Part 5. Manis!

29 29 21
                                    

"Deva?"

Merasa dirinya yang dipanggil, ia pun menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Mata Deva menangkap sosok Leo yang tengah berlari kearahnya dengan senyum lebar. Rambut serta dasi cowo itu beterbangan karena lariannya. Hal itu sukses membuat beberapa siswi yang dia lewati membungkam mulutnya agar jeritan tak keluar. Deva berkedip, dirinya seperti tengah berada didalam drakor, dihampiri seorang pria tampan yang berlarian.

"Hey?"

Deva mengerjap, terkejut saat tiba-tiba Leo sudah berada didepannya dengan ekspresi kebingungan, kapan pria ini sampai? Hati Deva bertanya. Ah, mungkin karena dirinya yang terlalu focus membayangkan Leo dengan actor drakor.

"Ya?" balas Deva agak keras dan cepat.

Wajah Leo berubah sumringah, ia kemudian menyodorkan sekotak susu coklat dan roti. "Buat Deva," ujarnya.

"Makasih Leo," Deva menerima pemberian itu dengan suka hati. Jujur saja dirinya merasa lapar saat ini. Ia tidak sempat ke kantin karena jam istirahat hanya tinggal sebentar lagi, jadi bisa dibilang istirahatnya tidak memenuhi setandar sekolah. Deva kan menghabiskan waktu istirahatnya ini dengan membantu bapak guru, yaaa, selain mendapatkan makanan gratis dari Leo, Deva sudah menambah catatan malaikat Roqib.

Senyum tampan Leo perlaham memudar kala melihat sahabat SMP-nya dulu yang terdiam diujung koridor dengan tatapan lurus mengarah pada seseorang didepan Leo saat ini, Deva, tak lama mata keduanya bertemu, hanya beberapa detik Leo dan Kalendra berpandangan sebelum pria diujung koridor sana memutuskan kontak mata mereka lalu menyerongkan badan dan memberikan sekotak susu moca pada seorang gadis yang melintas kemudian berlalu begitu saja tanpa menjawab kebingungan gadis itu.

"Yo, enggak ke kelas?" tanya Deva.

Tersentak, Leo segera merubah ekspresinya kebentuk biasa, "Kelas kok, barengan aja." Jawabnya sekaligus mengajak anak gadis mama Slavina itu.

Keduanya akhirnya berjalan beriringan menuju kelas, karena kelas mereka tak jau berbeda, hanya terpisahkan oleh satu kelas saja. Langkah Deva berhenti diikuti Leo.

"Lo kenapa si?" Deva mengerutkan kening sehabis menabok temannya yang seperti kebingungan dengan sekotak susu ditangannya. Seperti baru bertama kali melihatnya saja.

Deva semakin dibuat bingung saat teman yang merangkap sebagai adik kelasnya itu mendongak menatapnya kemudian bibirnya terbuka namun kembali tertutup lalu menatap lagi susu kotak kemasan 250 ml ditangannya, begitu berulang kali sampai Deva merasa jengah.

"Lo kenapa Ta?!" Deva menaikkan satu oktaf nadanya.

"Po Ka?" jawab gadis itu cepat sambil menatap Deva.

"Poka, Poka. Lo kira apaan poka, poka?" sewot Deva jengkel.

Anita, gadis itu menggaruk belakang telinganya, meringis, "Maap, Kak..., Gue lagi syok berat." Jawabnya jujur.

Sementara itu, Leo yang berada disamping Deva memperhatikan dalam gadis yang dikenal Deva. Dia kemudian melihat logo di bahu kanan gadis itu, ternyata kelas 10 C, adik kelas.

Atensi Anita beralih pada sosok disamping Deva, dia membulatkan mata terkejut. OMG, OMG, OMG, G, G, G!!!! Kak Leo?! Jerit Anita histeris dalam hati, tapi nyatanya yang keluar hanya pekikan tertahan.

"Lo seribu aneh Ta hari ini!" Deva bergidik ngeri, berlalu, melupakan Leo.

Leo yang menyadari kepergian Deva pun bergegas mengayunkan kakinya mengikuti gadis itu.

Sedangkan Anita, ia masih menutup bibirnya dengan kedua tangan dan mata melebar yang terus mengikuti pergerakan kakak kelasnya hingga tak terlihat lagi. Masih syok, Anita hanya bisa tersenyum menatap lorong yang sudah tak memperlihatkan sosok Leo lagi. Beberapa bulan dia sekolah, baru hari ini dirinya mendapati Leo. Beragam pertanyaan muncul diotak cantik Anita, apa remaja yang memiliki tubuh tinggi sempurna itu adalah siswa pindahan? Atau sebenarnya dirinya saja yang tak pernah melihat lelaki itu? Atau dan atau, masih banyak lagi pertanyaan Anita.

* * *

Deva menggerutu atas kejadian tadi saat dirinya tak sengaja berpapasan dengan Kalendra. Niatnya hanya ingin menyapa karena pria itu baik padanya kemarin sore dan tadi pagi, tapi bukan sapaan balik yang ia dapatkan melainkan wajah acuh. Kalendra seolah tak melihatnya, hanya melirik yang sangat-sangat tak masuk untuk dikatakan sebagai sebuah lirikan.

Sedikit kasar menaruh bokongnya dikursi, Deva mendapatkan kerutan aneh dari teman samping bangkunya. "Gak sakit tuh?" ujar seorang gadis bernada nyinyir yang dihiraukan Deva.

Mata Deva melirik tajam pada pria yang baru masuk kelas. Dia adalah Kalendra. Saat Deva tahu jika Kalendra melalui jalur bangkunya untuk sampai di bangku pojok, dengan sengaja kaki Deva menghalangi jalan. Untuk menutupi aksinya, Deva memainkan ponsel sambil

Tapi seorang Kalendra memiliki insting yang kuat, langkahnya berhenti tepat satu langkah sebelum kaki Deva.

Suara hentakan barang terdengar diatas meja.

Ekor mata Deva menangkap dua hal yang cukup menarik perhatiannya, ia pun mengangkat kepala guna melihat dengan jelas. Satu air mineral dan nasi goreng dalam satu bungkus kresek bening. Kemudian netra Deva beralih objek ke dua yang mencuri perhatiannya. Pria itu, pria yang menaruh air dan nasi adalah pria bernama Kalendra Atmaja. Kakak Ami itu menjauhinya, dan berbelok di barisan ke-tiga, tanpa meliriknya sama sekali, Kalendra megangkat dagunya dengan raut datar mendekati bangkunya.

Mata Deva jatuh lagi pada kresek dimejanya. Ada sebuah sticky note pink, "Gw thu lo elergi susu, apalagi yang coklat. Gw bli ini, mkn spya gk kmbuh lgi magnya."

Deva mencair tolong!!!

Satu kata untuk Kalen dihati Deva, 'Sweet!'


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KalendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang