part 11

233 31 2
                                    

Siang ini Langit dan Rere terlihat tengah bersantai di balkon, beralasan karpet dan bantal mereka nampak rebahan dengan ponsel di tangan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siang ini Langit dan Rere terlihat tengah bersantai di balkon, beralasan karpet dan bantal mereka nampak rebahan dengan ponsel di tangan masing-masing. Langit yang enggan tidur beralas bantal sengaja menjadikan perut Rere sebagai bantal, sementara Rere tidur terlentang menghadap langit-langit balkon yang sangat adem.

Keduanya nampak sibuk dengan aktivitas masing-masing Langit sibuk dengan game onlinenya, sementara Rere sibuk stalking di Instagram. Dan sesekali mengecek akun Ig nya yang followers nya kian banyak.

"Re, lo liat jaket kulit gue gak?" tanya Langit di sela-sela bermain gamenya, Rere nampak menghentikan aktivitasnya dan mulai berpikir.

"Yang warna, coklat bukan?" tanya Rere balik memastikan ucapannya benar atau salah.

"Iya, yang itu." jawab Langit antusias, namun mata dan tanganya sibuk menatap dan mengotak-atik ponsel.

"Udah gue buang. Warnanya udah luntur, jelek!" ucap Rere terang-terangan.

Memang benar waktu itu Rere sempat membuang jaket kulit milik Langit ke tong sampah, ya walaupun ia tau harganya sangat mahal. Tapi ya mau gimana lagi? Dirinya paling tidak suka dengan warna yang sudah luntur, jadi gadis itu membuangnya tanpa berpikir.

"Good job, baby. Emang dari dulu gue mau buang jaketnya, gue juga udah bosen liat tuh jaket yang harganya cuman 25 juta."

Rere menganga mendengar ucapan Langit yang menyebutkan harga jaketnya 25 juta, cuman jaket gituan aja 25 juta! Beli yang biasa aja udah bisa beli 200 ratusan. Maklum menurut kaum kami menghemat uang lebih baik dari pada membuang uang dengan membeli barang yang tidak berguna.

"Mahal bat, tuh jeket. 200 juga ada di mall," cetus Rere.

"Yeee! Ini mah jaket limited edition cuman bisa di miliki 7 orang tertentu dan hanya bisa di miliki orang berduit termasuk gue. Gue juga belinya di Amerika." jelas Langit panjang lebar, Rere hanya beroh-ria menanggapi ucapan Langit.

"Ya udah, beliin gue screencare dong yang di mall." pinta Rere menatap Langit.

"Gak ada. Gak punya duit gue!" Rere mendelik tajam kearah Langit.

Screencare gak nyampe 1 juta masa gak kebeli, sedangkan jaket yang harganya 25 juta kebeli. Emang yah Langit, dia itu medit. Katanya orang kaya tapi ngebeliin istri make up bilangnya gak ada duit, rumah lu gue colongin mampus lu. Biar sekalian jadi gembel.

Duk!

"Ahhh ... Rere!"

Langit melempar ponselnya dan memegangi kepalanya yang terbentur ke teras dengan keras, karna Rere yang mendadak bangun tanpa aba-aba. Sementara sang pelaku hanya diam seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Langit mendudukan tubuhnya seraya mengusap-usap kepalanya yang nampak benjol sedikit.

"Untuk suamiku tercinta, karna hari ini hari minggu. So, jadi bantu istrimu untuk bebenah rumah yang udah kek kandang ayam ini."

"Duh, kok mendadak jadi pusing yah Re. Gue istirahat aja," ucap Langit berpura-pura memegangi kepalanya, seraya berpegangan pada pembatas balkon.

Rere memutar bola matanya malas, gadis itu menarik nafas dan membuangnya perlahan. Rere merenggangkan otot-ototnya seraya menatap kearah depan, Langit nyengir. Pria itu berjalan mengendap-endap seraya tersenyum manis kearah Rere.

"Mau kemana?" tanya Rere tersenyum penuh penekanan hingga membuat raut wajah Langit takut dan nyali pria itu menciut.

Rere tersenyum seraya mengusap-usap rambut Langit dengan lembut, namun bukannya kian melembut. Tangan gadis itu malah menjambak rambut Langit hingga membuat pria itu berteriak histeris, mencoba melepaskan jambakannya.

"Re, gue kan udah nurut. Lepasin, sakit!" pinta Langit mencoba meyakinkan.

Namun seakan tuli Rere mengabaikan dan terus menjambak rambut Langit dan menuntun tubuh pria itu menuju dapur, saat sudah sampai dapur. Rere dengan teganya mendorong tubuh Langit hingga pria itu berdiri berhadapan dengan wastafel, dengan tumpukan piring kotor.

Lah, ini mah kaya suami takut istri. Bukan istri takut sama suami. Dimana letak harga diri seorang Langit saat berhadapan dengan gadis bernama Rere. Dimana letak kegantengan dan kecoolan di depan Rere, dimana letak gentle dan jantannya Langit saat dengan Rere? Gak ada coy. Semua yang di lakukan Langit terasa hambar di mata Rere. Rere mah beda. Udah cantik, ngeselin, tebar pesona. Kurang apa lagi coba? Ya jelas, kurang baik lah.

"Tuh, cuci piring kotor. Gue mau nyuci," ucap Rere meninggalkan Langit dengan tumpukan piring kotor, dan rasa jengkel Langit.

"Sabar. Orang ganteng harus sabar sama cewek ngeselin kaya Rere. Jangan sampe nabok pake dollar bapak gue," gumam Langit mengelus-elus dada dan tersenyum tulus.

Prang!

Langit melemparkan gelas hingga membuat serpihan kaca bertebaran kemana-mana, mau sabar, susah. Mau tahan emosi? Gak bisa. Tetep aja kesel sama manusia bernama Rere itu,

"Kenapa yah, orang kaya Rere di kasih oksigen?" gumam Langit kesal dan membersihkan kembali pecahan-pecahan kaca.

"Kenapa yah, orang kaya Rere di kasih oksigen?" gumam Langit kesal dan membersihkan kembali pecahan-pecahan kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasakan untuk vote yah, da engga susah. Cuman pencet bintang pojok kiri.

Thanks buat yang masih setia dan stay sama ceritaku yang masih acak-acakan dan gak jelas ini.

Selalu jaga kesehatan💪
See U

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang