Chapter 9 : Ketahuan

28.8K 2.9K 526
                                    

Malam...
Buat nemenin malam minggu yang kemaleman ini, aku kasih satu chapter ya~

Happy rreading~

.

.

.

Jeno tengah sarapan pagi ini bersama Jaeseok, wanita itu masih dengan santai menghadapi sikap dingin lelaki tampan itu.

Semalam mereka sudah bisa tidur bersama. Sesama orang yang sudah menikah harusnya salah satu yang mereka inginkan adalah berhubungan intim, namun jangankan begitu, berpelukan saja Jeno tak melakukannya.

Tidak mau lah ya. Jeno justru terus-terusan meminta maaf dalam hatinya pada Jaemin, karena ia merasa telah menyakiti Jaemin dengan tidur dengan Jaeseok.

"Jeno oppa, bagaimana kalau kita bulan madu?"

Jeno mengakat satu alisnya, panggilan 'oppa' yang selalu Jaeseok ucapkan padanya terasa sangat risih di telinganya, mending dia dipanggil Lee Bangkotan oleh Jaemin.

Dan apa wanita ini bilang? bulan madu? Itu tidak akan pernah terjadi.

"Saya baru saja cuti, tidak mungkin mengambil cuti lagi. Pekerjaan saya masih banyak yang belum diselesaikan."

"Oppa~ kerjaan dan kerjaan saja yang selalu menjadi penghalang, bagaimana kita bisa saling dekat kalau begini terus?" wanita itu kini memeluk leher Jeno dari belakang.

"Jaeseok-ssi, segalanya butuh proses kau mengerti? Apalagi saya masih kecewa dengan kejadian kemarin."

"Aku mengerti...maafkan aku."

"Sudah jangan terus minta maaf, saya hanya butuh waktu untuk bisa terbiasa dengan keadaan ini."

Tepatnya mengulur-ngulur waktu, mencari cara agar dia bisa lepas dari Jaeseok dan bebas bertemu dengan Jaemin. Untuk saat ini biarkan saja dulu, selama Jaeseok belum curiga jika dirinya justru mencintai adik dari wanita itu.

"Ne... Jangan terlalu lelah di kantor, jangan sampai tidak pulang malam ini." Jaeseok membenahi letak dasi lelaki itu serta berjinjit untuk mencium pipinya.

"Saya usahakan. Saya berangkat kerja dulu."

Jeno berjalan begitu saja sambil menenteng tas kerjanya, ia masuk ke dalam mobil tanpa menoleh lagi pada Jaeseok. Wanita itu tentu saja kesal, tapi ia tak akan menyerah begitu saja. Semakin Jeno dingin, semakin ia tertarik pada lelaki tampan itu.

"Lucas, kau sedang sibuk tidak hari ini? Bagaimana kalau kita bertemu?"

.

.

.

Jeno tergesa menuju sekolah, tepatnya ke gedung Asrama, ia masih terus berpikir jika Jaemin akan mencarinya karena ia kemarin pergi begitu saja.

Tak membutuhkan waktu yang lama, ia telah sampai didepan pintu kamar Jaemin, untung ia masih menyimpan kunci kamar itu dan belum mengembalikannya kepada Jisung. Namun belum sempat ia memasukkan kunci itu ke lubangnya, pintu itu terbuka memperlihatkan seorang remaja dengan kulit tan, yang tubuhnya banyak perban. Siapa dia?

"Oit! Siapa kau? Mau maling ya?"

Jeno langsung berdiri dengan tegap dan berwibawa, "Sembarangan! Seharusnya saya yang tanya siapa kau? Kenapa ada disini?"

"Heh dengar pak, semua orang di asrama ini tau yang menempati kamar ini Lee Haechan, orang yang ceria, tampan, pintar dan sudah diakui satu sekolah."

Lee Haechan? Nama yang pernah ia dengar dari mulut Jaemin. Apakah ini teman bocah cantik itu?

"Baiklah, kau bukan orang penting karena kau tidak tahu siapa saya. Jaeminaa, kau sudah bang..."

Pernikahan Gila | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang