Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jaemin kini sudah dalam perjalanan menuju asramanya menggunakan taksi online.
Bayangan Jeno saat menggagahinya entah kenapa selalu terbayang di kepalanya, bocah itu sampai membenturkan kepalanya ke depan beberapa kali. Tepatnya ke jok si pengemudi taksi online.
"Kau baik-baik saja?"
"Oh...baik pak. Jangan khawatir."
"Saya tidak khawatir, jika ingin membenturkan kepala, ke pinggir saja lebih keras dan cepat pecah."
"Kurang ajar, saya tandain muka anda ya pak."
Pengemudi taksi itu menoleh dan mobil itu langsung rem mendadak. Jaemin dan pak supir itu saling menatap. Mereka saling mengenal satu sama lain tentu saja.
"Bocah bugil!"
"Anyeonghaseyong nghehe." dengan suara yang dibuat imut.
"Kau sedang apa berkeliaran malam-malam disini?"
Jaemin tersenyum sambil menggoyangkan alisnya, "Mangkal pak!"
"Cepat kembali ke asrama, sebelum kau kena hukuman."
"Cek lagi alamat tujuan saya pak. Jangan rabun, bapak kan pakai kacamata."
Pak guru itu tampak mesem, namun ia tak ingin terlihat memalukan di hadapan muridnya.
"Lalu kenapa bapak berkeliaran jadi pengemudi taksi? Saya bisa laporkan bapak kalau bapak punya pekerjaan lain."
"Ey... Siapa yang melarang seorang guru punya pekerjaan lain?"
"Tidak ada yang melarang pak, mau laporkan saja soalnya gabut."
Jaemin memang sudah terkenal dengan tingkahnya yang unik, jadi pak guru itu sudah tak aneh mendengarnya.
"Bapak bapak! Sejak tadi kau panggil saya bapak, saya masih muda dan belum menikah."
"Menikah dong pak, yeee kasian jomblo bangkotan."
Kita panggil saja orang itu Mark, ia tak ingin meladeni Jaemin lebih lama, bisa-bisa dia terkena darah tinggi, bengek dan sebagainya, bisa repot. Yang penting sekarang dia mengantarkan muridnya itu ke Asramanya.
Butuh waktu 30 menit untuk mereka sampai di gedung Asrama bocah itu. Mereka dengan mudah masuk, karena memang penjaga malam itu sudah diberitahu oleh salah satu guru yang bekerja sama dengan Jaeseok.
Mark sendiri merasa jadi pahlawan karena dia mengira Jaemin bisa masuk tanpa terkena hukuman berkat dirinya. Lelaki itu sama sekali tidak tahu menahu soal ketiadaan Jaemin di sekolahnya beberapa hari ini.
"Cepat masuk, jangan gaduh dan langsung tidur."
Jaemin mengangguk dan turun dengan perlahan, ia masih sedikit perih untuk berjalan.
"Bocah kau ingin pergi begitu saja? Mana uang ongkosnya?"
"Ah... Aku lupa membawa uang. Besok saja pas bertemu lunas ya pak."
Jaemin melesat pergi, lelaki itu benar-benar ingin mengumpat. Untung saja anak itu murid sekolah Neo High School, kalau bukan sudah ia kejar.
Bocah itu berjalan menuju kamarnya, butuh dua kali naik tangga untuk sampai ke sana. Mereka tidak menyediakan lift untuk membiasakan para murid agar tidak malas.
Setelah sampai, Jaemin mengendap-endap masuk ke kamarnya. Hanya ada Jisung yang tidur disana, Haechan tidak ada disana. Kasurnya juga terlihat rapi. Ia ingin sekali membangunkan Jisung dan menanyakan kemana Haechan, tapi hari ini tak ada mood. Biar besok saja, ia ingin bermimpi bertempur dengan Tuan Bangkotannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Gila | NOMIN
FanfictionNa Jaemin, Bocah laki-laki 16 tahun yang terpaksa harus menggantikan posisi Kakak perempuannya di hari pernikahannya. - Tolong bijak dalam memilih bacaan, karena ini cerita "YAOI/HOMO/BXB" By : KakaJjmino