Pregnant

548 61 4
                                    

"Sudah jadi." Jongin berteriak senang.
Ia tidak menyangka dengan roti dan krim vanila bisa menjadi kue tart yang terlihat mahal.
Peringatan 2 bulan mereka menikah. Jongin sangat bahagia, sungguh.
Sehun harus melihatnya, pasti dia sangat senang. Jongin begitu percaya diri.
.
.
.
On Purpose : Pregnant

Rating : M

Genre : Romance/Drama
.
.
.
"Kau ingat janjimu, kan?" Moon Hae In menuntut.
Sehun terlihat bingung dan kacau. "Aku tahu. Tapi ini tidak seperti yang kita bayangkan."
"Kau bilang kau akan bertanggungjawab kalau aku hamil. kau juga bilang kita akan menikah dan membesarkan anak. kau bilang kau mau jadi seorang ayah. kau ingat itu?"
Hae In menuntut, pokoknya dia harus menuntut semua yang dikatakan Sehun padanya. Apapun itu, Sehun memang pernah berjanji padanya.
"Hae In, dengar!" kata Sehun, parkiran sudah sangat sepi. Dan hanya ada mobil Sehun saja di sana. "Situasi tidak seperti yang pernah kita bayangkan. Aku sudah menikah, aku sudah jadi suami seseorang. Mustahil jika aku melakukan hal yang pernah ku janjikan padamu."
Jam menunjukan pukul 9 malam. Dan Hae in nampaknya tidak mau membiarkan Sehun pulang. Sementara di ponselnya Jongin terus menelpon dan mengirimi Chat—dimana Sehun berada, dan mengapa belum pulang.
"Mengertilah, Hae in." pinta Sehun.
"Aku akan datang pada Jongin dan mengatakan apa yang terjadi." kata Hae In, ia mengancam Sehun.
.
.
.
Cklek.
Hal pertama yang ditemukan Sehun adalah Jongin. Dia tertidur di sofa, dimana di atas meja ia mendapati sebuah kue dan topper bertuliskan "happy anniversary."
Entah untuk yang keberapakalinya dia merasa menyesal. Air mata secara lancang membasahi wajahnya.
Apa yang telah ia lakukan?
Apa yang harus ia lakukan setelah ini?
Dia sendiri juga bingung. Dengan lembut ia mengangkat tubuh Jongin—membawanya ke ranjang. Dan tak lupa menyimpan kue itu di kulkas.
Ia segera membersihkan diri. Dia merasa sangat lelah. Dia ingin segera istirahat, bahkan berpikir tidak mau bangun lagi untuk menghadapi semuanya.
"Kau sudah pulang." Jongin ternyata sudah bangun.
Wajahnya terlihat lelah, meskipun dia masih berusaha untuk tersenyum.
"Maaf, tadi lembur." Kata Sehun, dia sudah berpakaian lengkap, dengan handuk di lehernya.
Jongin mengangguk pelan. "Kau pasti sangat lelah, ya."
"Tidak terlalu." kata Sehun. "Kau beli kue?"
"Tidak! Aku bikin." Jongin menyahut cepat.
"Keliatannya enak. Boleh dimakan sekarang?"
Wajah Jongin terlihat ceria mendengarnya. Sehun mengambil kue itu dari kulkas. Meletakannya di atas meja makan. Jongin mendekat dengan sebuah korek api kecil.
"make a wish." katanya.
Sehun tersenyum tipis. "Ini kan bukan ulang tahun."
"Memang. Tapi ini anniversary yang ke dua bulan."
"Hahaha unik juga. Baiklah. Aku akan membuat harapan." kata Sehun. Dia menutup mata, sementara Jongin menyalakan korek.
Sehun tidak tahu harus berharap apa, kecuali yang terbaik untuk mereka berdua. Ia membuka mata dan meniup api kecil di depan matanya.
"Sekarang giliranmu." Sehun mengambil korek itu.
Jongin menutup mata, harapannya adalah: apapun yang terjadi, dia ingin bersama Oh Sehun. Suka maupun duka, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, dia tetap ingin bersama Oh Sehun.
Mereka berdua menikmati kue itu. Sehun bilang krimnya tidak terlalu manis, sementara dia suka manis. Tapi Jongin tidak terlalu suka manis. Hal itu membuat Sehun tertawa, meskipun krim kue nya tidak terasa manis, rasanya tetap enak. Sehun sangat menyukainya.
Makan kue terasa sangat nikmat. Belum pernah Sehun merasa sebahagia ini. Hatinya terenyuh dengan segala yang dilakukan Jongin. Selintas bayangan kekecewaan Jongin membuat dirinya merasa malu. Seharusnya Jongin tidak jatuh cinta pada orang brengsek seperti dirinya.
.
.
.
Luhan berjalan santai memasuki ruangan Jongin. Pagi ini dia masih sama, terlihat sangat bahagia dengan sebuah kotak berukuran sedang di tangannya.
Ia melihat Jongin seorang diri. Kemana Sehun, pikirnya. Meskipun dia senang hanya melihat Jongin, tetap saja perasaan tidak enak selalu hinggap kalau ingat Jongin sudah menikah. Hal yang sedikit tidak pantas menurut Luhan kalau hanya ada mereka berdua saja tanpa Oh Sehun.
"Happy Anniversary." ucap Luhan.
Kotak dibuka, menampilkan mie goreng yang dibentuk seperti kue ulang tahun. Dengan hiasan telur puyuh merah dan ayam goreng tepung dengan saus keju favorite Jongin.
"Wah..Indahnya." kata Jongin. "Trims, Luhan. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah ku miliki." Jongin tanpa aba-aba memeluk Luhan.
Sebagai sahabat, pikir Luhan. Ya, tidak apa-apa kalau memang harus terjebak di zona pertemanan seperti ini. Luhan bukan tipikal orang yang memberi dengan pamrih. Dia cinta Jongin, dan itu nyata. Sesuatu yang tidak pernah diminta Luhan adalah; Jongin harus membalas perasaannya.
"Menurut tradisiku mie artinya panjang umur dan keberuntungan, telur merah artinya kebahagianmu dan Sehun. kemudian ayam, hummm..ini karena aku tahu kau suka ayam goreng."
"Uhh, manisnya." Jongin terenyuh dibuatnya.
.
.
Ke bengkel katanya.
Tapi Sehun berbohong. Sehun makan siang bersama Hae In. Dia bilang bayinya mau makan bersama sang ayah.
Hal yang sebenarnya bisa ditolak Sehun. Tapi terlalu beresiko jika Hae In mendatangi Jongin dan mengakui semuanya.
"Kenapa tidak dimakan, sayang?" tanya Hae In.
Sehun tampak tidak menikmati steak sapi yang dipesannya. "Aku sedang tidak enak makan akhir-akhir ini"
"Aku malah sebaliknya. rasanya mau makan terus, mau makan daging sapi, daging kambing, dan pork belly. Pokoknya daging-dagingan, deh."
"Itu sebabnya kau mengajakku makan steak." ujar Sehun, dengan senyuman.
"Betul!" Hae In menyahut. "Benar-benar anakmu, Oh Sehun."
Sehun menyipitkan kedua matanya. Dia tidak terlalu suka daging sebenarnya. Dia lebih suka sayur-sayuran sejak kecil. Dia punya pengalaman buruk dengan pencernaan kalau makan daging terlalu banyak. Susah buang air besar, sampai harus dibawa ke rumah sakit waktu kecil.
...
Sehun kembali ke kantor. Dan mendapati Kyungsoo, sekertaris Han, Luhan, dan Jongin makan mie dengan sepotong ayam goreng crispy.
"Nah, akhirnya Sehun datang juga." kata Kyungsoo noona.
Jongin tersenyum senang. Ia mengambilkan sepiring mie dan ayam goreng untuk suaminya.
"Ada pesta apa ini?" tanya Sehun.
"Luhan membawakan ini untuk anniversary kita yang ke dua bulan." jawab Jongin.
"Aku mana pernah merayakan yang seperti ini." Kyungsoo berkata, sedikit rasa iri kalau ingat dia tidak pernah punya teman karib selama hidupnya.
"Kemarin Jongin bilang dia akan merayakan anniversary yang kedua bulan, noona. Ku pikir Jongin butuh sesuatu, jadi ku bawakan ini untuknya dan Sehun." kata Luhan.
"Wah, kau ini. sudah tampan perhatian pula." Puji Kyungsoo. Dia tidak pernah memuji mantan suaminya. Karena memang Chanyeol itu pria yang menyebalkan.
"Terimakasih, Luhan." ucap Sehun. "Ku harap kau segera menikah dan aku bisa membalas semua pemberianmu kepada kami."
Luhan tertawa pelan. "Aku akan menyusul nanti. Tapi calonnya belum punya."
"Kemarin ku tawari Kim Jongdae kau tidak mau." sahut Kyungsoo. Jongdae itu sepupu jauh Jongin, Kyungsoo, dan Wonshik. Dia seorang yeoja yang bekerja jadi seorang guru TK. Sosok yang baik hati tapi sedikit introvert dan kurang percaya diri.
Jongin ikut tertawa mendengarnya. Luhan ini memang agak sulit kalau bicara jodoh. Ya mau bagaimana lagi, yang dicintai saja tidak peka-peka.

On Purpose (Hunkai 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang