Chapter 8 : Menginap di Asrama

29K 3.1K 1K
                                    

Jaemin keluar dari ruangan Jeno sambil mengusap bibirnya kasar, ia tak menyangka akan bertemu Jeno disini, bahkan lelaki itu kini adalah wali kelasnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari-harinya nanti kalau bertemu terus dengan lelaki itu.

Jujur saja Jaemin menyukai Jeno, tapi setelah mengetahui semua kebohongan Jeno yang terbongkar, bagaimana ia harus bersikap? Jeno saja waktu itu menyiksanya saat dia ketahuan bukan Jaeseok. Harus adil dong.

Pantas saja ia waktu itu melihat mertuanya sedang berada di pinggir jalan, mempromosikan tempat laundry mereka.

Kali ini dia tidak ingin tinggal diam.

Ia segera mengambil ponselnya, ia ingin melaporkan pada Jaeseok atau Orang tuanya bahwa Jeno dan keluarganya adalah pembohong besar. Mereka akan percaya karena Jaemin memiliki bukti foto nyata di sosial medianya.

Brak!

"Ahh Yah! Ponselku!" Jaemin terjatuh setelah tubuhnya bertabrakan dengan seorang guru, bahkan ponselnya kini terinjak.

"Bocah bugil! Kau tidak punya mata?"

"Menjauh dari ponselku pak!" Jaemin menendang kaki Mark sampai lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Pecah...astaga! Ponselku mati!"

"Pecah ya? Kualat makanya jangan main ponsel saat berjalan, apalagi kau tidak sopan padaku bocah."

Jaemin berdiri, ingin rasanya menendang kembali guru itu tapi yang ada nanti dia kembali di seret ke dalam, ia tak ingin bertemu Jeno untuk saat ini. Kabur dulu saja lah.

"Kau mau kemana bocah? Setelah kau menendangku kau mau kabur? Oh tidak bisa...mana ongkos semalam, mana sini?!" Mark menarik kerah baju Jaemin.

"Tolong pak izinkan aku ke kelas. Untuk ongkos ambil saja ini, dijual masih 10x lipat dari ongkos semalam."

"Cuih barang sudah rongsok begini mana laku."

"Bapak terlalu meremehkan ponselku, ayolah pak."

Jaemin melihat Jeno keluar dari ruangannya dengan terpaksa bocah itu menendang keperkasaan Mark, karena itu titik lemah semua lelaki. Ia segera lepas dan segera kabur.

"Bocah Ib...lis! Tidak seharusnyah kau meme..cahkan barangku!"

Jeno menghampiri Mark yang terkapar, namun matanya terfokus pada Jaemin yang melesat pergi dari sana.

"Kau lihat, hati-hati dengan bocah itu... Jangan pernah membuat masalah dengannya. Aku beberapa kali terkena sial!" wajah Mark benar-benar memerah kesakitan sementara Jeno sedikit menahan tawanya.

"Memangnya kau apakan dia?"

"Tadi aku tak sengaja menginjak ponsel ini sampai begini, tapi yang salah dia sendiri, bermain ponsel saat berjalan. Buatmu saja, kalau perlu buang sekalian." Mark memberikan ponsel itu pada Jeno, lelaki itu tentu saja dengan senang hati menerimanya karena itu milik Jaemin dan bisa jadi alat untuk bertemu bocah itu.

"Sudahlah, ayo ku bantu kau ke ruang kesehatan."

Sementara itu Jaemin pulang ke asramanya dan memilih membolos dia malas sekali jika masuk lagi, karena hari ini full Jeno yang mengajar, katanya untuk mengakrabkan diri dengan muridnya. Mengakrabkan diri apanya? Yang ada Lee Bangkotan itu pasti menggodanya, padahal ia sama sekali tidak memelet lelaki itu.

Cuih! Rasanya Jaemin ingin memaki Lee Bangkotan itu sepuas hati di depan wajahnya. Kalau saja ponselnya tidak rusak, sudah tamat riwayat Jeno.

'Ahhhh...'

Astaga bisa-bisanya sedang emosi begini tiba-tiba terbayang desahannya bersama Jeno tadi malam.

"Yaishh aku ingin ganti kepala, agar  bayangan hahihu dengan Lee Bangkotan itu hilang! Aku menyesal! Menyesal!"

Pernikahan Gila | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang