Taehyung menatap sendu paras sembab dengan senyum tipis yang terukir di bibir tipis seorang Yoongi. Keduanya duduk berhadap-hadapan dengan kaca sebagai penghalang. Iya, Taehyung sedang mengunjungi Yoongi di penjara.
Beberapa hari lalu, Yoongi telak dijatuhi hukuman seumur hidup. Pengakuan Yoongi sebagai tersangka pembunuhan sudah lebih dari cukup untuk dijadikan bukti. Sebelum Yoongi benar-benar keluar dari ruangan persidangan untuk dibawa ke sel, ibu dari Park Jimin menghampirinya dengan air mata yang mengalir di pipi.
"Sehebat apa kau sampai berani membunuh anakku?!"
Tamparan di pipi kiri itu begitu keras, seolah menyalurkan rasa marah dan putus asa akan kehilangan anak semata wayangnya. Yoongi hanya menunduk pasrah meskipun rasa panas dan nyeri menjalar di pipi gembilnya yang memerah.
Lagipula, siapa orang tua yang akan diam saja saat kehilangan anaknya. Dia pasti akan melakukan apapun untuk membalas dendam.
"Kau bisa mengajukan banding, Yoongi!"
Yoongi hanya tersenyum menanggapi kalimat Taehyung. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat paras rupawan di depannya yang Yoongi pikir tengah merencanakan segala skenario untuk membebaskan Yoongi dari sini.
"Yoongi, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Tanya saja, Tae. Sebelum waktu kunjung selesai."
"Pelaku sesungguhnya ... apa itu memang dirimu atau kembaranmu Suga?"
Yoongi tersenyum. Perkiraannya benar. Suga pasti akan menemui Taehyung dan menjelaskan apa yang sedang terjadi belakangan ini.
"Jangan curiga padanya, Taehyung. Karena nyatanya memang bukan dia. Suga pergi ke Daegu hari itu, bilang ada sesuatu yang ingin dilakukannya."
"Jadi, kau... benar-benar membunuhnya?"
Alarm berbunyi tanpa sempat menjawab, menandakan bahwa waktu kunjung telah selesai. Sebelum Taehyung benar-benar meninggalkan tempat itu, ia berbicara dengan sendu.
"Jangan bebankan dirimu atas perbuatan orang lain, Gi. Jangan menanggung beban dari perbuatan orang lain. Kau pantas bahagia. Kau tau itu, 'kan? Jangan terlalu peduli pada orang lain sampai kau lupa bagaimana cara membahagiakan dirimu sendiri."
***
Taehyung nyaris frustasi. Ini sudah hampir sebulan dari ditetapkannya Yoongi sebagai tersangka, dan Taehyung sama sekali belum menemui titik terang. Sejak terakhir kali mengunjungi Yoongi tiga minggu lalu, ia diam-diam mencari bukti lain tanpa sepengetahuan sang ayah. Taehyung tahu ayahnya pasti melarang. Oleh karena itu, Taehyung tidak ingin rencana kali ini gagal.
Hasil tes DNA dari pisau yang ditemukan polisi dan disimpan sebagai barang bukti menunjukkan bahwa hanya ada DNA milik Jimin dan Yoongi.
Dirinya juga sempat bertanya kepada teman-teman di sekolah, mungkin ada saksi mata saat kejadian itu berlangsung.
Tapi, nihil. Tidak ada saksi mata di hari itu.
Kepalanya berdenyut nyeri. Hubungannya dengan Suga juga tak berjalan baik. Mereka berdua sempat bertengkar hebat perkara Taehyung dengan frontal menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan yang sembunyi dibalik Yoongi.
"Jujur saja, Suga! Kau yang membunuh Jimin, kan? Kau muak dengan segala tingkah sok penguasanya Jimin yang selalu merisak Yoongi. Tapi Yoongi yang baik hati tidak ingin dunia tau bahwa kau pelakunya, dan memilih mengorbankan dirinya sendiri di penjara!"
"JAGA BICARAMU, BRENGSEK! Jangan asal menuduh kalau tidak tau kebenarannya!"
"Lalu, apa lagi? Siapa lagi yang berurusan dengan Jimin jika bukan Yoongi dan dirimu? Kau selalu ingin balas dendam ketika Jimin merisakmu di sekolah! Kau hampir mendorongnya jatuh ke sungai saat diam-diam mengikutinya sepulang sekolah. Kau juga hampir membuatnya tertabrak mobil jika aku tidak ada di sana untuk mencegahmu melakukan semua itu!-
-Lalu, dengan semua bukti itu, kau harap aku berpikir seperti apa, hah?!"
Suga berteriak frustasi. Ia mengambil sebuah vas bunga di meja kecil apartemennya, lalu melemparkannya ke sembarang arah.
"BUKAN AKU YANG MEMBUNUH JIMIN! SAAT ITU AKU DI DAEGU UNTUK MENGUNJUNGI PANTI ASUHAN YOONGI!-
Suga terduduk lemas dengan kedua tangan menjambak rambutnya.
-aku... aku juga tidak tau kenapa Yoongi membunuh Jimin..." ucapnya lirih, membuat Taehyung berdiri kaku memandang Suga yang mulai menangis.
"....Aku pergi ke panti asuhan. Memberikan santunan untuk semua anak yatim piatu di sana atas nama Yoongi. Membuktikan bahwa Yoongi bukanlah beban. Yoongi hyung adalah orang baik. Dia tidak pantas mendapat tatapan remeh dari siapapun, termasuk pengurus panti yang dulu menyia-nyiakannya.-
Dan Taehyung tidak sanggup mengeluarkan suara untuk mendebat Suga.
-bukan aku, Taehyung. Bukan kami berdua yang membunuh Jimin. Mungkin, mungkin ada orang lain dibalik ini semua. Iya, 'kan, Tae? Pasti ada orang lain, 'kan? Bukan kami! Yoongi hyung bukan orang seperti itu!"
Amarah dalam diri Taehyung seakan menguap saat ia melihat Suga mulai tertawa-tawa dan membenturkan kepalanya pada ujung meja. Ia bergerak maju dan mendekap erat Suga yang segera berontak dalam peluknya. Lalu, mengatakan beribu maaf karena telah melakukan hal bodoh beberapa menit lalu sehingga memicu traumanya kembali.
"Aku gagal. Aku gagal melindungi Yoongi hyung. Aku bukan adik yang baik. Aku bukan anak yang baik, hahaha. Aku selalu membuat susah orang tuaku dan juga hyungku, hahaha. Aku bodoh!"
"Aku janji. Aku janji akan menemukan pelaku sebenarnya, Suga!"
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
d e r n [COMPLETE]
Mystery / Thriller[secret, hidden, dark, concealed; it can also refer to 'hidden' feelings] manusia pasti punya rahasianya masing-masing, kan? -taegi. #13 Taegi #3 Taegi #1 Taegi