yoongi menatap Taehyung lembut dengan senyum yang masih betah ia sematkan. 

"Aku tidak bisa berjanji. Dan jika esok hari kau mendapati sikapku yang berbeda, jangan menjauh ya, Taehyung. Karena sesungguhnya orang itu butuh seseorang seperti dirimu."

Taehyung diam. Sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan makhluk kecil favoritnya itu.

Orang itu?

***

Taehyung membelalakkan matanya. Beberapa menit lalu ia mencari Yoongi karena saat Taehyung meminta Yoongi untuk menunggunya di depan kamar mandi, laki-laki kecil itu hilang.

Ia mencari ke semua sudut lingkungan sekolah sampai akhirnya ia melihat Yoongi di belakang sekolah. Berniat menghampiri si kecil lalu mengajaknya kembali ke kelas, tapi langkahnya terhenti beberapa meter di belakang.

"A-apa yang kau lakukan, Gi?"

Suaranya gemetar. Sosok di depannya menoleh terkejut akan kedatangan Taehyung. Setetes air mata berhasil lolos dari netra sipitnya.

Disana. Di depan pohon besar tua, Park Jimin tergeletak dengan mata terpejam dan penuh darah.

"A-aku… aku membunuhnya, Taehyung."




To be continued...

Waktuku lagi longgar sekali dan mumpung idenya lancar, jadi mau update aja. Terimakasih ya, sudah menyempatkan untuk membaca cerita yang jauh dari kata keren ini hehe :D

d e r n [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang