CHAPTER 12

123 17 46
                                    

Happy reading~
.

.

.

.

.

Pintu lift terbuka, menampilkan seorang perempuan berpenampilan rapi yang secara tidak langsung membuat Jiyeon yang tadinya menunggu lift membuka pintunya guna mengantar dirinya ke lantai satu kantornya, memandang seseorang itu terkejut yang dengan cepat Jiyeon segera merubah ekspresinya lagi menjadi lebih tenang, tidak ada lagi wajah terkejut yang ia tampilkan.

Sebelumnya...

Tadinya Jiyeon akan menuju lantai satu tempat kantin kantor berada, dengan alasan yang pasti kalian para readers tau pasti apa yang akan dilakukan Jiyeon, Exy saja sebenarnya sampai keheranan dengan tingkah sahabatnya ini.

Baru saja beberapa langkah kaki Jiyeon melangkah keluar dari ruangannya menuju lift, langkahnya harus terhenti sebentar guna mengecek ponselnya yang bergetar, ternyata sebuah panggilan dari Exy lalu Jiyeon segera melanjutkan jalannya menuju lift sambil mengangkat panggilan telpon dari Exy. Baru panggilan tersebut diangkat dengan kata pembuka dari Jiyeon yang seakan-akan mengajak Exy bertengkar, tetapi setelahnya yang didengar oleh Jiyeon adalah nada bicara Exy yang sepertinya sedang panik. Setelah pertanyaan paksa Exy yang berhasil membuat Jiyeon menjawab dimana Jiyeon sekarang dan dengan segera Exy menyuruhnya kembali ke ruangannya. Ada apakah sebenarnya sampai-sampai membuat Exy panik. Belum sempat Jiyeon menanyai kembali pada Exy, pintu lift yang ada didepannya terbuka, sekarang Jiyeon tau kenapa Exy sampai panik seperti tadi, langsung saja Jiyeon menutup panggilannya secara sepihak.

Entah Jiyeon harus berterima kasih atau tidak kepada Exy, karena belum sempat Exy memberitau alasannya, ternyata alasannya sudah berada di depan mata. Tetapi niat Exy sudah baik, ia hendak memberitau pada Jiyeon tentang siapa yang sekarang ditemui Jiyeon. Oke-oke ingatkan Jiyeon untuk berterima kasih pada Exy nanti setelah urusan yang sekarang ada di depannya selesai.

"Hai..."

Perempuan yang ada di depan Jiyeon tadi menyapa, lalu segera keluar dari lift yang setelahnya pintu lift langsung menutup dan berjalan kebawah.

jiyeon yang disapa hanya menunjukkan ekspresi datarnya semenjak perempuan tadi keluar dari lift, ia tidak menyambut ataupun menyapa balik.

"Long time no see Jiyeon, how are you?"

Lagi-lagi pertanyaan yang dilontarkan perempuan tadi tidak digubris oleh Jiyeon.

Perempuan tadi hanya bisa tersenyum kecut dan memandang getir ke arah Jiyeon, Jiyeon masih marah agaknya.

"Kamu masih marah sama aku?"

Jiyeon tetap diam.

"Kalo kamu diem berarti iya, kamu masih marah sama aku"

Jiyeon benar-benar enggan membuka suara guna menjawab pertanyaan tidak berguna perempuan didepannya ini.

"Aku mau ngomong sama kamu, boleh kita ngomongnya di ruangan kamu aja takutnya nanti karyawan kamu denger?"

Tanpa menjawab Jiyeon segera berbalik lalu segera berjalan mendahului perempuan tadi menuju ruangannya, setidaknya Jiyeon masih mempunyai sopan santun, ia memiliki tamu dan sepertinya akan membicarakan hal penting atau lebih tepatnya pribadi, jadi Jiyeon harus menyediakan tempat yang enak dan nyaman untuk tamunya itu, paling tidak, tidak ada orang lain yang mendengar.

Perempuan tadi segera menyusul dan menyamakan langkahnya dengan Jiyeon, tidak membuka suaranya terlebih dahulu.

Jiyeon membuka pintu ruangannya lebar lalu segera duduk di sofa single itu, membiarkan tamunya tadi masuk dan menutup pintunya. Setelah menutup pintu, perempuan itu duduk di sofa panjang sebelah Jiyeon agak mengambil jarak.

WE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang