Part 9

9.4K 815 18
                                    

Happy Reading...

.

.

.

🌷🌷🌷

Rafaila turun dari ojek online yang tadi di tumpangi. Ia menyerahkan uang ke pengemudi ojek online. Ia melangkahkan kakinya mendekati pedagang bunga yang berderet di tempat biasa banyak orang datang untuk mengunjungi sahabat, kerabat, anak, dan orang tuanya yang sudah beristrihat dengan tenang untuk selamanya. Setelah mendapatkan bunga untuk di tabur dan bunga segar utuh, tidak lupa ia juga membeli sebotol air mawar.

Rafaila berjalan memasuki pemakaman terbesar yang ada di Jakarta selatan. Ia mendekati sebuah makam yang bertuliskan nama DAFFINO dan tanggal kematian yang tidak pernah Rafaila lupakan seumur hidupnya.

"Hai, Sayang, maaf baru bisa menjengukmu sekarang, aku juga hampir melupakan hari penting kita, hari ini adalah hari jadian kita yang ke lima tahun, Happy Anniversary, Ayang," kata Rafaila sendu setelah menaburkan bunga dan air mawar. Ia juga mencabut beberapa rumput yang tumbuh di sekitar makam kekasihnya. Rafaila mengadahkan kedua tangannya dan berdoa untuk kekasihnya yang sudah tenang di alam sana. Seharusnya tiga tahun yang lalu Rafaila dan Daffino sudah melangsungkan lamaran dan menunggu tiga bulan lagi untuk menikah. Namun, takdir tidak ada yang tahu. Di hari Rafaila melangsungkan acara lamaran. Keluarga Daffino mengalami kecelakaan yang menyebabkan ibu dan Daffino meninggal di tempat. Kecelakaan itu terjadi karena ada pengemudi bus yang mengantuk sehingga terjadi kecelakaan beruntun. Sejak mendengar kabar kekasih hatinya meninggal karena kecelakaan Rafaila sangat terpukul dan beberapa kali pingsan karena shock hebat.

Rafaila mengusap nisan kekasihnya dengan sayang. Tanpa sadar air matanya menetes dari kedua matanya. Ia masih belum bisa menerima bila Daffino sudah tidak bersamanya lagi. Daffino adalah pria yang sangat baik dan menyayanginya. Dafinno juga pria yang paling sabar menghadapi sikap cueknya. Rafaila tidak yakin menemukan pria yang bisa sabar mengahadapi sikap cuek dan judesnya.

Enggak yakin aku sama si duda.

Rafaila mendengus tiba-tiba saja mengingat Satria. Sebenarnya tanpa Satria menjelaskan kenapa sampai pria itu meninggalkannya pun Rafaila sudah tahu. Karena Rafaila ada di mana Satria ingin menikahi ibu dari Sahityo. Namun, ia tidak tahu alasan sebenarnya mereka menikah. Ia menghapus kedua air mata yang membasahi kedua mimpinya. Hari sudah semakin sore, Rafaila harus segera pulang untuk beristirahat agar bisa bekerja lagi. Belum lagi ia harus membuat bekal dan menjemput Sahityo.

"Aku pamit pulang dulu ya? Nanti aku ke sini lagi," pamit Rafaila di makam Daffino sambil mengusap sayang nisan sekali lagi. Ia beranjak dari duduknya dan mengambil ponsel di dalam tas Selempangnya. Membuka aplikasi ojek online dan memesan driver ojek. Tidak lama terdapat notifikasi kalau ojek pesanannya akan segera tiba. Rafaila meninggu di depan makam. Terdengar suara motor yang berhenti di depannya. Memastikan kalau itu adalah pesannya ia pun menaiki motor.

**********

Satria berada tidak terlalu jauh dari rumah munggil tapi sangat asri karena banyak tumbuhan pot bunga dan pohon buah. Ia sedang menunggu di dalam mobil mewahnya selama tiga jam tapi sampai saat ini Rafaila belum juga kelihatan. Ia menduga kalau Rafaila tidak langsung pulang sehabis dari mal.

Jemari kekarnya mengetuk-ngetuk setir mengemudinya dengan tidak sabar. Satria melihat ada motor yang berhenti di depan rumah Rafaila dan melihat perempuan yang sudah ia tunggu turun dari motor, dilihat dari jaket pengemudi motor itu. Satria yakin kalau itu adalah ojek Online.

Satria berfikir apa ia harus menemui Rafaila sekarang atau besok pagi ia akan kembali lagi dan menjemputnya. Setelah Satria berfikir dengan matang. Ia pun memutuskan akan menjemput Rafaila besok pagi dan mengantar wanita itu ke rumahnya. Satria tahu kalau Rafaila pasti akan datang ke rumahnya lebih dulu untuk menjemput Sahityo.

Udah gede masih aja di jemput decak Satria kesal dalam hatinya. Ia kadang bingung dengan tingkah anaknya yang sangat ajaib.

Satria menghidupkan mobilnya dan mulai meninggalkan daerah tempat Rafaila tinggal.

Tidak lama kemudian Satria mulai memasuki gerbang rumahnya. Ia melihat Sahityo sedang memainkan bola basket seorang diri di dekat garasinya yang sangat luas.

Merasa ada yang memperhatikannya Sahityo menolehkan wajahnya ke belakang tubuhnya. Ia melihat sosok ayahnya yang berjalan mendekat. Senyum Sahityo merekah dan kedua matanya berbinar melihat sang ayah yang sedang menggulung kedua lengan kemejanya.

Sahityo melempar bola yang ada di tangannya dan di terima oleh Satria dengan ahli. Mereka berdua bermain bola basket yang selalu Satria menangkan selama satu jam. Sahityo merebahkan badannya di lantai dengan nafas yang masih memburu. Satria hanya tersenyum kecil melihat putranya kelelahan sambil mendribel bola basket. Ia melempar bola ke ring basket dan bola itu masuk dengan sempurna.

"Ayah, masih hebat aja main basketnya," puji Sahityo dengan binar mata kagum yang tidak ditutupi.

"Harus dong Nak, biar badan tetap bugar, bonusnya badan kita jadi lebih enak dilihat para wanita," jawab Satria yang menarik turunkan alis tebalnya. Ia tertawa terbahak melihat Sahityo yang mendengus kesal.

"Yah, aku boleh tanya enggak?"

"Hm, mau tanya apa?" Satria ikut mendudukkan dirinya di sebelah Sahityo yang masih tiduran di lantai.

"Ayah udah lama ya, kenal sama Bu Afa?" tanya Sahityo dengan hati-hati.

"Kenapa kamu tiba-tiba kepo?" tanya Satria yang langsung menolehkan wajahnya.

"Hm, enggak apa-apa sih, Yah," gugup Sahityo bangun dari posisi tidurannya.

Satria hanya memperhatikan Sahityo yang merasa serba salah. Ia masih menunggu Sahityo bicara lagi.

Apa sejelas itu? gumam Satria dalam hatinya.

Sahityo bangun dari duduknya. Ia menepuk-nepuk celana pendeknya agar debu yang menempel di pakaiannya hilang. Ia lalu berkata, "Yah, aku masuk dulu ya? Enggak tahan gerah banget, aku mau mandi."

Satria mendongakkan wajahnya melihat Sahityo. Alisnya mengkerut memperhatikan putranya yang mulai melangkahkan kakinya memasuki ke dalam rumah.

"Aneh banget tuh anak," gumam Satria.

************

Pagi Hari.

Rafaila sedang menutup kotak bekal dan memasukkan ke dalam tas kecil. Ia berjalan mengambil tas ranselnya karena ia membawa tugas anak muridnya. Ia mengecek kembali tasnya karena takut ada yang tertinggal.

Rafaila mendengar suara pintu di ketuk beberapa kali. Ia melirik jam yang menggantung di tembok kamarnya. Masih terlalu pagi bila ada yang datang ke rumahnya. Ia juga belum memesan ojek online. Ia bertanya-tanya siapa yang datang ke rumahnya.

Rafaila berjalan ke depan pintu rumahnya. Ia membuka kunci pintu dan membuka lebar pintu rumah . Mata kecilnya membesar terkejut melihat orang yang berdiri menjulang di depan rumahnya.

"K-kamu? B-bagaimana bisa?"

Orang tersebut tersenyum puas melihat keterkejutan Rafaila. Ia akan melakukan apa saja untuk bisa dekat kembali dengan wanita itu.

🌷🌷🌷

Republis, Jakarta, 14 Febuari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Republis, Jakarta, 14 Febuari 2023

~ Cindy Arfandani ~

Kesandung Cinta Duda ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang