1. Vella Pemiliknya?

15 3 1
                                    

Happy reading 💜💜

-o0o-

Hujan rintik-rintik kembali mengguyur bumi setelah beberapa jam lalu hujan deras disertai petir membuat malam begitu mencekam. Cewek yang sudah bersiap merebahkan tubuh dan memejamkan mata, menyambut mimpi indah, harus rela menunda acara istirahat malamnya.

Vella, cewek itu mengambil jaket oversized miliknya dengan mulut komat-kamit menyumpah serapahi Dito yang tiba-tiba menelpon, memintanya segera ke taman dekat rumah. Jika bukan karena Dito berucap,"kalau lo gak segera dateng, Melvin bisa mati!"  Vella tak akan mau repot-repot mengunjungi taman di tengah gerimis seperti ini.

Dia memakai jaket dengan tergesa-gesa, rambut panjangnya dibiarkannya terurai. Setelah dirasa penampilannya cukup menarik, Vella keluar kamar. Jangan berfikir jika Vella melupakan penampilannya karena terburu-buru. Apapun keadaannya, bagi Vella, penampilan harus nomor satu.

Tangannya sudah memegang gagang pintu utama, tinggal membukanya, tetapi suara yang baru masuk ke pendengarannya mampu membuat Vella mengurungkan niatnya membuka pintu.

"Ngapain malem-malem keluar? Mau melayani om-om?"

Vella berusaha mengabaikan ucapan yang sangat menghina harga dirinya, dia tidak mau terpancing emosi dan melupakan niatnya untuk memenuhi permintaan Dito. Cewek dengan jaket pink besar itu masih setia berdiri didepan pintu, membelakangi seseorang yang tengah bersedekap dada menatapnya dengan sinis.

"Pantes, sih, Melvin tergila-gila sama lo. Murahan banget ya, lo, sampai mau ngasih badan lo ke dia."

Tangan Vella mencekam erat gagang pintu, dia memejamkan matanya sejenak, mengatur emosinya. Jangan sampai dirinya terbawa emosi dan membuat perempuan iblis itu senang karena berhasil memancing amarahnya.

Tanpa membalas ucapan hina itu, Vella berlalu, meninggalkan seseorang yang berdiri melotot karena ucapannya sama sekali tidak digubris.

Jaket pink tebal berukuran oversized yang dipakai Vella tak mampu mengurangi rasa dingin yang dia rasakan. Dari paha hingga jari kakinya seolah-olah tak tertutupi sehelai kain, karena celana juga baju tidur yang ia gunakan, sama sekali tak berguna, tetap saja Vella masih kedinginan. Baju tidur bergambar Mickey Mouse dilapisi jaket pink mendadak tidak berguna di waktu ini.

Vella berjalan pelan, sendirian, ditengah rintik-rintik hujan. Cewek itu heran, ini belum larut malam, masih pukul setengah delapan, tetapi sudah sepi seperti ini. Dia jadi merinding, takut-takut cewek cantik seperti dirinya ini digoda, masih mending jika yang menggoda makhluk hidup, bagaimana jika makhluk tak kasat mata?

Sedikit lagi ia akan sampai di taman. Taman yang dimaksud Dito memang tidak jauh dari letak rumahnya, jadi dia memutuskan berjalan kaki. Cewek itu mengumpat karena panggilan masuk yang membuat ponselnya berbunyi dan membuat dirinya kaget setengah mati. Vella langsung mengangkat setelah membaca nama si penelpon yang ternyata adalah si penyebab kenapa dirinya disini.

"Kenapa, lagi, sih, To? Gue nggak nyangka, ya, sama lo. Tega banget lo nyuruh gue ke taman, malem-malem begini, hujan lagi. Harusnya lo jemput gue, dong, biar gue juga nyaman. Nggak kayak gini! Merinding nih gue!"

"Haduhh lo juga harus tanggung jawab ya, Vell. Kuping gue sakit dengerin mulut mercon lo itu!"

"Enak aja lo ngatain gue sembarangan! Udah sekarang lo jemput gue! Harus pake mobil, ya! Awas aja lo jemput pake mo—aduhh ...." Hp Vella terjatuh. Dia menganga melihat sisi celana tidurnya sedikit basah terkena cipratan air kotor yang menggenang di jalanan yang berlubang, dan penyebabnya adalah segerombolan motor yang baru saja melintasi dirinya.

Rumit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang