Part 7

10.8K 876 56
                                    

Happy reading...

.

.

.

🌷🌷🌷

Rafaila yang berada diboncengan Sahityo berpikir dengan apa yang diucapkan Sahityo dan Satria tadi. Rafaila merasa kalau ia ternyata tidak benar-benar mengenal Satria. Selama hampir 16 ini banyak yang berubah dalam diri Satria. Ia juga mengalami perubahan. Karena dalam waktu yang lama itu tidak mungkin akan menjadi orang yang sama.

Motor yang di kemudikan Sahityo akhirnya sampai di sekolahan. Rafaila turun dari boncengan dan menyerahkan helm pada Sahityo.

"Ibu masuk duluan ya? Masih ada waktu buat Ibu sarapan."

"Iya Bu, makasih udah di jemput sama dibuatin bekal."

"Iya."

"Besok jemput lagi ya Bu."

"Hm."

Rafaila berjalan meninggalkan Sahityo yang masih di parkiran. Ia pun berpikir sejenak.

Besok lihat roti sobeknya punya Satria lagi dong, aduh, kan jadi enak.

Rafaila tertawa kecil memikirkan pemandangan yang dapat dilihat saat menjemput Sahityo.

Eh, tadi roti sobeknya Satria ada berapa ya?

Rafaila memukul kepalanya kecil karena lupa menghitungnya. Ia bertekad besok akan menghitungnya bila melihatnya lagi. Menurutnya sangat wajar bila Satria mempunyai banyak kekasih dengan tubuh yang sangat bagus karena Satria rajin membentuk tubuhnya. Dari pada memikirkan roti sobeknya Satria lebih baik ia bersiap-siap untuk mengajar. Ia tidak mau larut memikirkan Satria. Ia takut perasaan yang sudah ia simpan rapat selama bertahun-tahun akan muncul kembali.

Rafaila memasuki ruang kantor guru. Ia meletakan tas di meja dan mengambil gelas lalu menungkan teh manis. Ia mulai menyiapkan buku-buku sebagai bahan mengajar.

"Bu Afa, udah dateng?" sapa Kania.

"Iya, Bu Kan."

"Si Tyo tumben tuh Bu, dateng pagi-pagi banget?"

"Aku jemput tadi, Bu."

"Hah, serius Ibu jemput?"

"Iya, Bu Kan," terang Rafaila menyakinkan Kania.

"Ketemu sama Bapaknya Tyo dong, Bu? Ganteng enggak Bu?" tanya Kania menaik turunkan alisnya menggoda Rafaila.

"B, aja lah," ucap Rafaila tidak acuh.

"Yakin, Bu?"

"Hm," jawab Rafaila menganggukan kepalanya.

"Serius, Bu."

"Serius Bu Kaaan," jelas Rafaila dengan raut muka serius.

"Masa sih? Sekelas mantan suami model masa tampangnya biasa aja," gerutu Kania.

"Hm." Rafaila selesai merapihkan buku setelah memilih beberapa buku. "Yuk, Bu, kita ngajar," lanjut Rafaila.

"Yuk Bu, oh, iya Bu, nanti kita ke mal yuk?" ajak Kania bersemangat.

"Mau ngapain, Bu?"

"Bosen pengen jalan-jalan, Bu," rajuk kania.

"Lah, pacar ke mana?"

"Sibuk."

"Oke lah."

"Yeaayy," sorak Kania senang.

Rafaila hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat tingkah Kania yang seperti anak-anak. Namun, Kania juga bisa sangat dewasa. Ia senang bisa kenal dekat dengan Kania. Ia merasa tidak terlalu kesepian karena tinggal sendiri di kota ini.

Kesandung Cinta Duda ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang