Happy reading 💜💜
-o0o-
Sudah satu jam Vella hanya bermalas-malasan di kamarnya. Tidak ada niatan keluar kamar. Dia terlalu malas melakukan aktivitas. Vella hanya sibuk dengan ponselnya, ntah bermain game, ber-selfie ria, hingga membalas DM cowok-cowok ganteng yang minta berkenalan karena terlalu bingung mau melakukan apa lagi.
Padahal ada PR yang belum dikerjakannya, tetapi cewek itu masih bisa-bisanya mengatakan bingung mau melakukan apa.
Matanya berkeliling mengamati sudut kamar, mencari sesuatu yang dapat ia manfaatkan untuk mengatasi rasa bosan, hingga manik matanya menangkap bingkai foto yang bertengger manis pada meja kecil di sisi ranjang.
Bukan. Itu bukan benda yang bisa menghilangkan rasa bosan Vella. Namun entah mengapa, dia malah mengambil bingkai foto yang sudah lama diabadikan itu. Langkahnya bergerak menuju balkon, membuka pintu yang menjadi sekat antara kamar dengan balkon.
Dia mengamati pigura yang berada ditangannya. Jemarinya mengusap tepat di foto wanita paruh baya yang terhalang dengan kaca.
Tanpa sadar, Vella meneteskan air matanya. Dia rindu mamanya, wanita paruh baya yang berada di foto ialah mamanya. Wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh cinta, tetapi sayang, sekarang wanita itu tidak lagi bisa merawat dan membesarkan Vella. Beliau hanya bisa melihat dan mendoakan anak gadisnya dari atas sana.
Ibu dan anak itu berpisah sudah tujuh tahun lamanya. Namun, luka di hati sang anak belum juga sembuh hingga sekarang. Seolah terdapat ribuan paku yang menancap didalam hati Vella, ketika dia yang masih berusia delapan tahun harus menyaksikan mamanya yang tergeletak di lift dengan tubuh bersimbah darah.
Satu Minggu setelah kepergian mamanya, Vella nyaris meninggal bunuh diri jika papanya tidak tepat waktu menyelamatkan anak tunggalnya itu dari benda tajam yang digunakan untuk percobaan bunuh diri.
Vella semakin terisak disaat reka ulang kejadian tujuh tahun lalu kembali menghantui dirinya. Kejadian dimana dia merengek meminta ditemani pergi ke kantor sang papa yang tanpa diketahui membawa ajal untuk Dahlia, sang mama.
"Mama apa kabar?"
"Vella kangen sama Mama."
"Vella pengen dipeluk Mama lagi."
Runtuh sudah kekuatan Vella. Tubuhnya merosot, ambruk di pagar pembatas, terduduk di dinginnya lantai, seolah sudah tidak kuat menopang tubuh hingga luka yang terus dibiarkan terbuka seiring berjalannya waktu.
Dipeluknya pigura berisi foto yang memperlihatkan keluarga kecil yang terlihat sangat berbahagia. Disana ada Hendrawan, Dahlia juga Vella kecil yang saling berpelukan dan tersenyum lebar ke arah kamera
"Mama tau? Papa sekarang udah punya pengganti Mama. Dia jahat. Dia gak kayak Mama yang selalu sayang aku. Dia pura-pura baik sama aku, Ma. Aku pengen ikut Mama." Vella memegang dadanya, menahan sesak yang menyeruak di dalam hatinya.
"Apalagi Anggita. Mama tau Anggita? Aku benci sama dia, Ma. Dia selalu merebut perhatian papa. Dia mau ambil Papa dari aku." Air mata Vella menetes tanpa bisa dia kendalikan. Dia bercerita dengan mamanya lewat pigura yang sedang dia peluk. Walaupun tau sang mama tidak bisa membalas ceritanya, Vella tetap bercerita tanpa henti, sesekali mengusap air mata.
Selama ini dia bersembunyi dibalik wajahnya yang selalu ceria. Seolah tidak mempunyai beban, dia selalu memperlihatkan tawanya, menipu semua orang yang menganggapnya kuat. Andai mereka tau, serapuh apa Vella saat memori buruk itu terus dipaksa berputar di dalam ingatannya, pasti mereka akan menertawakan Vella yang sok terlihat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit!
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Flavella Loviana, murid cantik yang selalu menjadi bahan nyinyiran seantero sekolah, juga mendapat julukan artis KW karena dianggap sengaja menutupi hubungan asmaranya dengan murid tampan bernama Melvin, sudah mirip seperti par...