Eunseo tersenyum melihat Juyeon sudah berganti pakaian yang lebih nyaman untuk wawancara. Dia mempersilahkan Juyeon duduk di tengah ruangan, di mana kamera sudah siap merekamnya sedangkan Eunseo duduk di belakang kamera.
"Santai saja. Kami bisa mengeditnya nanti, jadi gunakan saja waktumu untuk berpikir" nasihat perempuan itu.
Juyeon menatapnya, memberikan sebuah pertanyaan melalui tatapan itu. Eunseo tersenyum, terlebih dahulu mendekati Juyeon dan mengulurkan tangannya.
"Lama tidak berjumpa, Juy..."
Juyeon terpaku, melihat semua orang memperhatikan mereka penasaran. Dia melihat Eunseo tampak tidak keberatan akan hal itu, sangat berbeda dengan dia yang dilanda panik saat ini.
Eunseo masih membiarkan tangannya terulur di antara dia dan Juyeon, menantikan pria itu menyambut uluran tangannya.
"...ya, lama tidak berjumpa...Yeon" Eunseo tersenyum puas ketika Juyeon menyambut uluran tangannya itu dan sedikit meremasnya karena dilanda panik.
"Masih kikuk seperti biasa" komentar Eunseo setelah menyudahi acara jabat tangan mereka. "Dan, namaku Eunseo sekarang" tambahnya lalu kembali ke tempatnya.
Juyeon menghela nafas panjang, berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak pernah berubah jika dia dekat dengan Eunseo.
Luda yang memperhatikan sejak tadi mendekati dua anggota timnya yang bersiap. "Juyeon menyukai Eunseo" bisiknya.
Minhyuk menoleh, "Benarkah?" tanyanya melihat Juyeon yang sudah siap. "Kupikir karena dia gugup saja"
"Ya, ini wawancara solo pertamanya sejak sekian lama" tambah Mingyu, menyenggol lengan Luda agar bekerja.
Luda memasang wajah protes dan berkata pelan. "Tidak, insting perempuan selalu benar"
....
Setelah melakukan wawancara yang memakan waktu hampir setengah hari, akhirnya mereka selesai dan memutuskan makan siang terlebih dahulu sebelum bersiap untuk pemotretan selanjutnya.
Juyeon melirik Eunseo yang sibuk dengan catatannya, berdiskusi dengan anggota divisinya di sisi lain ruangan. Perempuan itu masih tidak berubah akan cita-citanya, dan dia semakin terlihat profesional saja.
Tapi mengapa ekspresi matanya tidak lagi sehidup dulu?
Dia sepertinya harus bertanya pada Soobin sepupunya jika dia mengetahui sesuatu. Lagipula, setelah kejadian itu, Juyeon tidak lagi ingin mendengar kabar tentang Eunseo meskipun Soobin kuliah di tempat yang sama dengannya dan berhubungan baik dengan Eunseo.
Ah, jika dipikir-pikir lagi, Soobin pernah berkata bahwa Eunseo memutus hubungannya dengan semua orang saat dia masih kuliah.
Terjadi sesuatu.
"Pantas saja dia menawarkanmu, rupanya dia teman lamamu" kata Sangyeon tampak puas akan hari ini.
"Dia bahkan bisa memahamimu dengan baik" tambah Chanhee yang juga tampak puas.
Juyeon tersenyum tipis, menggigit bibir bawahnya yang terasa kering saat ini. Dia melirik lagi Eunseo yang sudah selesai berdiskusi dan pamit pada tiga anggota divisinya lalu melangkah ke arahnya.
"Juy, maaf. Aku harus pergi sekarang" pamit Eunseo dengan wajah menyesalnya.
Juyeon menggeleng. "Tidak apa. Terima kasih untuk hari ini"
Eunseo menepuk bahu tegap Juyeon. "Semangat. Denganku, kau akan dikenal baik oleh semua orang mulai saat ini"
Ucapan yang sama yang Eunseo katakan setiap Juyeon merasa ragu akan pilihannya menggantikan Eunseo di pementasan drama di tahun akhir SMA mereka.
....
Setiap sepulang sekolah atau di hari libur, Eunseo dan Juyeon akan bertemu dan melakukan pelatihan untuk Juyeon. Di depan semua orang, Eunseo lah yang pemeran utama. Mereka tidak tau tentang ide Eunseo.
Sengaja perempuan itu merahasiakannya karena dia ingin membuat semua orang terkejut nantinya. Dan juga, dia tidak ingin Juyeon terlalu banyak tekanan jika banyak yang tau.
"Kau tau? Bagi kalian, mungkin aku dan sebagian orang yang kalian anggap 'bagus' itu adalah pemeran utama kehidupan ini. Tapi sebenarnya, kita semua pemeran utama di kehidupan masing-masing"
Juyeon menoleh ketika Eunseo tiba-tiba berkata itu.
"Bukan karena kalian tidak memiliki bakat seperti kami, tapi kalian memiliki bakat masing-masing yang akan membuat kalian unggul" tambah Eunseo.
"Dan aku suka ketika melihat tatapan berbinar semua orang ketika melakukan hal yang menjadi kehebatan mereka"
"Karena itu kau masuk klub teater?" tanya Juyeon pelan.
Eunseo diam, tersenyum pahit.
"...ya. Aku ingin menunjukkan dan mendorong semua orang melalui penampilanku"
"Tapi sepertinya aku sudah lelah dengan semua ini" bisik Eunseo yang tidak didengar Juyeon.
.
.
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Juyeon | Waktu
РазноеWaktu di tempatnya seakan berhenti. Di antara kerumunan orang itu, dia hanya berdiri memberikan tatapan kehampaan