"Dia, sang pemilik hati gue."
*
*
*"Lain kali kalo di suruh pulang, ya langsung pulang! Ngerti?"
Sasya hanya mengangguk. Arka dan Atha tak henti-hentinya menyidang Sasya. Sasya lelah mendengarkan ocehan mereka yang sepertinya tidak bisa di rem.
Sasya melirik jam tangannya. Sudah pukul 18.00 sore, itu artinya Arka pasti akan pulang. Hatinya bersorak ria. Akhirnya, penderitaan yang ia rasakan dari tadi saat pulang dari Mall sampai sekarang akan musnahh.
Atha yang melihat gerak-gerik Sasya, akhirnya ia bersuara. "Cowok gue pulangnya nanti, Sya. Sekitar jam 10 malem dia baru pulang."
Sasya membulatkan matanya dengan sempurna. Ekspresi kaget Sasya membuat Atha menahan tawanya. Arka yang melihat kelakuan Atha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bisa-bisanya si Atha bohong sama Sasya. Gue aja nggak pernah lama-lama di rumah ini. Dasar pacar," batinnya.
***
"Kita berangkat dulu ya, Tante," ucap Sasya dan Ira dengan kompak.
"Iya, bidadari-bidadarinya, Tante," Agristina memeluk Sasya dan Ira, lalu mencium kening mereka satu persatu.
"Jangan bolos-bolos ya sekolahnya. Tante yakin kalian pasti bisa jadi orang sukses kalau sekolahnya itu rajin dan enggak bolos-bolos," lanjut Agristina.
Sasya dan Ira hanya mengangguk tersenyum. "Pamit ya, Tan. Assalamuallaikum."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh."
Agristina melihat Sasya dan Ira yang berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Jujur, sebenarnya ia tak mau Sasya dan Ira berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Tapi, mau bagaimana lagi? Dirinya tidak bisa mengendarai kendaraan, Atha selalu berangkat ke sekolah dengan Arka, Kevan -putranya sedang kuliah di Bandung, dan Kendra -sang suami ia sedang bekerja di luar Negeri.
***
"Sasyaaaaaa," Teriakan Lala membuat semua orang menjadi pusing kepala lalu menutup telinga mereka.
Sasya dan Ira yang baru saja datang, tiba-tiba menutup telinga mereka juga. Lala menghampiri Sasya dan menepuk bahunya dengan keras. Sontak Sasya menginjak kaki Lala dengan keras pula.
"Heh, lo kenapa nginjek kaki gue sih? Sakit tau!" Kesal Lala.
"Heh, lo juga kenapa nepuk bahu gue? Manaan keras banget lagi, sakit bego!" Sasya langsung menduduki bangku nya.
Lala kesal dengan Sasya. Kenapa Sasya bisa sesantai ini? Padahal di lapangan, semua anak SMA GARUDA MUDA sedang di kasih pajak jadian oleh Dito. Dan katanya Dito dan Sasya telah resmi berpacaran. Apakah itu fakta?
Lala menarik tangan Sasya.
"Apaansi, La?" Sasya menepis tangan Lala.
"Lo mau ikut gue ke lapangan sekarang atau mau berurusan lagi sama the bad girl club itu?" Tanya Lala dengan serius.
Sasya menatap mata Lala. Tatapan mata Lala sangat serius dan nada bicaranya pun juga begitu. Akhirnya, Sasya berdiri dari tempat duduknya.
"Gue pilih option yang pertama aja deh," jawab Sasya yang langsung di tarik oleh Lala.
Ira dan yang lainnya hanya mengikuti dari belakang. Mereka berlari ke arah lapangan SMA GARUDA MUDA. Lala mendorong dan menyingkirkan semua orang yang menghalangi langkahnya dan juga langkah Sasya. Ia harus membawa Sasya ke tengah lapangan dan mengklarifikasi'kan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasya [Hiatus]
Novela JuvenilIntinya, berusaha belajar menyukai atau menerima apapun yang tidak kita sukai, itu lah yang aku terapkan dari awal mengenalmu sampai akhir yang seperti ini. Tertanda, Keropimu. ~Cover by Pinterest