3. Penghalang

7 2 0
                                    

Happy reading 💜💜

-o0o-

Malam ini terasa sangat dingin dari malam-malam sebelumnya, cuaca sedang bersahabat, tidak ada hujan maupun gerimis seperti malam-malam kemarin. Walaupun tidak turun hujan, tetapi rasa dingin begitu menusuk. Bulan bersinar terang, menerangi dua manusia yang sedang berjalan santai di trotoar.

"Kak, beli martabak manis, yuk!" Kirana antusias menggandeng tangan Chiko menuju gerobak penjual martabak manis juga martabak telur yang ada di pinggir jalan.

Chiko menurut, tugasnya sekarang menjadi bodyguard juga kakak untuk Kirana yang notabennya adalah adik dari Arka, dan sekalian modus-modus dikit. Sebelum berpamitan pergi jalan-jalan masih di kawasan sekitar markas, Arka berpesan untuk selalu menuruti apapun jajanan yang ingin Kirana beli. Keempat sahabat Arka sudah menganggap Kirana adiknya sendiri. Kirana yang sudah berusia 15 tahun pun tidak risih diperlakukan sangat manja dengan para sahabat kakaknya, dia malah senang.

Setelah Chiko memesankan rasa martabak yang Kirana inginkan, mereka berdua duduk di kursi plastik 3R3 yang sudah disediakan. Karena banyaknya pembeli, membuat mereka berdua harus mengantri sedikit lama.

Kirana yang lupa tidak membawa ponsel miliknya pun hanya bisa melihat-lihat sekeliling untuk mengatasi rasa bosannya. Dia beranjak, berniat melihat cara penjual ini membuat martabak manis, tetapi niatnya langsung ia urungkan saat matanya tak sengaja melihat ada orang yang dikenalnya juga sedang duduk, sama dengan dirinya, sedang mengantri mungkin.

Kirana menghampiri dan menepuk pelan bahu orang itu, "Kak Vella ... ini bener Kak Vella, kan?" tanyanya memastikan, takut salah orang dan berakhir memalukan dirinya sendiri.

"Eh ... Kirana? Pacarnya Dewa, kan, ya?" Vella ingat, ini Kirana, cewek SMP kelas sembilan yang dulu pernah dia bantu untuk menjadi pacarnya Dewa. Dewa sendiri adalah sepupu Alisa—sahabatnya Vella, itu sebabnya Vella cukup kenal dengan Dewa.

"Ih kakak ...." Kirana menanggapi dengan tersenyum malu. "Kenapa harus diomongin, malu tau aku."

Vella tertawa melihat wajah Kirana yang cemberut. Mereka berdua sudah seperti sahabat dekat, walau umur mereka berbeda beberapa tahun.

"Lo kesini sama siapa, Na?" tanya Vella. Yang Vella tau, Kirana ini tidak pernah keluar malam sendirian, dia pernah bilang, kalo dia takut keluar malam seorang diri. Setiap ada keperluan yang mengharuskan Kirana keluar di malam hari pasti dia memilih mengajak siapapun untuk menemaninya.

"Aku sama Kak Chiko, temennya kakak aku," jawab Kirana sambil menunjuk Chiko yang sekarang terlihat sedang berbicara dengan seseorang. Kirana tidak dapat melihatnya, karena posisi seseorang itu membelakanginya. "Kak Chiko! Sini!"

Chiko menoleh, dan seseorang tadi juga ikut menoleh. Ohh, dia Juno.

"Kak Chiko, Kak Juno, sini!"

Mereka berdua akhirnya memilih menghampiri Kirana. Mata Chiko seketika langsung fokus dengan cewek di sebelah adik sahabatnya ini.

Rambut lurus, panjang berwarna hitam. Muka kalem, body bagus. Dia terlihat mengenakan kemeja besar bermotif warna abu-abu dengan rompi merah rajut motif bunga dipadukan rok ala korea berwarna hitam yang panjangnya jauh diatas lutut, cocok buat Chiko jadikan pacar yang entah nomor ke berapa.

Kirana jadi malu sendiri dengan kelakuan sahabat kakaknya ini. Dia yang melihat raut wajah Vella yang terlihat tidak nyaman karena terus dipandangi Chiko pun angkat suara, "Kak Chiko! Jangan diliatin terus Kak Vella-nya."

Tadi cowok bernama Chiko yang melihatnya tanpa berkedip, sekarang cowok yang satunya juga ikut memandang. Memang menjadi cewek cantik itu susah sekali, ya, Vell?

Rumit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang