6. Selalu Seperti Ini

5 1 0
                                    

Happy reading 💜💜

-o0o-

SMA Merah Putih termasuk salah satu sekolah ternama. Kebanyakan siswa-siswi yang bersekolah disini dari kalangan tengah hingga atas. SMA ini juga tempatnya siswa-siswi pintar, dan sekolah yang sudah berdiri sejak lama ini juga jarang terlihat tertimpa kasus buruk.

SMA Merah Putih juga termasuk sekolah favorit, sekolah yang banyak diminati karena siswa-siswinya pandai dan juga terkenal berwajah tampan juga cantik. Tak heran jika sekolahan ini sangat besar. Halaman luas, ruang kelas yang nyaman, ber-AC, perpustakaan besar, kamar mandi banyak, juga terdapat dua kantin. Kantin utama berada di gedung barat, dan kantin kecil yang berada di dekat taman belakang, biasanya kantin kecil ini sering dihuni anak-anak berandalan dan digunakan nongkrong-nongkrong saat ada jamkos.

Dan sekarang, kantin utama benar-benar sangat penuh karena anak cowok kelas 12 yang biasanya kebanyakan memilih di kantin kecil tiba-tiba sudah bergerombolan memenuhi meja kantin utama. Alasannya satu, mereka kepo dengan kelima anak baru kelas 11 itu.

"Kita makan di kelas aja, yuk! Gak enak makan desak-desakan gini, ih." Alisa terus saja membujuk ketiga sahabatnya untuk beralih menyantap makanannya di kelas. Bukan apa-apa, Alisa hanya risih dan tidak selera jika makan di kantin karena saking banyaknya murid membuat kantin ini menjadi beraroma busuk. Oke, itu sangat berlebihan, anggap saja beraroma tidak enak karena keringat banyaknya murid bercampur menjadi satu.

"Udah nikmatin aja kenapa, sih, Sa? Anggep aja kita lagi makan di planet Pluto," sahut Sandra, dia sudah bosan melihat Alisa rewel seperti ini.

"Lo si enak, San. Gue nih gak—"

"Enak kaki lo copot?! Lo gak lihat gue juga makan disini? Terus enaknya itu dari segi mana, Maimunah?!"

"Yaudah gak usah ngegas, dong. Mending lo cariin garem buat gue."

Mereka tidak kaget mengapa tiba-tiba Alisa meminta dicarikan garam. Itu sudah biasa. Yang membuat Sandra juga Vella ternganga ialah berani-beraninya Alisa meminta Sandra mencarikannya garam disaat Sandra sedang menikmati makan siangnya. Alisa belum tau aja Sandra jika sudah emosi seremnya gak nulung.

"Berani-beraninya, ya, lo nyuruh-nyuruh gue? Lo pikir gue pembantu lo? Gue jadiin tempe penyet mampus lo," geram Sandra.

"Halah lo mah emang gitu. Mana pernah coba lo nolongin gue?"

"Bodo amat!"

Alisa berdecak sebal. Dia butuh garam. Bagaimanapun, juga ia harus mendapatkan garam. Alisa memang begitu, jika memilih membeli bakso, berarti harus sedia garam. Cewek itu penyuka asin akut.

"Vell, cariin garem, dong. Lo, kan, sahabat gue." Sekarang gantian Vella yang akan direpotkan Alisa.

Vella yang sedang fokus dengan nasi goreng dihadapannya seketika menoleh, menatap Alisa dengan lirikan sinis. "Lo nyuruh?"

"Minta tolong, Flavella. Tolong cariin garem, gue udah dari tadi tanya-tanya, eh, malah nggak ditanggepin."

Vella mengangguk. Cewek itu memang begitu. Jika ada yang meminta bantuannya tanpa menyertakan kata tolong, jangan harap dia mau repot-repot membantu.

"Guys, minta garam, dong," ucap Vella sedikit teriak. Dia sudah berdiri, tetapi masih di tempat duduknya. Matanya berkelana mencari seseorang yang bersedia memberinya kotak berisi garam. Dikantin utama ini hanya menyediakan empat kotak garam, dan keempat garam itu biasanya terdapat di meja kantin, ntah dimeja yang mana.

"Vell."

Vella menoleh ke sumber suara, bahkan bukan hanya Vella, tetapi hampir semua siswi perempuan yang tadi memfokuskan perhatiannya pada Vella.

Rumit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang