Bab 2 : Kucing Malang, Starla Malang.

17.2K 2.6K 306
                                    

Starla menghela napas panjang. Pupus sudah, tidak ada harapan lagi. Ternyata dia tidak tega jika harus menjadikan Bumi sebagai tumbal keegoisan mementingkan urusan pribadi. Kebaikan Bumi yang selalu berhasil memporak-porandakan hati.

Baru saja Starla hendak mendekati Bumi, lelaki itu sudah dapat menebak ada maksud yang tersembunyi.

Lo mau sesuatu dari gue kan, La? Ngaku deh. Soalnya gue tahu, ini bukan lo. Aneh, sikap lo yang manis ternyata nggak bikin gue bahagia, malah agak—ngeri.

Masih terekam jelas, saat Bumi agak bergidik. Ya, memang mengerikan, sih.

Alhasil dia mengatakan kejujuran pada Bumi. Tapi, cowok itu hanya diam, tidak memberi pendapat ataupun menanggapi. Kebetulan dosen malah memanggil Bumi. Jadi deh, mereka berpisah begitu saja tanpa kejelasan.

"Lo harus terima nasib, La! Mas Al... nama dia udah kayak pemain sinetron andalan emak-emak se-Indonesia. Tapi eh, Mas Al itu ganteng. Sayang seribu sayang, dinginnya itu loh! Astaghfirullah lidah ini ingin terus nyebut, ngucap, ngelus dada. Bandung udah dingin, kalau ditambah dinginnya Mas Al, akankah aku beku? Kayak Elsa Frozen dong?" Starla terus mengoceh sendirian masih merutuki nasibnya yang sungguh malang. Ditambah nada putus asa yang dilebay-lebayin gitu sedikit.

Tepat di taman dekat rumah. Starla memutuskan untuk duduk sebentar sebelum sampai di rumah. Hari ini Opa Starla pulang dari luar kota. Pasti deh, Opa akan membicarakan silaturahmi berhujung penghulu nanti! Aaaaa tolongin Lala dong!

Saat sedang duduk tertegun di kursi panjang taman. Starla mendengar suara kucing kecil mengeong. Tapi, kenapa kucing itu terdengar seperti sedang meminta tolong? Ah, itu sih, kata Starla, seolah bisa mengerti bahasa kucing, kan? Begitulah, kelakuan cucu tunggal opa Gunawan.

"Ucing? Kok kayak lagi kesakitan?"

Starla mencari-cari suara kucing itu. Ia berjalan pelan-pelan menyusuri taman tersebut. Sampai dia tiba di dekat pohon kecil, di sana banyak rumput yang agak tinggi. Ternyata benar, anak kucing itu sedang terluka. Kaki kucing itu berdarah, Starla terkejut langsung menggendongnya reflek.

"Ya Allah, kamu luka, Cing." Starla melihat lagi bagian kaki kucing yang luka. Tidak terlalu parah, sih. Pasti deh, dia terluka karena ulah orang yang tidak berprikehewanan.

"Aku obatin. Tenang aja, jangan nangis," kata Starla mengambil kotak P3K kecil dari dalam tas. Untung saja Starla selalu membawa itu. Itu adalah pesan almarhum ibunya. Alhasil Starla selalu membawa kotak obat itu ke manapun dia pergi.

Kucing kecil itu seolah tahu, bahwa gadis yang sedang mengobatinya itu tidak berniat jahat. Tanpa melawan, kucing itu begitu tenang berada di pangkuan Starla. Dengan hati-hati Starla meneteskan obat antiseptik lalu membalut luka kucing kecil malang itu.

"Udah selesai, nanti pasti sembuh. Kucing manis, kasian kamu. Kerjaan siapa, sih?" cicit Starla yang seperti mengerti bahasa kucing.

Senyuman lebar terlukis di bibir Starla bersama dengan helaan napas lega karena kucing itu terlihat lebih baik tidak seperti tadi yang kesakitan.

"Aku pulang dulu, ya. Kamu kalau dijahatin, gigit aja orangnya. Jangan diem, oke?" pesan Starla. Entahlah apa kucing kecil itu mengerti. Tapi, kucing itu mengeong pelan. Starla pun menyengir.

"Iya, sama-sama."

Ah mungkin saja Starla sudah gila.

Sampai di rumah. Starla berdiri tegap di depan pintu rumah. Dia mendadak gugup. Pasti setelah pintu terbuka, dia akan melihat opanya. Benar, opa baru saja mengirimkan pesan pada Starla bahwa dia sudah ditunggu di rumah. Katanya sih, Mas Al akan datang hari ini ke rumah.

Alpha Secret (Cha Eunwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang