"Siapa yang naro, di sini?"
Rere berkacak pinggang seraya menyandarkan tubuhnya di loker belakang, kaki gadis itu di silangkan dengan tangan yang di lipat di depan dada. Wajahnya seperti mengekspresikan marah dengan raut wajah santai.
Salsa menengok ke belakang, gadis itu terdiam lalu kembali memalingkan wajahnya untuk membenarkan poni yang tengah di pakaikan rol itu, tak lupa juga sebuah dompet yang berisikan alat kosmetik milik gadis itu yang di letakkan di atas meja.
"Biasa. Fans alay lo," sahut Salsa melepaskan rol nya seraya membenarkan sedikit poni, yang tak beraturan.
Rere menganggukkan kepalanya tak selang beberapa menit segerombolan pemuda tiba-tiba datang menghampiri kelas Rere yang hanya di isi, oleh Salsa dan Rere saja. Mereka saling mendorong satu sama lain agar bisa berdiri tepat di depan gadis itu.
"Babu alay lo, semua tuh!" ejek Salsa tertawa menatap sekilas Rere, yang sudah terlihat kelelahan menerima semua pemberian dari mereka.
Seusai kepergian para cowok itu, Rere langsung meletakan barang-barang pemberian mereka di atas meja dan jadilah setumpukan barang-barang dan kado di atas meja Rere.
Salsa memasukkan kembali dompet berisikan kosmetik itu pada tasnya, gadis itu memutar balikkan kursi hingga berhadapan dengan Rere yang tengah memakan rotinya.
"Wih, bagus bener nih jam." Salsa mengambil sebuah kotak kecil yang berada di depannya, di dalamnya terdapat sebuah jam dengan warna coklat.
"Jauhin tangan kotor lo, dari barang gue!" cetus Rere memperingati.
Salsa meletakan kembali kotak tersebut, dan menutupnya. "Pelit amat lo!" tukas Salsa cemburut.
Salsa kembali membawa sebuah kotak yang lumayan besar lalu membukanya, kegiatan itu kembali Salsa ulang hingga habis untuk mengecek apa isi di dalamnya karna penasaran.
"Barang segini banyak, mau lo apain?" tanya Salsa mengambil minuman Rere dan meneguknya sedikit.
"Mau gue kasih ke orang lain, sayang juga kalau gue simpen mulu." sahut Rere membuka ponselnya, "Lagian di rumah gue juga udah banyak barang, pembelian dari La---"
"La?" Salsa ikut mengulang kata terakhir yang di jeda oleh Rere.
Salsa memiringkan kepalanya dan mengucapkan kata yang sama hingga membuat Rere terdiam dan gugup, Salsa menaikkan sebelah alisnya karna terlalu lama menunggu jawaban dari Rere.
"Langit?" tebak Salsa membuat Rere tersedak dengan minumannya sendiri.
"Ye. Ya--ya kali. Ngadi-ngadi aja lu," Rere tertawa hambar seraya meneguk habis minumannya, dengan mengalihkan pandanganya kearah lain.
•••
"Han, itu cemilan segitu banyak buat apaan?" tanya Langit saat mereka mengekori Farhan yang terus mengambil beberapa cemilan ke dalam troli.
Mereka kini sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan yang jaraknya tak jauh dari sekolah, mereka ijin untuk membeli peralatan untuk praktek pelajaran Seni Budaya.
Tapi mereka tetap diam tanpa membeli sesuatu, mereka terus mengekori Farhan yang mengambil banyak cemilan. Sementara Farhan terlihat senang seperti di mawal oleh 5 prajurit yang gantengnya bukan main.
Farhan memasuki suatu toko yang terdapat banyak barang, seperti boneka, jam, kalung, tas dan yang lainnya.
"Gak usah repot-repot atuh a, Aldi mah alhamdulillah pisan di kasih uang 200 juga." mereka menoleh kearah Aldi yang tengah tersenyum lebar, memampakkan deretan giginya.
"Amit-amit," Ezra berjalan mendahului mereka setelah pria itu mengangkat kedua bahunya, Aldi mendelik kearah pria itu.
"Kita seriusan, nanya Farhan!" ucap Ardi sedikit menaikan volume suaranya.
"Palingan buat, queen Rere!" cetus Renan dengan cuek.
Farhan memberikan kedua ibu jarinya kearah Renan, namun cowok itu tak kunjung menatap balik kearah Farhan hingga membuat cowok itu kesal.
Renan adalah seorang pria bersifat dingin, cuek, kalem, dan ngomong seperlunya, di antara semuanya yang bersifat bobrok, bar-bar, gobl*k, malu-maluin, dan rusuh.
Cowok yang mempunyai badan yang lebih tinggi dari yang lainnya tengah di sibukkan dengan mencari sesuatu, tangan cowok itu berjalan dari satu barang ke barang lainnya.
Lalu tanganya berhenti pada sebuah kalung dengan gantelan liotin berbentuk hati, namun tatapannya beralih kearah jam berwarna coklt muda dengan ukuran kecil yang sanvat menarik perhatiannya itu.
"Ngab. Bagusan ini? Apa ini?" tanya Renan menunjukkan kedua barang itu pada mereka.
Mereka langsung menengok ke belakang, Langit berjalan kearah Renan dan mengambil alih kedua barang tersebut. Langit terlihat pokus menatap kalung dan jam itu bergantian.
"Menurut gue sih kalungnya emang bener bagus dan banyak juga orang yang make, tapi gak tau kenapa jam ini malah menarik semua perhatian gue." Ezra mengambil jam yang berada di lengan Langit.
"Gue setuju. Gak tau kenapa juga perhatian dan daya tarik gue malah ke jam ini, di banding sama kalung ini." Ardi ikut menimpali.
"Ekhmm ... Menurut profesor Farhan--"
"Ya elah, ngerumus lagi!" decak Langit sebal.
"Menurut gue dan perhatian serta daya tarik gue juga ikut Ezra sama Ardi, gak tau kenapa jam ini walaupun kecil tapi keliatan sempurna. Dan dari situ jam juga bisa mengingatkan kita untuk lebih menghargai waktu, kaya ngingetin makan, tidur, istirahat, dan lainnya. Sedangkan kalung ini emang cantik, tapi kalau misalnya kita keluar dan bepergian ke tempat otomatis bisa aja dong kena jambret. Dan dari sini juga kita bisa menyimpulkan bagaimana berhubungan dengan seorang gadis, kita jangan tergiur sama luarnya aja. Belum tentu luarnya bagus, dalemnya juga bagus." Farhan menjelaskan dengan panjang lebar.
Aldi dan Ezra terlihat sudah tertidur dengan keadaan dagu mereka di sandarkan di rak, Ardi terlihat berjongkok di bawah dengan menangkup kedua pipinya dan melamun.
Renan menyandarkan tubuhnya pada Langit, pria itu sudah beberapa kali menguap. Sementara Langit masih setia mendengarkan penjelasan serta mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tatapan sayu dan menahan kantuk yang melanda.
"Si anying! Aing ngajelaskan panjang lebar, maraneuh kalahkan sare!"
Farhan berkacak pinggang dengan nada kesal saat Ardi jua ikut tertidur,dan Renan yang sudah memejamkan matanya karna ngantuk.
Namun tatapannya beralih kearah Langit yang menatapnya kosong.
"Monyet. Engkaulah sahabat, sejatiku!" ucap Farhan senang saat masih ada Langit yang merespon ucapannya.
"Gak tau. Kagak ngarti!" terang Langit melengos pergi seraya menggaruk-garuk kepalanya.
"Anying! Geleh da aing mah, ka mararaneuh!" marah Farhan dengan logat sunda, yang sudah di ajarkan oleh Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage
RomanceMenceritakan cerita antara Langit dan Rere yang menikah di usia muda, Rere yang termasuk dalam cewek terfamous dan loyal harus berjodoh dengan seorang Langit Adhitama Andara. Seorang pria yang termasuk dalam anggota OSIS yang mengatur keamanan sekol...