➣Pesan Tersirat

64 20 29
                                    

Jangan pernah berharap sama manusia, karna, itu hanya akan memperoleh kekecewaan.

*
*
*

"Ini jawabannya apaansi? Sumpah, Fisika ternyata lebih susah dari pada ngejar cewek," Ucapan Aldi sontak membuat para cewek menoleh ke arah dirinya.

"Heh, apa maksud lo ngomong kek gitu? Hah?!" Fio merasa ucapan Aldi itu salah.

Kenapa salah? Karna belum ada satu cowok pun yang berhasil mendapati Fio. Setiap cowok yang mengejar Fio, pasti akan capek dan berhenti di tengah jalan.

"Mendingan ngejar cewek ye, Di?" Kholifah menimpali.

Caca mencubit lengan Kholifah yang kebetulan Kholifah duduk di sampingnya. "Aww! Jangan di cubit-cubit dong, Sayang. Sakit tau!"

Uswah menggelengkan kepalanya. "Cuih, dasar buaya!"

Sasya hanya menatap sekilas ke arah Aldi. Naswa menatap sinis Aldi dan Kholifah. Lala dan Ira, mereka berdua melempari Aldi dan Kholifah dengan buku coret-coretan mereka. Sedangkan, Marlen dan Reza? Mereka berdua malah sibuk bermain game online.

Nampak dua sosok bayangan turun dari lantai atas. Atha dan Arka menuruni tangga seraya berpegangan tangan. Melihat adegan romantis tersebut di depan mata mereka, seketika Sasya dan teman-temannya mengkritik Atha dan Arka.

"Yailah, turun dari tangga aja segala pegangan tangan kek gitu."

"Aaaa, so sweet banget sih kak Atha sama kak Arka. Jadi, kepengen kan Lala hikss."

"Aduh, mata Ira ternodai ya Allah."

"Bak seorang raja dan ratu turun dari tangga istana. Eh, tapi ini malah beda konsep hahaha."

"Bedanya di mana dah?"

"Kalo ini raja sama ratunya turun dari tangga rumah. Biasa-biasa aja hihihi."

Atha yang tak suka mendengar kritikan dari sasya dan juga teman-temannya itu, lantas berdecak kesal. "Berisik kau wahai para curut-curutku! Kalian tuh masih bau kencur, jadi udah, ya, diem aja. Enggak usah banyak cingcong!"

"Yeu, curat, curut, curat, curut! Mon maap ni ye, kak Atha. Kita tuh bukan curut-curut kau!" ucap Kholifah sambil memakan camilan.

Atha menatap Kholifah dengan sebal. Sebaliknya, dari tadi Arka hanya diam saja tanpa merespon. Atha menoleh ke arah sang kekasih. Diam dan tidak merespon, ya, reaksi Arka memang dari dulu selalu seperti itu, tidak pernah berubah. Ah, menyebalkan.

Sasya dan semua teman-temannya menertawai Atha. Mereka kasihan terhadap Atha. Kenapa sih Atha mau pacaran sama Arka yang notabenya dingin, galak, dan sok cuek? Eh, tapi untungnya ganteng sih hihihii><

"Di kacangin, di laletin," ledek Reza yang ternyata menyudahi permainan game online.

Marlen mencubit perut Reza. "Ish, si Dugong! Lo ngapa udahan sih mainnya? Tanggung pele bentar lagi menang."

"Heh, Alen! Lo dari tadi pikirannya game mulu. Kapan sih lo mikirin gue?" Timpal Kholifah sambil melemparkan pulpen Aldi ke arah Marlen.

"Bangsul! Pulpen gue itu astaga. Kambing emang lo Khopipah."

Arka memutar bola matanya malas. Dia mengeratkan pegangannya. Sadar dan peka dengan tingkah sang kekasih, Atha pun langsung paham.

"Heh, curut-curut. Gue sama Arka mau ngedate dulu, ya. Lo pada diem-diem di sini aja, ya! Gue titip Sasya, oke? Jagain baik-baik, jangan sampe di guna-guna adek gue, oke, Guys?" Pesan Atha kepada Sasya dan juga teman-temannya. Mereka pun hanya mengangguk.

Sasya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang