"Kau akan melakukannya?" tanya Sangyeon dengan sedikit khawatir. Setelah menerima telpon dari majalah GENERATION Z, keempat pria itu duduk dengan tiga model yang sudah dekat seperti saudara itu duduk bersama dan Juyeon berada di tengah, Sangyeon duduk di hadapan mereka bertiga dengan tenang.
Juyeon meremas kedua tangannya, melirik Younghoon yang memberikan senyuman tipis, dan Hyunjae juga menepuk bahunya berulang kali. Mereka mengatakan bahwa mereka mendukung apapun keputusan Juyeon melalui perbuatan mereka itu.
"...baiklah" putus Juyeon kemudian.
Sangyeon menghela nafas, namun dia tidak protes. Dia juga sudah lama ingin menonjolkan Juyeon yang selalu bersembunyi di balik dua saudaranya. Bukan karena ingin, tapi karena opini semua orang terhadapnya hanya karena satu kesalahan di masa lalu.
Sedangkan Hyunjae dan Younghoon memeluk Juyeon dari kedua sisi. Juyeon menerima pelukan itu dengan perasaan gugup.
....
Luda tersenyum canggung, sedangkan dua pria bersamanya langsung pamit dengan alasan ingin memasang kamera dan semacamnya.
Chanhee, atau biasa dikenal sebagai New dan bertanggung jawab atas penampilan Juyeon di pemotretan ini sibuk melihat pakaian yang sudah dia pilih untuk Juyeon, memastikan ada yang tidak tertinggal.
"Kalian bisa mempersiapkan diri terlebih dahulu" pinta Luda dengan senyum canggung ketika dia melihat jam tangannya.
"Dan naskah wawancaranya?" tanya Sangyeon berusaha terlihat santai meski dia sedikit terganggu dan berpikir betapa tidak profesionalnya tim ini.
"Ah, yang akan mewawancarai belum datang, jadi untuk saat ini, kita akan fokus pada pemotretan" jelas Luda diakhiri dengan senyum canggung.
Sangyeon dan New yang mendengarnya tampak ingin protes, namun ditahan oleh Juyeon. Dia sudah diberikan kesempatan sekali lagi saja sudah bersyukur, jadi dia tidak berharap lebih dari ini juga.
Akhirnya, Juyeon melakukan pemotretan terlebih dahulu dengan menggunakan seragam balapnya, untuk menunjukkan sisi dia satunya selain menjadi model. Mingyu dengan cekatan mengambil tiap foto, dan Minhyuk membantu mengarahkan gaya untuk Juyeon.
"Selanjutnya kita akan merekam untuk video promosi" ucap Luda setelah dirasa mereka mendapatkan cukup banyak foto.
Juyeon mengangguk kemudian dengan serius mendengarkan pengarahan Minhyuk dan Mingyu sedangkan Luda sibuk dengan hp nya.
"Apa kita tidak ditipu?" bisik New pada Sangyeon. Pria itu tidak mengatakan apapun dan hanya fokus memperhatikan Juyeon yang tampak bersemangat saat ini.
"Kita lihat saja nanti"
Pemotretan berlanjut. Juyeon awalnya melihat ke atas, kemudian secara perlahan melihat ke arah kamera dengan tatapan tajam. Namun dia segera kehilangan fokus ketika melihat seorang perempuan berdiri di belakang Mingyu.
"Cut!" teriak Minhyuk kurang menyukai hasil akhir Juyeon.
"Dia terkejut karenaku" kata Eunseo yang baru datang lalu melambaikan tangannya pada Juyeon.
Dengan kaku Juyeon ikut melambaikan tangan. "Kalian lanjutkan saja, kita akan melakukan wawancara di ruang sebelah" kata Eunseo tenang.
Dia menjabat tangan Sangyeon dan New dengan sopan. "Maaf atas keterlambatannya, saya ketua divisi ini, Son Eunseo"
"Ah, tidak masalah" balas Sangyeon.
"Kita bisa bahas pertanyaan untuk wawancara nanti sekarang?" tanya Eunseo sopan. Sangyeon mengangguk setuju. Diikuti Luda, tiga orang itu pergi meninggalkan ruang pemotretan dengan tenang.
Juyeon yang tadi tidak fokus dan terus memperhatikan Eunseo hingga perempuan itu pergi menyentuh dada sebelah kirinya, di mana jantungnya berdetak kencang sampai saat ini.
....
"Bagaimana jika kau saja yang melakukannya?" tanya Eunseo.
"Aku?" tanya Juyeon menatap ragu Eunseo dan buku naskah di tangannya.
Kelas mereka akan mengadakan pementasan drama. Seperti sebelum-sebelumnya, Eunseo akan menjadi karakter utama pria karena semua orang menganggap dia paling cocok dengan peran itu meskipun dia seorang perempuan.
Namun sepertinya Eunseo memiliki pemikiran lain. Dia justru meminta Juyeon melakukannya?
Juyeon yang dikenal sebagai pemurung itu?
"Namamu juga Juyeon. Seperti namamu, kau bisa menjadi pemeran utama juga" jelas Eunseo tenang lalu mendorong buku naskah ke dada Juyeon cukup kuat.
Semua orang mengira Juyeon adalah orang yang susah diajak bicara. Padahal sebenarnya dia lebih sering berpikir dulu akibat apa yang akan dikatakannya nanti. Dia takut menyakiti perasaan orang lain dengan ucapannya. Sebenarnya, karena itu pula dia lebih pemurung.
Orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Tepat sebelum itu, Juyeon mengatakan sesuatu yang sangat menyakiti hati kedua orangtuanya. Ingin minta maaf, mereka justru telah pergi meninggalkannya seorang diri.
Sebab itu Juyeon menjadi pemurung dan banyak diam jika diajak bicara. Dia juga tinggal bersama sepupunya, Choi Soobin yang masih kelas satu saat ini.
Juyeon meremas buku naskah itu, menatap Eunseo yang tampak percaya diri di hadapannya. "Akan kubuat kau menjadi pemeran utama selanjutnya" katanya.
.
.
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Juyeon | Waktu
AcakWaktu di tempatnya seakan berhenti. Di antara kerumunan orang itu, dia hanya berdiri memberikan tatapan kehampaan