Jaemin dan Jeno sudah berada dalam kamar lagi, keduanya kini saling diam. Hanya tangan mereka yang kini tengah sibuk membatasi tempat tidur mereka.
Mulut mereka sudah terlalu lelah berdebat satu sama lain.
Drrt Drrt!
"Ada telpon, angkat dulu. Aku tidak bisa tidur kalau berisik."
Jaemin hanya menoleh dan mengambil ponselnya di nakas, ternyata ada panggilan video dari Jaeseok.
"Noona!" tanpa berpikir panjang, Jaemin mengangkat panggilan itu. Wajah Jaeseok langsung terlihat jelas disana. Jeno bisa sedikit mengintipnya.
Jaeseok, wanita yang sangat cantik.
Jeno sedikit memiringkan tubuhnya demi memperhatikan Jaemin dan Jaeseok mengobrol.
"Noona dari mana saja? Kenapa baru menghubungiku? Aku hampir gila disini..."
Jeno menarik ujung bibirnya, ia merasa lega karena Jaeseok nyata, untuk saat ini dia bisa sedikit berprilaku baik pada Jaemin.
"Gila? Maksudmu? Memang Jeno suamiku itu bagaimana? Apakah dia memperlakukanmu tidak baik? Apa kau ketahuan?"
"Anniya! Aku gila karena tak sabar dengan hadiahku. Soal suamimu tentu saja aku sudah ketahuan, tapi dia tak akan membocorkannya pada Eomma dan Appa."
"Cih amatiran! Noona sudah bilang padamu. Berperanlah dengan baik."
"Aku sudah semaksimal mungkin, selama orangtua kita belum sadar, aman kan? Jeno hyung juga terus menanyaimu."
"Tenang, aku akan pulang setelah semua acara ku di Jepang selesai. Aku akan pastikan kau kembali ke Asrama sebelum semuanya sadar. Hati-hati ketahuan lagi! Salam untuk suamiku, Bye."
"Bye!" panggilan itu terputus, sementara Jeno kini berpura-pura tidur.
"Heh Tuan bangkotan, kau tadi tak ingin bicara dengan Noonaku? Kapan lagi dia menghubungiku, kan?"
"Aku mengantuk, dengar suaranya saja sudah cukup." bohongnya, padahal kini dadanya berdebar, pikirannya dipenuhi dengan wajah Jaeseok.
"Sudah jangan menggangguku, bocah!"
"Percaya diri sekali kau, aku juga mengantuk! Semoga kau mimpi buruk tuan bangkotan!"
"Hmm!"
'Oh tidak! Aku akan memimpikan kakakmu yang cantik itu, Bocah!'
.
.
.
Pagi itu merenggut kenyamanan dua insan yang tengah tertidur pulas sambil memeluk satu sama lain, padahal semalam keduanya membatasi tempat tidur itu dengan bantal, agar mereka tidak saling menyentuh satu sama lain.
Sebenarnya Jeno yang meminta, karena sejak awal Jaemin tak pernah mempermasalahkan. Namun lihat saja, pelukan itu Jeno yang mendominasi. Apalagi tubuh Jaemin yang kecil sangat pas dalam dekapan Jeno.
"Aku...akan...mencintaimu...seumur hidupku, Jaeseok..."
Cuit! Cuit!
Mata Jaemin perlahan terbuka namun ia masih merasa nyaman dalam pelukan Jeno meski jiwanya masih belum sadar sepenuhnya. Matanya mengerjap-erjap, memperhatikan kulit eksotis Jeno, hidungnya juga mengendus-endus kulit eksotis itu. Baunya asing namun candu...
Hana...
Dul...
Set...
"Hih! LEE BANGKOTAN MEMPERKOSAKU!" jerit Jaemin yang akhirnya sadar sepenuhnya, ia meronta dalam pelukan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Gila | NOMIN
FanfictionNa Jaemin, Bocah laki-laki 16 tahun yang terpaksa harus menggantikan posisi Kakak perempuannya di hari pernikahannya. - Tolong bijak dalam memilih bacaan, karena ini cerita "YAOI/HOMO/BXB" By : KakaJjmino