Normal POV
BRUK
Kau hempaskan tubuhmu di atas empuknya ranjang kesayanganmu itu. Entah kenapa, hari ini terasa sangat melelahkan bagimu. Mengantar naskah cerita untuk novel terbarumu, reuni dengan teman SMA mu, hingga mendengarkan curhatan super panjang di kamar Yuuri. Sudah bukan hal yang mengejutkan lagi untukmu dan Yuuri, bahkan keluarga kalian berdua. Kau dan Yuuri sering menghabiskan waktu di kamar salah satu dari kalian dengan melakukan hal-hal yang penting hingga hal yang sama sekali tidak penting (jangan mikir kemana mana XD).
Namun, kau merasa cemas dengan curhatan Yuuri sore tadi.
Flashback on
"Ne, (y/n)-chan. Kurasa...aku akan vacuum..."
"Vacuum? Maksudmu?"
"Vacuum...berseluncur," ujarnya dengan nada suaranya yang tak berpendirian.
"Heee?! Yang benar saja! Kau bercanda, kan?"
Ia menggeleng pelan, "Iie, aku ini cukup serius, kok."
"Baka... Butuh berapa lama untuk membangkitkan semangatmu setelah terjatuh sekali? Kau bilang ingin menjadi skater terbaik di tingkat dunia. Tapi baru terjatuh sekali saja kau sudah ingin menyerah? Dengar ya, seorang pemenang itu butuh lebih dari satu kegagalan."
"..."
"Yuuri-kun. Aku tidak pernah mengenal dirimu yang seperti ini. Dulu sekali, semangatmu sangat menggebu-gebu saat berbicara tentang impianmu. Kumohon, ingatlah alasanmu dulu untuk mengawali ini semua."
"..."
"Asal kau tahu, semangatku dalam menulis cerita itu...karena aku selalu kagum dengan keteguhanmu."
Flashback off
Setelah mengatakan kalimat terakhir itu, kau langsung keluar dari kamar Yuuri. Kau sangat muak melihat wajah muramnya itu. Jika saja kau tidak segera keluar, dan terus menatap ekspresi bodoh itu, mungkin kau sudah memberikan pukulan terbaikmu pada wajahnya.
"Tch. Dia itu memang bakatsudon. Ternyata ekspresi cerianya saat mengajariku seluncur tempo hari itu tidak bertahan lama, ya," kau menggumam sembari memandang langit-langit kamarmu yang bernuansa ivory sambil membayangkan ekspresi Yuuri sore tadi.
.
.
.
"(y/n)-chan, bangun. Yuuri-kun mencarimu, tuh."
"Hm? Kaa-san... Kenapa dia? Kenapa pagi-pagi sudah bermain ke rumah orang, sih," kau berusaha bangkit dari tidurmu sembari mengusap-usap kedua matamu seperti anak kecil.
"Yuuri-kun menunggumu di bawah," ujar ibumu, lalu keluar dari kamarmu.
"Tch, merepotkan saja..." kau segera turun dari ranjang single bed mu dan ke kamar mandi untuk membasuh muka.
.
"Ada perlu apa?" tanyamu datar pada lelaki berkacamata itu yang sudah duduk di sofa sedaritadi.
"U-um...maaf ya, sudah membangunkanmu," ucap Yuuri sedikit basa-basi.
"Kalau sudah tahu begitu, cepat bicaralah," kau menghempaskan tubuhmu di sebelah Yuuri.
"Aku ingin mengajakmu menonton kompetisi selanjutnya. Besok lusa."
Kau terdiam sejenak. Menatap Yuuri dengan tatapan bingung.
"Hahaha, aku tahu kalau kau ini memang tidak bisa melupakan karirmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Feelings [Reader's Imagine]
FanfictionDapatkah cinta monyet berpeluang menjadi cinta sejati? Pertemuan terakhirmu dengannya telah menggugah hatinya untuk tetap mengejarmu. Di satu sisi, seseorang dengan penuh kesederhanaannya mengisi lembaran demi lembaran dalam hidupmu, juga selalu be...