Semoga apa yang diharapkan, dapat terkabul dan tidak mengecewakan.
*
*
*>>Flashback On.
[Cafe Arles]
"Sebegitu pentingnya kah cowok itu buat lo, Sya?"
Sasya terdiam. Ia tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan dari mulut Rail. Tapi, walau begitu, Rail, bisa melihat dari sorotan matanya. Ya, matanya Sasya yang tiba-tiba saja tertutup seperti sedang menahan bendungan air waduk:v
Sasya dan Rail, mereka pribadi yang bertolak belakang. Kalau di tempat umum, suasananya ramai dan banyak orang asing, Sasya jadi anak introvert. Bahkan bisa lebih pendiam dan introvert dari biasanya. Tapi, itu semua tidak berlaku untuk Rail.
"Kalau boleh tau nih, ya. Siapa sih nama cowok itu?"
"Ratal."
"Nama panjangnya?"
"Gue enggak tau. Gue selalu manggil dia dengan sebutan Ratal."
"Nama panggilan spesial dari lo buat dia ada? Kayak semisalnya gue nih. Nama gue Raillya, tapi Rey selalu panggil gue si cewek judes. Padahal, gue nggak judes, lho."
"Kayaknya sih ada."
"Apa?"
"Atal."
"Lo udah cari cowok itu kemana aja, Sya?"
"Kayaknya sih udah kemana aja deh, Rail."
"Terakhir kali lo cari si Ratal itu dimana?"
"Bandung."
"Terus, sekarang gue harus cari cowok itu dimana? Di Bandung?"
"Di SMA GARUDA BANGSA."
"Kenapa harus di GARSA? Apa lo yakin cowok lo atau temen masa kecil lo, itu ada di sana?"
"Ntah, lha. Gue sendiri juga nggak terlalu yakin sih, Rail."
"Oke. Kalau gitu, berarti gue harus minta tolong sama bang Arles."
"Ba-bang Arles?"
"Kenapa? Ada masalah?"
Sasya menggeleng. Ia tidak ingin menjawab, melainkan malah bertanya yang lain.
"Bang Arles si pemilik cafe ini, kan? Yang judes, matanya tajem, dan sukanya itu marah-marah plus galak-nya itu mirip banget kek lo!"
"Please, deh, Sya. Lo nggak usah buka-buka aib gue! Kan jadi malu tau."
Sasya hanya menggangguk. Tadinya, Sasya ingin bertanya, kenapa Rail harus melibatkan bang Arles? Padahal, sudah jelas kalau bang Arles itu bukan alumni GARSA dan dia sangat benci terhadap GARSA.
>>Flashback Off.
"Abanggg," Rail mengetuk pintu ruangan pribadi Arles.
Sepertinya, mau tak mau Arles harus membukakan pintu untuk Rail. Tapi, bagaimana jika Arles tidak mau buka pintunya? Maka, hari itu juga Arles akan habis di tangan Lyo.
Belum saja pintunya di buka lebar, Rail nyelonong masuk ke dalam. Arles hanya menggelengkan kepalanya dan menutup pintu.
"Lo tau kan hari ini gue sibuk? So, to the point, Rail."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya [Hiatus]
Teen FictionIntinya, berusaha belajar menyukai atau menerima apapun yang tidak kita sukai, itu lah yang aku terapkan dari awal mengenalmu sampai akhir yang seperti ini. Tertanda, Keropimu. ~Cover by Pinterest