Chapt 11 - Drive Alone Past Your Street

57 10 0
                                    

*This chapter was inspired by Olivia Rodrigo's song, 'Drivers License'

***

Normal POV

Alunan musik jazz klasik khas era 1920-an melantun merdu membuai indera pendengarmu dengan lihainya. Merefresh kembali kapasitas otakmu setelah dipenuhi berbagai hal meletihkan yang telah terjadi hari itu sejak pagi. Setiap langkah yang kau buat terkesan tegas tanpa menghiraukan hiruk pikuk khalayak yang berlalu-lalang pada siang menjelang sore itu. Walau cukup penat setelah berjam-jam mendiskusikan banyak hal bersama dengan editor dan timmu, bertukar pikiran, berdebat masalah ini dan itu, hingga tenggelam dalam alur cerita yang kau tulis sendiri. Segalanya membuat harimu terasa lebih panjang dan lambat. Namun, sama sekali tak kau sesali karena pada akhirnya kalian mencapai sebuah kesepakatan bersama setelah rapat panjang yang seperti tiada ujung. Kau merasa lega bahwa ide-ide barumu sebagian besar mendapatkan respon yang memuaskan dari editor dan timmu. Setidaknya untuk saat itu, satu beban telah berkurang dari pikiranmu dan kau pantas untuk mendapat secercah ketenangan walau hanya dalam sepanjang perjalanan pulang.

Bangunan bercat abu-abu yang berdiri kokoh dan siap menyambutmu hangat sudah mulai terlihat dari kejauhan. Kau sedikit mempercepat langkahmu sembari membayangkan rasa nikmat yang spektakuler saat punggungmu akhirnya dapat bersentuhan dengan empuknya kasur yang juga siap menopang tubuhmu dengan hangat. Langkahmu terasa begitu ringan dan gamblang, hingga sesuatu membuat kakimu secara mendadak terhentak dan membatu, terpaku pada block paving jalan tempatmu memijak. Netramu memandang kaku lurus ke depan, kepada sosok yang tak asing di matamu.

“…Yuuri?”

Kau bergumam begitu pelan, hingga kau sendiri ragu apakah Yuuri bisa mendengarnya atau tidak.

Yang bersangkutan hanya menatapmu dengan lembut dan teduh. Ah, rasanya kau seperti sudah sepuluh tahun tidak melihat tatapan hangat itu. Kau merindukannya.

Bahumu yang sempat menegang tadi akhirnya luluh hanya dengan tatapan hangat Yuuri, tubuhmu sedikit lebih rileks. Kau membalasnya dengan melontarkan seutas senyum tipis namun intens.

“(y/n)… um, bagaimana kabarmu?”

Kau terkekeh secara tak disengaja, dengan cepat melepas earphone yang sejak tadi bertengger manis di telingamu. Memang, Yuuri tetaplah Yuuri. Hampir saja kau melupakan fakta penting itu. Gelagatnya setelah beberapa hari tak menampakkan muka padamu terlihat begitu polos dan clueless. Segalanya menjadi terasa lebih ringan saat itu, padahal sebelumnya kalian saling berbentur rasa, penuh pertanyaan atas apa yang telah terjadi.

“Seriously, Yuuri? After all those days you dodge me?” ujarmu dengan ekspresi jenaka dan sedikit kekehan kecil.

“Oh? Kau menyalahkanku sekarang?” balasnya yang juga mengimitasi perangaimu.

“Ya! Semua orang akan menyimpulkan bahwa kau menghindariku setelah drama pernyataan cinta.”

“Hey, kau juga patut dicurigai, tahu. Aku sendiri menyimpulkan bahwa kau yang menjauhiku, bodoh.”

“Kalau begitu kau menyimpulkan tanpa dasar yang jelas. Sejak kemarin aku bertanya-tanya kenapa kau tidak membuat bising notifikasi ponselku seperti biasanya.”

Kau meluncurkan jurus debat andalanmu dengan senyuman bangga dan menjulurkan lidahmu panjang.

“Hhh… please grow up, (y/n). Kita sama-sama mengerti keadaannya. Kau ini sudah tua, baka.”

Yuuri mencubit hidungmu pelan namun sedikit berlama-lama hingga kau merengek memintanya untuk melepaskan.

“Kau habis dari mana?” tanyanya kemudian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Precious Feelings [Reader's Imagine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang