CHAPTER 22

150 19 46
                                    

Happy reading~

Enjoy~
.

.

.

.

.

Dughh...

Brakkk....

Brakk...

Dugh...

Luda menoleh saat mendengar suara gaduh dari arah lantai 2 rumah Jiyeon ini.

Sekarang Luda tengah berada di dapur rumah keluarga Kim, ia sedang mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jiyeon yang akan berangkat ke kantor bersama.

Iya, Luda masih berada di rumah Jiyeon, dikarenakan Eomma Lee masih berada di desa bersama nenek Luda dan Eomma Kim yang masih belum pulang dari kegiatannya di LA.

Luda dengan telaten mengoleskan selai coklat pada roti yang akan menjadi sarapan sederhana mereka berdua dan tidak lupa juga teh sebagai minum nya.

Jiyeon turun dengan kemejanya yang sedikit berantakan sambil tangan kirinya yang memegang dasi dan tangannya yang lain mengusap-usap kepalanya lengkap dengan ekspresi kesakitan nya.

Luda selesai dengan urusan menyiapkan sarapan mereka berdua, menepuk-nepuk telapak tangan nya untuk menghilangkan remah roti yang masih menempel lalu mencuci tangan.

Jiyeon berjalan ke arah dapur, mendekat ke arah Luda, dan Luda pun yang telah mengeringkan tangannya memasang ekspresi bingung nya.

Ada apa dengan Jiyeon pagi ini?

"Da...." Rengek Jiyeon.

"Kenapa?" Tanya Luda lembut sambil tangannya mengambil dasi yang dipegang Jiyeon guna diletakkan di meja.

Jiyeon mengambil tangan sebelah kanan Luda lalu mengarahkan nya untuk menyentuh ujung kepala Jiyeon.

"Sakit, kebentur lemari" Lapor Jiyeon pada Luda dengan wajah yang dibuat sedih, bibir melengkung ke bawah.

"Kok bisa?" Tanya Luda lagi lembut dengan tangan yang mengusap pelan kepala Jiyeon.

"Tadi lagi cari dasi di bawah, jatuh waktu ambil jas, eh pas berdiri kebentur yang atas...sakit.." Lagi, bibir Jiyeon melengkung ke bawah seakan mengatakan bahwa kepalanya benar-benar sakit karena terbentur tadi.

Tidak bohong, Luda ingin tertawa saja rasanya karena melihat ekspresi Jiyeon ini, Luda seperti mengasuh anak kecil sekarang ini.

Luda menahan tawanya berusaha untuk tersenyum menanggapi aduan Jiyeon barusan.

"Mana yang sakit?"

Jiyeon menunduk lalu tangannya menunjuk bagian kepalanya yang tadi terbentur.

"Ini..."

Luda menjijnjit sedikit lalu tangan kanannya ia arahkan pada kepala Jiyeon, mengusap pelan.

"Udah, sembuh, udah gapapa, nanti juga hilang sendiri sakitnya"

"Ngga bisa Da, masih sakit" Jiyeon mendongak memperlihatkan lagi wajah memelasnya.

"Trus aku harus gimana biar sembuh? Mau diobatin gimana? Pake es batu aja mau? Di kompres gitu biar sakitnya reda" Tanya Luda.

Dengan sangat tiba-tiba Jiyeon menarik tubuh Luda mendekat, menarik pinggang Luda, menatap mata itu dalam, disertai dengan senyum manis Jiyeon.

"Mau tau sembuhin nya gimana?" Alis Jiyeon ia naik turunkan dengan ekspresi yang kalau kata Luda, menjengkelkan, tetapi untuk sekarang mungkin bisa dibilang malah membuat Luda gugup.

WE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang