"Sasya, cepet turun ke bawah, dek!" Teriak Agatha, kakak sepupu Sasya.
"Astagfirullahalazim. Iya, sabar apa Kak. Sebentar lagi Queen Halu juga mau turun ini!" Sasya membalas teriakan Agatha dengan heboh.
Agatha menggeleng-gelengkan kepalanya, saat melihat adik sepupunya yang sudah tidak waras. Baginya, Sasya itu seperti adik kandungnya sendiri. Dari dulu sampai sekarang, adiknya ini tidak berubah. Masih tetap sama.
Sasya menuruni anak tangga dengan cepat. Sesampainya di bawah, Sasya melihat banyak sekali makanan di atas meja. Tanpa menghiraukan yang lain, Sasya langsung mengambil salah satu makanan itu. Dan, Sasya tertarik pada bolu kesukaannya.
"Kebiasaan banget si lo, Sya. Cuci tangan dulu baru makan," Agatha mengambil makanan itu dari Sasya. Sasya yang tidak terima, akhirnya dia mengadu ke Tantenya.
"Tante, kak Atha nakal nih sama aku. Masa aku enggak di bolehin makan. Kan, aku laper banget tau!" Sasya mengadu dengan berpura-pura menangis, supaya Tantenya itu membelanya.
"Ngadu mulu lo, ah!" Ucap Agatha kesal. Saking kesalnya, Agatha malah memakan bolu yang dia rebut tadi dati Sasya.
Melihat kejadian itu, Sasya kaget bukan main. Pasalnya, bolu yang mau dia makan malah di makan sama kakak sepupunya? Oh, tidak! Ini tidak bisa di biarkan begitu saja.
"Kak, lo apa-apaan si? Bolu gue kenapa lo makan? Ah, balikan enggak bolu gue? Balikin bolu gue, Kak! Balikin!" Sasya mengamuk. Dia menggebrak meja makan dengan kesal.
"Mulai deh, lebaynya keluar," ujar Agatha merotasikan matanya malas dan memakan bolu itu dengan cepat.
"Ih, bodoamat. Lagian, kenapa harus bolu gue sih kak yang lo makan? Itu kan masih banyak bolunya," ucap Sasya dengan wajah cemberut.
"Udah, ah. Capek gue debat mulu sama lo. Lagian gue juga enggak bakalan menang kalo debat sama lo, Sya," ucap Agatha pasrah.
Kalau Sasya sudah cemberut dan mengadu seperti tadi, Agatha hanya pasrah. Karna dari dulu sampai sekarang Agatha selalu saja kalah debat dengan Sasya.
"Sasya, hari ini kamu berangkat ekskul sama kak Atha aja, ya, Sayang?" Ucap Agristina, tante Sasya.
Uhukk! Uhukk!
Sasya yang sedang meminum susu cokelat kesukaannya, tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Agristina. Agristina yang melihat Sasya tersedak seperti itu, hanya menggelengkan kepalanya.
"Enggak, enggak mau. Aku enggak mau berangkat sama kak Atha. Aku berangkat sendiri aja. Titik." Teriak Sasya menolak.
"Dih, gue juga ogah berangkat sama lo. Kalo berangkat sama lo bisa-bisa gue kena sial mulu," ucap Agatha sambil menghabiskan sarapan nya.
"Tante, liat tuh anaknya ngeselin banget. Sasya doain semoga kak Atha sama kak Arka putus, amiin" ucap Sasya sambil mengangkat kedua tangannya seperti sedang berdoa.
"Eh, Sasya, kamu enggak boleh kayak gitu sama kak Atha. Masa doa nya jelek banget si, Sayang. Enggak boleh gitu lagi, ya?" Agristina memeluk Sasya dan merapikan rambut Sasya.
Agristina sangat sayang kepada Sasya. Walaupun, Sasya itu keponakannya bukan anak kandungnya. Agristina sudah menganggap Sasya seperti putrinya sendiri. Agatha pun sudah menganggap Sasya seperti adik kandungnya sendiri.
Bagi mereka Sasya itu sangat berharga. Dari kecil, Sasya sudah di titipkan di rumah ini. Dari kecil, Sasya selalu bersama mereka. Walaupun, Sasya sangat jarang sekali bertemu dengan orang tua nya tapi Sasya bisa menjadi anak yang cantik, mandiri, dan kuat.
"Iya, Tante. Yaudah, kalo gitu aku berangkat duluan ya, Tante. Assalamuallaikum" ucap Sasya mencium punggung tangan Agristina dan segera mengambil tasnya. Sasya berjalan cepat ke arah pintu dan menelpon Ira.
***
"Sa, gue liat catetan PMR lo dong" ucap Ira. Ira adalah teman sebangku dan teman se-Eskul Sasya. Ira teman yang paling dekat dan bisa di percaya. Selain Ira, ada beberapa teman yang juga dekat dan bisa di percaya oleh Sasya.
"Bawel banget si lo, Ra. Nih, bukunya," ujar Sasya seraya memberikan bukunya ke Ira. Ira pun membalas dengan senyuman.
Sebelum masuk ke ruang PMR, Sasya dan Ira duduk di kelas mereka. Kelas mereka sangat sepi dan kosong, lantaran hari ini semua anak SMA GARUDA MUDA sedang melaksanakan kegiatan Ekskul di ruangan mereka masing-masing.
"Kita ke ruangan PMR jam tujuh lewat dua puluh menit aja kali ya, Ra?" Tanya Sasya yang langsung di jawab dengan anggukan kecil Ira.
Baru saja Sasya ingin membaca novel, tiba-tiba Ira menggebrak meja. Sasya yang kaget dan bingung dengan Alyira tanpa sengaja menarik telinga temannya itu.
"Lo bisa enggak si jangan buat gue jantungan sehari aja, Ra?"ucap Sasya kesal dan masih menarik telingan temannya itu.
"Aduh, Sa, sakit anjim!" Ira meringis kesakitan karna Sasya menarik telinganya sangat kuat. "Sa, lepasin kek tangan lo itu. Sakit anjir kuping gue!"
Sasya melepaskan tangannya saat melihat telinga Ira yang merah akibat jeweran darinya. Tanpa merasa bersalah, Sasya meninggalkan Ira di kelas.
"Ih, kok malah pergi si? Bukannya minta maaf malah pergi gitu aja kayak mantan!"
***
Sasya berjalan menuju parkiran sekolah untuk mencari teman-temannya yang belum kunjung datang. Padahal jam sudah menunjuk pukul 7.00 pagi dan ekskul PMR di mulai pukul 7.30. Itu berarti masih ada waktu 30 menit lagi.
Sasya berjalan cepat menuju gerbang sekolah tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Tanpa sengaja Sasya menabrak seseorang yang tengah membawa bola.
"Eh, maaf gue enggak sengaja" Sasya meminta maaf. Sasya melihat bola yang di bawa oleh lelaki itu bukan bola basket. Melainkan seperti bola futsal. Fix, dia pasti anak futsal, pikirnya.
"Enggak pa-pa kok, malahan harusnya gue yang minta maaf sama lo. Lo beneran enggak pa-pa, kan? Tadi gue enggak sengaja," ucap Lelaki itu meminta maaf juga kepada Sasya.
"Iya, santay aja kali. Ya, udah kalo gitu gue duluan, ya. Gue lagi buru-buru banget nih soalnya." Ujar Sasya yang ingin bergegas pergi. Tapi tiba-tiba langkahnya tertahan karna Lelaki itu memegang tangannya.
Sasya menoleh dan melihat tangannya sedang di pegang oleh lelaki itu. Saat menatap wajah lelaki itu, entah mengapa dia teringat pada seseorang di masa kecilnya.
"Sasya Putri Wijaya. Itu nama lo ya? Kalo menurut gue, nama lo itu cantik banget sama kayak pemilik namanya. Btw, lo sekolah disini? Kok, gue kayaknya enggak pernah deh liat lo disini? Lo anak baru atau gimana?" Tanya lelaki itu sambil menatap Sasya lekat.
Bukannya menjawab, Sasya malah membuang muka dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Jantung nya berdebar tak karuan. Kenapa lelaki itu mirip sekali dengan seseorang di masa kecilnya? Bahkan, suaranya pun mirip sekali dengan seseorang di masa kecilnya.
Siapa sebenarnya lelaki yang ada di depannya ini? Jika lelaki itu adalah seseorang di masa kecilnya, apa yang harus Sasya lakukan? Apa yang lagi Tuhan rencanakan untuknya?
Sebelumnya makasih banget buat kalian yang udah baca dan dukung cerita aku ini🤗 Semoga suka ya sama cerita yang aku buat ini:v
See you next time
goresanpenaasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya [Hiatus]
Teen FictionIntinya, berusaha belajar menyukai atau menerima apapun yang tidak kita sukai, itu lah yang aku terapkan dari awal mengenalmu sampai akhir yang seperti ini. Tertanda, Keropimu. ~Cover by Pinterest