2. Resmi Dikeluarkan

11 2 0
                                    

Happy reading 💜💜

-o0o-

Disaat seperti ini, waktu terasa berjalan sangat lambat. Entah benar atau tidak, disaat sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, waktu terasa sangat lambat, tetapi tidak bagi si pintar dan si rajin. Hanya murid-murid pemalas yang menganggap waktu terasa lama. Ke sekolah hanya sekedar mampir, dan pulang dengan tidak membawa ilmu, kebanyakan murid pemalas ya seperti itu. Juno contohnya.

Cowok itu menguap. Entah sudah berapa kali dia menguap.  Juno baru sempat tidur pukul tiga dini hari setelah dirinya bisa benar-benar bebas dari rombongan manusia sialan yang ingin menghabisinya.

Juno, si pemimpin gila, si raja dalam berkelahi. Cowok itu ahlinya jika urusan tawuran. Walaupun begitu, Juno adalah manusia biasa yang tidak selalu beruntung, seperti tadi malam. Disaat dia sedang sendirian, gerombolan manusia sialan itu datang, dan langsung menyerangnya, jelas saja Juno yang sedang sendirian kewalahan. Dia mencoba melarikan diri, beruntung disaat seperti itu motornya tidak mendadak kehabisan bensin.

Alhasil dia baru bisa lolos setelah meminta bantuan para sahabatnya, sahabat-sahabatnya itu memang cerdik mengecoh lawan.

"Woi! Cewek!" Juno mencolek lengan cewek yang duduk di depannya, membuat cewek itu berbalik.

"Kenapa?" tanyanya berbisik, takut guru yang sedang mengajar mendengarnya.

"Pinjem kaca!"

"Kaca apa, sih?"

"Yang biasa digunain cewek-cewek ngaca! Udah cepet pinjem!"

"Itu cermin! Gue nggak bawa! Pinjem yang lainnya aja!" Cewek itu berbalik lagi, pura-pura fokus mendengarkan penjelasan yang diterangkan guru.

Juno berdecak. Dia menarik-narik rambut si cewek tadi dengan kesal. "Cepet cariin kaca!"

Juno tersenyum puas ketika si cewek yang tidak dia ketahui namanya, sibuk memanggil-manggil cewek lainnya. Mungkin temannya, Juno tidak tahu. Cowok itu belum terlalu kenal dengan cewek-cewek di kelas, jangankan kenal, namanya siapa saja Juno terkadang lupa.

Setelah mendapat cermin yang entah milik siapa, Juno langsung bercermin. Meneliti wajahnya yang babak belur akibat semalam. Dia meringis ketika tangan sialannya tak sengaja memencet lebam di sudut bibir. Bagi Juno, ini belum seberapa. Babak belur adalah kata yang tidak pernah jauh-jauh dari cowok itu.

"Permisi, Pak. Maaf mengganggu waktu mengajar. Saya hanya mau menyampaikan pesan dari Bapak kepala sekolah. Juno, Arka, Chiko, Bima, dan Hengki diminta menghadap beliau sekarang juga."

-o0o-

"Sudah berapa kali saya mengingatkan?! Kenapa kalian ini tidak bisa berdiam diri di rumah? Selalu saja tawuran, balapan! Kelakuan kalian ini bisa membahayakan diri kalian sendiri! Juga merusak nama baik sekolah! Mau kalian ini apa sebenarnya?" Pak kepala sekolah mondar-mandir didepan kelima anak didiknya yang sedang berdiri dengan kepala menunduk, ada juga yang tidak mau repot-repot menunduk. Tangannya sudah otomatis selalu bersama dengan rotan jika berurusan dengan lima remaja laki-laki ini.

"Bapak kayak gak pernah muda aja!" celetuk Juno santai. Dia bukan seperti murid yang kebanyakan memilih diam jika sudah di introgasi. Tangannya dengan biasa masuk kedalam saku celana.

"Saya waktu muda juga tidak senakal kamu, Juni!" Kepala sekolah itu memukul kaki Juno menggunakan rotan yang dibawanya. Sahabat-sahabatnya refleks tertawa. Bukan karena Juno yang dipukul, melainkan Juno yang dipanggil Juni.

Juno meringis pelan, tetapi dia masih tak mau kalah, cowok itu membalas ucapan si kepsek, "Juni tidak nakal, Pak. Yang nakal, kan, saya."

"Diam kamu! Tidak usah berbicara jika tidak saya suruh!" Kepala sekolah itu menodongkan rotan-nya ke hadapan Juno, seolah menakut-nakuti Juno. "Sekarang jelaskan! Kenapa bisa kalian tawuran lagi dan lagi?! Tengah malam pula!"

Rumit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang