The Pigeon

430 44 6
                                    

*** Vote dan komentar selalu dinanti dengan senang hati ***
.
.
.
.

Sehun mendapatkan kesempatannya untuk bertemu Hae In di rumah keluarga Kim. Setelah cukup lama ia memohon dan meyakinkan nenek Sora untuk hal ini. Rasanya dia terlihat hina dina, bagai tak punya harga diri—mengingat pernikahannya dengan Jongin hanya sekedar untuk mempertahankan status sosial keluarganya saja.
Hae In nampak sehat, betul. Tapi wajahnya sedikit sembab. Mungkin dia menangis terus, meskipun beberapa maid mencoba untuk menghiburnya.
"Mereka memberikan penjagaan yang cukup ketat, Sehun." adunya, ia baru tidur siang—karena begitulah jadwalnya.
"Aku senang kau baik-baik saja." kata Sehun, ia melirik perut Hae In yang sedikit membuncit. Jongin benar, Hae In akan sangat sulit mendapatkan pekerjaannya sebagai model selain iklan susu ibu hamil.
"Kau mau pegang perutku?" Hae In tersenyum tipis.
Sehun meneyentuh perut itu. Dan dia seperti merasa kehangatan. Seolah dia optimis kembali, tetapi optimis untuk apa, dia juga tidak tahu.
"Besok aku datang. Kau mau makan apa?" tanya Sehun, seraya membelai perut Hae In.
"Aku mau apapun yang kau beli. Eh, aku lihat di katalog brand baju Langgananku sedang mengeluarkan style baru. Apa kau bisa membelinya untuk ku?"
Lebih benar lagi, pikir Sehun. Hae In tidak bisa untuk tidak belanja. Ia yakin, andai Jongin tidak membantunya, dia akan segera bangkrut dalam waktu 2 bulan saja. Masalahnya brand ternama favorit Hae In itu sama sekali tidak murah. Dan Hae In itu sangat buruk mengelola keuangannya meskipun dia sangat cerdas.
"Baiklah."
"Eh—Sehun, apa si mulut besar itu datang?"
"Siapa?"
"Istrimu."
"Jangan memanggilnya begitu, Hae In. Dia sudah cukup membantu kita."
"Maksudnya membantu kau?"
"Terserah."
"Lagipula setelah anak ini lahir dia akan mengambilnya. Dan kita bisa hidup bersama lagi."
"Ya, kita akan hidup bersama." kata Sehun dengan mata kosong, tanpa arah. Dia sendiri pun juga tak yakin dengan ucapannya itu.

.
.
.
On Purpose : The Pigeon

Rating : M for Language

Genre : Romance/Drama.
.
.
.
Malam ini Jongin terlihat cantik dengan tubuh langsingnya yang berbalut kemeja longgar berwarna abu. Kakinya yang jenjang memamerkan cara jalan yang anggun dan sexy. Sehingga membuat Sehun berpikir Jongin adalah makhluk kecil pembangkit hasrat yang membuatnya tergoda.
Mereka habis makan malam, Jongin sudah bisa menyalakan kompor sekarang. Meskipun masih agak takut-takut dan tidak sepanik biasanya.
Sisa minggu yang mereka jalani berlalu begitu cepat. Sehun berpikir, apa rencana Jongin selanjutnya. Tetapi dia tidak bisa menemukan jawaban yang pasti. Hanya sisi liarnya yang terus meronta ketika melihat Jongin dengan tingkah menyebalkan dan juga sexy di satu sisi yang sama.
Bayangan wajah cantik Jongin menghiasi kepalanya. Meskipun saat ini ia sedang sibuk dengan laporannya. Seolah angka-angka di sana menari-nari dan berubah menjadi Jongin yang berbaring dibawahnya dengan peluh di sekujur tubuhnya. Dia cantik, langsing, dan sempurna di mata Sehun.
"Kau kenapa?" tanya Jongin. Menatapnya aneh karena Sehun terus-terusan terlihat gelisah.
Jongin meletakan segelas jus dan berdiri di samping Sehun yang sedang duduk di meja kerjanya. Ia memberikan instruksi untuk laporannya, meminta Sehun untuk membuatnya serapi mungkin. Dengan memberikan sedikit komentarnya tentang harga saham perusahaan koleganya yang sedang menyusut akhir-akhir ini.
Sejak kejadian, dimana Jongin mengacaukan acaranya sendiri. Jongin hanya mau bicara pada Sehun sesuatu yang penting-penting saja. Dan dia kembali dengan hobi favoritnya, yaitu bekerja keras—seolah ingin melupakan semuanya.
Meskipun Jongin melakukannya dengan sengaja. Dan Sehun tahu dengan jelas, jika Jongin kecewa. Semuanya terlihat bias di mata Sehun. Mungkin juga itu karena Jongin, yang pandai menutupi masalahnya dengan memainkan sesuatu dengan sangat mulus.
"Seharusnya tidak begitu. Kau Tahu? Lee Jaehwan sekarang diangkat jadi presdir muda atas permintaan ayahnya yang semakin memburuk keadaannya. Berani bertaruh, bulan depan dia sudah mati."
Enteng sekali dia berkata, pikir Sehun.
"Aku baru akan diangkat jadi presdir saat usiaku 40 tahun."
"Kau juga akan jadi Presdir termuda, Jongin." kata Sehun.
Jongin mengangkat bahu, seolah dia tidak tahu.
"Kau tadi ke rumah Kim?" tanya Jongin.
Sehun mengangguk pelan. "Siapa yang memberitahumu?"
"Para maid di sana. Aku juga kan ke sana mengantar sesuatu untuk nenek."
"Ah, kenapa tidak kau titipkan padaku?"
"Tidak bisa. Harus aku."
Yah, Kim Sora sedikit paranoid kalau soal menerima sesuatu. Itu beralasan karena di tangannya lah Kim Corps berdiri. Sudah banyak musuh yang mencoba menjatuhkan dirinya.
"Bagaimana keadaan ibumu?" Tanya Jongin, ada nada kekhawatiran di sana.
"Jennie bilang belum membaik." Sehun menjawab sedih.
"Bagaimana jika weekend nanti kita ke sana?" tanya Jongin.
Sehun tersenyum cerah. Hae In tidak pernah menanyakan ibunya sewaktu mereka masih bebas pacaran. Bahkan ketika Sehun bilang ibunya jatuh sakit, belum pernah ia mendengar Hae In mengajaknya untuk menjenguk sang ibu.
"Aku akan menyiapkan segala hal kalau begitu." ujar Jongin.

On Purpose (Hunkai 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang