Mengapa rindu dan juga menunggu sama-sama tidak enak? Apalagi kalau kita rindu dan juga menunggu untuk orang yang tidak pasti.
*
*
*
"Kok itu mirip kayak Ratal, ya?"Agatha memicingkan matanya ke arah lelaki itu. Lelaki itu mirip sekali dengan seseorang yang Sasya rindukan. Apa mungkin dia sudah kembali? Tapi untuk apa dia kembali setelah membuat adiknya menderita?
"Ngapain lo ke sini lagi, hah? Belum puas bikin adek gue menderita?"
"Kak, gue enggak ada niatan sedikit pun ya, bikin adek lo menderita! Sebenernya, waktu itu-" ucapannya terpotong karna mendengar ucapan Agatha.
"Adek gue udah benci sama lo, sejak lo hilang tanpa kabar. Adek gue nangis dan jadi pendiem selama bertahun-tahun karna lo. Sampai kapan pun, gue enggak akan biarin lo ketemu sama adek gue! Sasya, dia adek gue yang sampai sekarang masih menderita karna lo."
***
Agatha memasuki rumah tanpa salam. Ia langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Sasya dan Ira yang sedang menonton tv hanya bisa membisu. Mereka memperhatikan Agatha dengan tatapan bingung.
"Sa, itu si kak Atha kenapa? Kok tumben dia kek, begitu?" Tanya Ira yang masih menatap kamar Agatha.
Sasya juga masih menatap kamar Agatha. "Ya, mana gue tau. Paling abis di putusin kali sama kak Arka."
"Heh! Sembarangan aja lo kalo ngomong. Enggak mungkin lah, kak Atha sama kak Arka putus. Kayak nya ini lagi ada apa-apa nya, deh" ucap Ira yang sekarang ter fokus pada tv di depannya.
"Fix, gue jadi penasaran, deh. Enggak biasanya tau kakak gue kek, begini" Sasya berniat untuk pergi ke kamar Agatha tapi niatnya itu di tahan oleh Ira.
"Jangan di samperin dulu, Sa. Kak Atha kan lagi esmosi tuh, pasti sekarang dia lagi serem banget. Udah enggak usah di samperin dulu. Di biarinin aja dulu."
"Tapi gue takut kak Atha kenapa-kenapa, Ra. Kalo ternyata kakak gue beneran putus gimana? Terus kalo dia gila gimana? Ya, Tuhan gue sebagai adik yang baik hati bener-bener takut dia kenapa-kenapa, Ra!" Ucap Sasya yang sekarang tampak bingung dan khawatir.
Ira yang melihat Sasya sedang bingung dan khawatir, lantas dia melempar bantal yang ada di dekatnya ke arah Sasya. Sasya mengambil bantal itu dan menatap sinis Ira.
"Lo kalo ngomong yang bener dikit apa, Sa. Omongan itu kan doa tau, Sa. Emang nya lo mau nih, kalo misalnya nanti lo pacaran sama seseorang terus tiba-tiba gue do'a in supaya lo putus, lo mau?"
"Ya, enggak mau lah. Lagian gue mau pacaran sama siapa coba? Dia yang gue suka aja udah pergi dari gue."
"Dia emang udah pergi dari lo, tapi dia belum pergi dari hati lo, Sa. Gue yakin suatu hari nanti pasti akan ada seseorang yang selalu mengisi hari-hari lo. Mungkin seseorang itu nanti bisa gantiin dia di kehidupan lo,"batin Ira.
***
"Sa, request film-film romance dong."
Malam ini Ira menginap dan menemani Sasya. Sasya selalu menghabiskan malamnya dengan novel. Mau ada masalah, tugas sekolah, atau apapun itu pasti ujung-ujungnya novel. Novel, novel, dan novel yang selalu dan sering Sasya baca.
"Sasa, dih, request film-film romance dong! Gue mau liat yang uwu-uwu malam ini," ucap Ira yang langsung mengambil laptop Sasya tanpa izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya [Hiatus]
Fiksi RemajaIntinya, berusaha belajar menyukai atau menerima apapun yang tidak kita sukai, itu lah yang aku terapkan dari awal mengenalmu sampai akhir yang seperti ini. Tertanda, Keropimu. ~Cover by Pinterest