"Akhirnya, selesai juga nih ekskul," ujar Lala sambil membereskan peralatan kesehatan.
"Iya, anjir. Capek banget gue tadi dengerin kakak senior ceramah!" Aulia meregangkan tubuhnya yang merasa sangat pegal.
"Lo mah apa-apa capek mulu, Li" sahut Caca yang menoyor kepala Aulia. Aulia menatap tajam Caca.
"Btw, masih mending kakak senior kita yang ceramah, coba kalau Bu Dewi?" Tanya Fanya yang masih menulis materi PMR yang tertinggal.
"Iya, juga sih, ya? Kalo Bu Dewi yang ceramah sih, gue langsung pingsan" jawab Aulia sambil tertawa membayangkan betapa kuatnya Bu Dewi saat ceramah.
"Apalagi pas upacara, anjir. Bayangkan, Dia ceramah hampir satu jam? Satu jam woi. Satu jam, gilaa!" Ucap Maudy yang sedang berbaring di atas meja. Tidak ada akhlak sekali anak ini!
Ira menggelengkan kepalanya. "Udah, apa woi. Gibahin guru mulu lo pada. Berdosa banget tau!"
Naswa yang tengah asik bermain game di pojokan, tiba-tiba dia bergabung dengan temannya. "Berdosa? Aku itu tidak punya dosa."
Zifa mencubit lengan Naswa. "Kata siapa lo enggak punya dosa? Dosa lo aja ama pak Dedy banyak, Nas."
"Dosa lo ama gue juga banyak, Nas!" Ucap Widya memutar bolanya malas.
"Pikirin tuh utang-utang cireng lo ama mak Ella!" Ledek Lala. Naswa hanya menatap sinis Lala.
Mak Ella adalah salah satu ibu kantin di sekolah mereka yang terkenal dengan cirengnya. Mak Ella juga selalu membantu Sasya dan teman-temannya jika mereka terkena masalah.
***
Setelah selesai kegiatan Ekskul, pasti semua murid SMA GARUDA MUDA memilih untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, tetapi berbeda dengan Sasya dan teman-temannya. Mereka malah menuju kantin sekolah, dan pastinya menuju Mak Ella.
"EMAKKKKK!!!" Teriak Naswa saat bertemu Mak kandungnya. Mak Ella maksudnya.
"Anakku-- heh, nggak usah teriak-teriak! Sini, bayar utang cireng lo sama gue!" Teriakan Mak Ella tidak jauh dengan teriakan Naswa. Sama-sama kenceng dan berisik.
"Astagfirullah.. Seketika gue bolot deh denger teriakan anak sama ibunya," Sasya menutup telinga dengan kedua tangannya.
"Banyak-banyakin sabar aja lah, Sya" ujar Zifa pelan sambil tertawa melihat Sasya yang sedang menutup telinganya itu.
Naswa memasang wajah sedih dan cemberut. "Yaelah si Emak. Kalo ketemu sama gue kenapa harus bahas utang cireng mulu si, Mak? Emangnya berapa si utang cireng gue sama lo Mak? Sini deh gue bayar."
"Masih bocah aja udah belagu lo. Ya, udah sini bayar utangnya. Utang cireng lo banyak tau!" Mak Ella memutar bolanya malas.
Lala mengajak Sasya dan yang lainnya untuk duduk. Itung-itung mengabaikan Naswa yang sedang menghitung utang cirengnya.
"Duduk guys! Hari ini kita mau ngapain nih? Baca Novel? Ngeramal? Gibahin guru? Gibahin cogan? Atau gimana kalo kita jadi mak comblang aja?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Lala sungguh luar biasa.
Sasya dan yang lainnya pun ikut duduk. Mereka semua menggelengkan kepala mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Lala. Mak Ella pun ikut menggelengkan kepalanya melihat tingkah Lala yang seperti itu.
"La, lo kalo mau nanya satu-satu apa! Kita kan bingung mau jawab yang mana," omel Widya. Lala pun hanya tertawa melihat ekspresi Widya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya [Hiatus]
Teen FictionIntinya, berusaha belajar menyukai atau menerima apapun yang tidak kita sukai, itu lah yang aku terapkan dari awal mengenalmu sampai akhir yang seperti ini. Tertanda, Keropimu. ~Cover by Pinterest