|| • Memori Rindu

19 0 0
                                    


-----oOo-----


Malam ini sangat sunyi. Tiada semburat nyanyian jangkrik yang saling bersautan, tiada pula suara gesekan alas kaki yang berisik. Yang ada hanyalah suara desiran angin yang tengah bergerak kesana-kemari. Bintang tak nampak menyebar di langit, bulan pun demikian. Hanya ada langit pekat berhiaskan beberapa gumpalan awan mendung yang membuat atmosfer kala itu terasa gelap.

Namun walau demikian, lampu-lampu penerangan yang ada di sepanjang jalanan kampung serta lampu-lampu yang ada pada rumah-rumah warga tetap menyala, sehingga dapat sedikit membuat suasana malam itu ramai.

Seorang gadis remaja berusia legal terlihat berjalan seorang diri di tengah kesunyian malam kala itu. Tiada rasa takut sedikit pun dalam benaknya. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah perkampungan yang ada di sana dengan amat pelan. Hingga akhirnya ia tiba tepat di depan sebuah pos ronda yang kosong. Pos ronda itu merupakan gapura sekaligus penanda bahwa ia telah memasuki area perkampungan itu.

Sesaat setelah tiba di sana, mendadak kakinya terasa kaku. Ia tak mampu melanjutkan langkahnya memasuki perkampungan itu lagi. "Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?" dirinya bertanya-tanya dalam hati. Saat ia hendak menyentuh kakinya, tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada seorang lelaki menabraknya hingga membuat keduanya terjatuh bersamaan.

Mereka jelas terkejut, bahkan lelaki itu segera beranjak mana kala ia tersadar bahwa ia telah menabrak seseorang. Dengan segera lelaki itu mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri, namun ternyata gadis itu sudah terlebih dahulu bangkit dan membersihkan pakaiannya yang terkena tanah.

Saat gadis itu mendongakkan kepalanya guna menatap wajah si lelaki, betapa terkejutnya ia begitu mengetahui rupa si lelaki. Tubuhnya seketika menegang dan tenggorokannya serasa ikut tercekat. Si lelaki pun demikian, ia nampak terkejut begitu menatap wajah di gadis.

Bukankah mereka telah saling bertemu dan mengenal? Meskipun terdapat perbedaan rupa yang cukup signifikan, tetapi nyatanya wajah-wajah itu masih dapat di kenali satu sama lain.

Sepertinya Tuhan telah merencanakan ini terjadi. Setelah sekian lama saling menghilang bak di telan bumi, akhirnya di malam yang pekat ini mereka dipertemukan kembali.

Netra mereka bertabrakan, saling menatap iris pekat masing-masing yang berkilau tertimpa cahaya lampu jalanan yang menggantung di atas mereka. Tubuh mereka membeku, lidah mereka pun kelu. Tak sanggup mengucap sepatah kata pun untuk melontarkan keterkejutan mereka.

Cukup lama mereka terjebak keheningan dalam posisi demikian, hingga akhirnya si lelaki memutus kontak mata itu dan perlahan membalikkan badannya. Namun belum sempat lelaki itu berbalik sepenuhnya, si gadis sudah terlebih dahulu mencengkram lengan si lelaki. Tentu dia berhenti, menolehkan kepalanya ke arah gadis tersebut dengan tatapan bingung.

Si gadis terdiam cukup lama, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk berkata, "Mas, kamu kemana aja? Aku kangen."

Dilihatnya sorot mata si lelaki kian meredup, tersirat rasa sedih serta rasa bersalah di dalamnya. Wajahnya pun turut menampilkan raut yang sendu.

Gadis itu tertegun, mendadak ia menjadi emosional. Ia merasa bahwa air matanya seperti sudah siap keluar. Namun belum sampai itu terjadi, ia sudah terlebih dahulu terbangun dari mimpi menyesakkan itu karena panggilan Tuhan untuk beribadah.

Sontak gadis itu tambah terkejut. Dengan segera ia mengedarkan arah pandangnya ke segala arah. Ya, itu kamarnya dengan kondisi remang-remang. "Mas Putra?" ujarnya pelan dengan suara yang sedikit bergetar.

Seketika hati gadis itu mencelos, ia merasakan sesak yang teramat dalam begitu menyadari bahwa pertemuan itu hanyalah bunga tidurnya. Bulir bening mengucur deras dari pelupuk matanya, isakan kecil pun turut keluar dari bibir keringnya.

Pertemuan singkat itu terasa sangat nyata, bahkan sampai saat ini ia masih dapat mengingat jelas bagaimana rupa serta gerak-gerik lelaki yang berada dalam mimpinya itu. Dadanya pun kian bertambah sesak mana kala ia mengingat raut sendu yang di tampilkan terakhir kali oleh lelaki yang amat di rindukannya itu dalam mimpi tersebut.

"Ya Allah, untuk kesekian kalinya dia datang dalam mimpi hamba lagi. Walaupun ini lebih singkat dari mimpi sebelumya, tapi mengapa pertemuan dalam dimensi fana' itu kali ini amat sangat menyayat hati hamba?" Gadis itu berucap lirih dengan isakan yang tak kunjung berhenti.

Sejujurnya ia sudah sangat merindukan lelaki itu. Tahun-tahun telah berlalu dan mereka semakin beranjak dewasa. Dan dalam waktu yang panjang itu, ia masih tetap berharap dapat di pertemukan dengan lelaki itu lagi untuk yang terakhir kalinya sebelum bulan Juni ini berakhir.

"Setelah bulan ini berakhir, hamba akan pergi dari kota ini. Apakah tidak mungkin bagi hamba bertemu dengannya lagi untuk yang terakhir kalinya?" Ia bertanya lagi.

Dan dalam keheningan fajar itu, tanpa di dengar oleh siapapun, sebuah suara lirih menyaut pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis itu. "Apakah kau masih meragukan kekuasaan Tuhanmu, Lea?"


-fin-

⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣

Jika ada kritik dan saran, dipersilahkan dengan penuh untuk mengutarakannya ya! Karena hal itu sangat berguna dan berarti bagi saya <:3

Terima kasih sudah bersedia untuk membaca dan mengapresiasi cerpen sederhana ini >_<

.

.

Karya : Fellauiara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

C E R P E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang