|| • Hanya Secuil Rasa Gengsi

47 4 0
                                    


-----o0o-----


Hari Minggu sore adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu senggangmu dengan bersantai di taman. Seperti biasa, aku dan temanku akan duduk santai di taman sembari mengobrol ringan me-refresh pikiran sejenak.

"Gimana? Kamu masih ada rasa sama dia? Atau... kamu udah bisa move on dari dia?"

Aku terdiam, lalu melirik Rara─ sahabatku sejak kecil, yang tengah memakan es krim miliknya di depanku. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba dia menanyakan tentang hal itu?

Aku berdeham pelan untuk menghilangkan kecanggungan, lalu mengubah posisi dudukku yang semula membungkuk menjadi duduk tegak. "Yaa gitu. Masih proses."

Ku lihat kini dia menghela napas samar, "Emang susah ya kalo udah gini? Mau move on tapi tetep susah banget." Aku mengangguk pelan, itu benar sekali.

"Lagian aku penasaran deh, sebenernya apa sih hal yang istimewa dari dia? Sampe-sampe kamu masih belum bisa ngelupain dia? Padahal ini udah lewat dua tahun loh, Put. Tiga bulan lagi kamu udah mau kelas dua belas." Ujarnya lagi sembari berkacak pinggang.

Mendengarnya, aku sempat terdiam sejenak. Lalu secara spontan aku tertawa kecil. Ucapannya barusan membuatku teringat akan sesuatu yang terjadi 4 tahun yang lalu─ lebih tepatnya saat aku masih berada di bangku smp. Masa dimana aku mulai jatuh kepada seseorang untuk pertama kalinya.

Saat itu aku masihlah seorang gadis berusia 13 tahun yang baru saja menjadi siswa baru di salah satu sekolah negeri menengah pertama di daerahku. Tidak banyak orang yang ku kenal saat itu. Hanya beberapa diantaranya, karena saat itu aku adalah seseorang yang tidak pandai bergaul dengan banyak orang.

Aku tidak ingat hari itu hari apa, tapi yang pasti hari itu adalah hari dimana kakak kelas satu tingkat diatasku memiliki jadwal olahraga. Saat itu adalah pergantian jam pelajaran kedua, dan kebetulan bersamaan dengan itu aku pun juga tengah mengantar teman sebangkuku untuk pergi ke toilet.

Oh iya, saat itu kelasku berada tepat di sebelah kamar mandi laki-laki, jadi bisa terlihat keadaan toilet saat itu sangat ramai dipenuhi kakak kelas laki-laki yang tengah mengganti sragamnya.

Ketika aku dan temanku tengah memakai sepatu di depan kelas, ada seseorang memanggil temanku. Ternyata dia adalah salah satu kakak kelas yang tengah menunggu giliran berganti pakaian di depan kamar mandi. Dia terlihat mengobrol santai dengan temanku mengenai ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Sedangkan aku hanya diam saja dan menyimaknya, karena saat itu aku tidak mengikuti esktrakurikuler apapun.

Saat tengah mengobrol, dapat ku lihat beberapa kali dia sempat melirikku. Aku tak ambil pusing dengan itu, toh aku pun juga tidak mengenalnya.

Saat berada di kamar mandi, aku sempat bertanya kepada temanku mengenai kakak kelas yang tengah mengobrol dengannya tadi. Ternyata dia adalah Kak Wijaya yang berasal dari kelas 8A. Oh, tetangga kelas juga rupanya. Aku hanya ber-oh ria menanggapinya, karena saat itu aku hanya sebatas penasaran dengan namanya saja.

Namun tanpa diduga, malam harinya aku mendapat sebuah pesan dari seseorang. Aku sempat bingung dengan pesan ini. Secara tiba-tiba? Siapa?

Setelah si pengirim pesan memperkenalkan dirinya, aku pun dibuat kaget sekaligus heran saat itu.

"Haii, aku Wijaya dari kelas 8A. Salam kenal ya, dek😊" begitu isi pesannya.

C E R P E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang