part 3

12.1K 1K 69
                                    

Happy reading...

.

.

🌷🌷🌷

Di pagi hari yang cerah, anak-anak SMA Harapan Bangsa sedang mengikuti pelajaran di kelas mereka masing-masing.

Termasuk Rafaila yang sedang menjelaskan tentang materi manusia purba dan menulis apa yang dijelaskan melalui papan tulis.

Di bangku paling akhir Sahityo sedang memegang tasnya dan sesekali mengintip ke dalam tas.

"Lagi ngapain sih loe?" bisik Wahyu yang berada di sebelah mejanya.

Sahityo menjawab hanya menempatkan jari telunjuk ke bibirnya tanda kalau Wahyu jangan berbicara lagi.

Wahyu masih merasa penasaran apa yang dibawa oleh Sahityo. Wahyu mengambil secara paksa tas yang ada di pangkuan Sathityo ketika ia membuka secara lebar tas berwarna coklat itu. Berbarengan dengan sekumpulan burung merpati keluar dari dalam tas. Murid perempuan yang melihat banyaknya burung merpati yang terbang ke arah mereka refleks berteriak kencang dan seketika panik karena takut burung merpati itu melukai mereka.

Rafaila yang mendengar suara teriakkan dan kepanikan murid-muridnya. Membalikan badan dari papan tulis. Mata kecilnya membesar melihat banyak burung yang berterbangan di kelas. Ada beberapa burung yang ada di kepala anak murid perempuan menambah kepanikan.

Rafaila segera berlari membuka pintu kelas secara lebar.

"Ayo, anak-anak keluar dari kelas!" perintah Rafaila.

Serentak semua keluar dari kelas dengan tergesa-gesa. Setelah semua berada di luar, Rafaila menghembuskan nafasnya secara kasar dan melihat kekacauan yang terjadi di dalam kelas.

"Siapa yang bawa burung ke dalam kelas?" tanya Rafaila tegas sambil berkacak pinggang.

Semua siswa dan siswi terdiam mendengar nada kemarahan dalam suara Rafaila.

"Tidak ada yang mau mengaku?"

Melihat semua muridnya diam dan sebagian berbisik-bisik menduga siapa yang membawa burung ke dalam kelas mereka.

"Gifari, ikut Ibu memeriksa tas teman-teman kamu," perintah Rafaila tegas.

Rafaila masuk ke dalam kelas lagi diikuti Gifari dan memulai memeriksa satu-satu tas anak muridnya. Jemari lentiknya mengambil tas yang ada di bawah meja dan membukanya. Melihat ada kotoran burung di dalam tas itu membuat Rafaila yakin kalo pemilik tas ini lah yang membawa burung-burung merpati.

"Tas punya siapa ini?"

Rafaila mengangkat tas ransel berwarna coklat dan terlihat mahal itu tinggi-tinggi. Mata kecilnya menatap satu-satu anak didiknya dengan tajam.

"P-punya saya Bu." Sahityo mengangakat tangannya dengan takut-takut. Ia meringis melihat kedua pupil mata gurunya membesar.

"Ya allah Tyooo, kamu lagi, kamu lagi sih!" geram Rafaila gemas dengan kelakuan Sahityo. Ia sangat paham sekali kenapa anak itu selalu bikin ulah. Sahityo ingin di perhatikan oleh orang tuanya. Namun, ke dua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka.

Rafaila mendekati Sahityo. Tangannya menepuk pundak lebarnya.

"Besok kasih tahu sama Ayah kamu untuk dateng ke sekolah, Ibu tunggu yaa Nak?"

"Iya, Bu," lirih Sahityo mendudukkan kepalanya.

"Nanti Ibu kasih surat resminya."

Sahityo menganggukkan kepalanya. Akhirnya Rafaila meneruskan mengajarnya akan tetapi tidak di kelas. Ia memutuskan belajar di dekat meja piket yang tidak jauh dari kelasnya.

Kesandung Cinta Duda ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang