f a l l i n ?

540 76 6
                                    



"Berhenti mengikutiku, brengsek!"

Banyak siswa berlalu lalang di koridor saat jam istirahat. Tidak sedikit juga dari mereka yang berbisik-bisik membicarakan dirinya yang sedang berjalan dengan langkah lebar dan terlihat kesal, berusaha menghindar dari seseorang yang mengejarnya.

Yoongi tak peduli dan berusaha menulikan telinganya dari panggilan seseorang di belakang. Langkah kakinya dipercepat saat dirasa orang di belakangnya berlari untuk menggapai pergelangan tangan Yoongi, tapi seseorang yang mengikutinya sejak tadi tak sedikitpun mengindahkan ucapan Yoongi dan terus saja berusaha mendapatkannya.

"Bisakah kau mendengarkanku kali ini, Min Yoongi!", ucapnya lantang yang sukses membuat Yoongi berhenti. Beruntung keduanya sudah belok ke arah gudang yang tak ada siapapun disana. 

Yoongi tertawa remeh, "Ketua kelas sialan!"

"Sudut bibirmu luka dan mengeluarkan darah, harus diobati! Dan, bisakah kau berhenti membalas semua perlakuan Jimin? Kau sudah dapat satu peringatan dari kepala sekolah akan mencabut beasiswamu!"

Tubuh kecil itu sepenuhnya menghadap belakang dimana Taehyung juga berhenti beberapa meter disana, "Maksudmu, aku harus membiarkan diriku babak belur karena dihajar Jimin hanya untuk mempertahankan beasiswaku, heh?"

"Sakit! Kau sakit, Kim Taehyung!"

"KAU YANG SAKIT, MIN YOONGI! APA YANG TERJADI PADAMU?!"

Yoongi terdiam melihat Taehyung marah dan membentaknya seperti itu. Pasalnya, Taehyung bukanlah orang yang mudah emosi dan tidak akan menaikkan volume suaranya sekesal apapun dia. Taehyung bukan orang yang seperti itu, terlebih pada si anak pendiam yang mampu mencuri perhatiannya dua tahun lalu, Min Yoongi.

"...dan sejak kapan kau punya luka di pergelangan tanganmu? Aku tidak tau kau pernah melakukan percobaan bunuh diri, Gi—

—bisakah, bisakah kau bertahan demi aku? Setidaknya, jika tidak ada yang menjadi tujuanmu, bisakah kau menjadikan aku sebagai sesuatu yang bisa membuatmu aman, Gi?"

Yoongi total bungkam.



BYURRR

Tawa keras seorang Park Jimin terdengar dari lantai 2. Terlihat begitu puas setelah dengan kurang ajarnya menyiramkan seember air bekas pel lantai ke arah Yoongi yang baru saja melangkahkan kakinya dari lobi. 

"Itu untuk pukulanmu tadi siang, sialan! Berani-beraninya membalas pukulanku!"

Tangan di kedua sisi tubuhnya terkepal, "Bajingan itu!"

Sekilas senyum miring tercetak di sudut bibirnya. Yoongi memilih berjalan menuju area dimana beberapa mobil mewah terparkir disana, mengabaikan seluruh tubuh yang total basah. Tangan putih pucatnya sudah mengeluarkan cutter dan siap menggores rover Jimin yang terlihat begitu mengkilap, sebelum pergelangan tangannya dihentikan oleh seseorang.

"Jangan! Kau akan terkena masalah lagi nanti. Lebih baik pulang dan bersihkan dirimu!" Dan siapa Yoongi yang berani mengabaikan kalimat seseorang yang tanpa ragu memeluknya ketika ia menangis setelah perdebatan keduanya di belakang gudang sekolah istirahat tadi.

"Kim Taehyung brengsek!"



"Kau mau berdiri di situ terus sampai kakimu lumpuh?" Taehyung tersenyum kecil, "Terlalu kasar, Gi."

"Aku tidak peduli. Pulanglah! Kau benar-benar merepotkan!" Sungut Yoongi.

Iya, Taehyung masih berada di depan apartemen Yoongi sejak mengantarnya pulang sekolah. Tentu disertai ketidaksetujuan Yoongi, tapi Kim Taehyung tetaplah Kim Taehyung dengan sifat keras kepalanya. 

"Tidak mau berterimakasih karena sudah mengantarmu pulang?"

"Aku tidak minta. Jadi, pulang sebelum kutendang perutmu!" Taehyung terkekeh, berpikir betapa lucunya seorang Min Yoongi saat ini. "Apa yang membuatmu berubah?"

Yoongi menautkan alisnya bingung, "Apa maksudmu?"

"Aku mengenalmu bukan hanya sehari, Gi. Kita bersama selama lebih dari dua tahun."

"Tidak. Kau yang menempeliku. Jadi, lebih baik kau pulang. Aku muak melihat wajahmu!" Lagi lagi, Taehyung tersenyum melihat punggung kecil itu perlahan menghilang di balik pintu apartemen kecil yang ditutup begitu kasar. Punggung kecil yang sarat akan kerapuhan. Punggung kecil yang mencoba bertahan di balik kata pasrah. Punggung kecil yang begitu kokoh menahan semua beban. Juga, punggung kecil yang ingin sekali Taehyung rengkuh.

"Kau berubah terlalu cepat, Gi."



"Jadi, kau jatuh cinta padanya, kan?"

Tas sekolahnya ia lempar tepat di samping orang yang baru saja berbicara. Tatapan nyalangnya seolah berkata bahwa yang dikatakan orang itu tidak benar. 

"Aku tidak! Berhenti menuduhku seperti itu, sial! Seharusnya kau berterima kasih karena aku membantumu!"

Orang di depannya tersenyum simpul. Beranjak dari tempatnya berdiri lalu berjalan pelan ke arah jendela yang tertutupi gorden putih, melihat ke arah dimana punggung Taehyung perlahan menjauh.

"Aku tidak pernah memintanya. Kau yang datang sendiri—" Telunjuknya bermain acak seakan-akan ia bisa menggapai laki-laki di luar. 

"—Taehyung memang seindah itu untuk diabaikan, kan? Pada akhirnya kau akan benar-benar masuk dalam pesonanya. Dan aku tidak akan melarangmu untuk menaruh rasa padanya. Karena mau bagaimanapun, kenyataannya aku tidak akan pernah bisa bersamanya. Jadi, bisakah kau jaga dia untukku?"



To be continued...

d e r n [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang