|| • Seutas Slayer PMR

33 4 7
                                    


-----oOo-----


Duduk bersila di teras rumah yang sejuk milik teman sekelasku─ Geya, sembari menikmati se-cup Lemon tea ice akhirnya bisa menyelamatkan ku dari panasnya udara siang hari ini. Entahlah, memang hawanya sedang sangat panas atau hanya aku yang tidak tahan panas, pokoknya siang ini rasanya sangat panas, titik.

"Jadi dia si adkel yang lagi deket sama lo, Va?!" Pekik Geya tepat di depan wajahku yang berharga ini. Aku mengelus dada sabar, untung dia temanku.

Dengan cepat ia mengalihkan arah pandangnya kepadaku seolah meminta jawaban atas pertanyaannya tadi, dan aku pun hanya mengangguk sebagai jawaban. "Anjir, anjir! Ga nyangka sihh, lo bisa deket sama berondong!" Pekiknya lagi dengan heboh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang ku akui, temanku satu ini agak pecicilan dan mudah sekali heboh dengan hal apapun.

Memandang sekali lagi potret seorang pria yang berusia setahun lebih muda dari kami melalui layar ponselku, ia lalu berujar lagi, "Cakep sih, tapi isi chat-nya tuh bikin darah jadi naik! Heran, bisa-bisanya lo deket sama manusia modelan begini sih, Va?"

Aku tertawa kencang mendengarnya. Yang dikatakan Geya memang benar, isi chat dari lelaki ini yang begitu manja kepadaku juga sering kali membuatku jengkel. Tapi yaa mau bagaimana lagi? Lelaki satu ini memang menyebalkan tapi juga menggemaskan bagiku. "Ga tau, my heart juga ga nolak. Yaudah, jalanin aja alurnya." Ujarku santai sembari meneguk minuman menyegarkan milikku yang tinggal setengah.

Ku lihat Geya mulai menatapku julid sembari meneguk lemon tea ice miliknya juga, "Siapa tadi namanya? Lupa gue─"

"Bagas," Ujarku cepat sehingga membuat perempuan berkacamata dihadapanku ini lebih menatapku julid dari pada sebelumnya sembari mendengus samar, "Dih, kalo ditanya namanya aja langsung gercep." Dan sekali lagi aku hanya tertawa menanggapinya.

"Oh iya, gue jadi penasaran. Gimana ceritanya kalian bisa ketemu hingga akhirnya bisa deket kayak sekarang gini?" Tanyanya lagi yang dengan seketika langsung membuatku menghela napas samar untuk menahan kekesalan kepadanya. Dari dulu anak ini sama sekali tidak berubah, ya? Selalu banyak bertanya. Tetapi dari pertanyaannya itu seketika membuatku tersenyum juga. Aku jadi mengingat betapa anehnya pertemuan antara aku dengan... Bagas untuk yang pertama kalinya.

Saat itu tahun ajaran baru telah berlangsung dan itu merupakan pertanda bahwa sudah saatnya bagi para peserta didik baru mendapatkan sambutan dari masing-masing bidang ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Dan aku sebagai salah satu anggota dari ekstrakurikuler PMR juga akan melakukan penyambutan bagi para anggota baru bersama para anggota lainnya. Namun sayang, karena adanya kendala berupa pandemi covid-19 maka mau tak mau kami harus melakukan penyambutan secara virtual untuk kali ini.

Membuat sebuah video perkenalan. Itulah perintah yang diberikan kakak pembina kepada kami─para anggota inti dalam rangka penyambutan para anggota baru. Sebenarnya aku sangat malas melakukan ini, tapi demi adik kelasku yang tercinta, maka baiklah.

"Woy! Ayolah anjir, buruan! Gue keburu pengen rujak buah!" Mulai terdengar suara nyaring Retno─si ketua pengurus inti.

"Kak Neiva, ini gimana makenya? Rumit banget, buset dah," Si humoris dalam anggota ini─Phian, tiba-tiba menyeletuk. Aku menatapnya sembari mendengus geli, "Ga bis─"

"Gue juga ga bisa, kak," Serempak ku dengarkan para anggota lainnya bersuara. Aku menoleh ke samping, memindai satu persatu anggota inti yang berada satu tingkat dibawahku itu. "Ga ada yang bisa?" Tanyaku, memastikan. Dan hanya anggukan mereka yang ku peroleh atas pertanyaanku tadi.

C E R P E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang