Normal POV
Segalanya tentang Victor, kau sadar kalian tak lagi bocah kecil polos yang buta akan cinta. Kau pun sadar segalanya tentangnya telah berubah. Ia bukan lagi penjagamu yang selalu siap dua puluh empat jam mengajarimu dan melindungimu layaknya empat belas tahun yang lalu. Kini sosoknya telah bersinar, banyak orang mengenalnya dan mencintainya. Namun, hatimu tak pernah ragu akan sebuah rasa sayang yang tak pernah dimiliki setiap orang di luar sana untuk Victor, kecuali hanya dirimu.
Di samping itu, hati kecilmu pun tak lepas dari perasaan cemas jikalau semua perubahan itu dapat mengubah perasaan Victor walau pada 'suatu hari'.
.
Suara detik jarum jam saat itu hanya bagai angin lalu buatmu. Layar laptop yang menampilkan sebuah foto beberapa orang tengah tersenyum lebar menghadap kamera, menjadi sebuah fokusmu saat itu.
Seutas senyum terpatri tipis. Netramu tak jengah sedikitpun menatap lekat foto tersebut juga memorimu yang begitu saja menayangkan kilas balik kepingan-kepingan kenangan yang masih membekas dalam ingatan dan benak. Foto kedua orangtuamu, beserta Victor yang tengah merangkulmu layaknya seperti adiknya sendiri. Kalian semua terlihat tersenyum. Terutama dirimu yang menunjukkan senyum lebar hingga mata bulatmu menyipit.
Memorimu melayang pada kejadian semalam, saat kau, Victor, dan Yurio berada dalam bioskop. Kau beberapa kali menangkap perhatian Victor yang tertuju padamu. Hingga pada akhirnya, Victor melancarkan hasrat dari sorotan matanya, menciummu di tengah-tengah berlangsungnya film.
Namun, ciuman kalian kala itu, Victor melumat bibirmu, menggigit lembut bibir bawahmu, bahkan menyelipkan lidahnya ke dalam mulutmu. Tentu di luar sepengetahuan Yurio.
Kau merasa ciuman kala itu―lebih panas. Relungmu memanas bahkan mendidih. Perutmu serasa dipenuhi oleh kupu-kupu yang ramai beterbangan. Kau semakin merasakan perbedaan besar di antara kalian yang sekarang dengan yang dulu.
Terhanyut dengan bayang-bayang semalam, pipimu menghangat. Kau menutup wajahmu sendiri dengan kedua telapak tangan. Terbawa perasaan. Tentu saja, karena hal itu merupakan yang pertama bagimu.
'Namun... bagaimana dengan Vicchi? Apa itu juga yang pertama baginya?'
Entah kenapa, hatimu tiba-tiba memikirkan hal itu. Kau benar-benar merasa seperti telat remaja. Perasaanmu gaduh, campur aduk, sulit diekspresikan apalagi dijelaskan.
Di tengah kesibukanmu mengulas kejadian semalam, ponselmu berdering dan cukup mengejutkanmu. Ada satu pesan masuk.
To : (y/n)
From : Bakatsudon
Subject : -
Message :
Apa kau sibuk? Bisa ke sini sebentar? Kutunggu di kamar.Kau mengernyit. Tumben sekali Yuuri mengirimimu pesan yang terlihat cukup serius. Apa ada hubungannya dengan kemarin?
Kau segera menutup laptopmu dan bergegas ke rumah Yuuri dengan hanya memakai piyama tidurmu. Tentu hal itu sudah biasa.
.
Tok tok
"Hoi, Yuuri. Ini aku."
Tidak sampai tiga detik, knop pintu bersuara dan pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok Yuuri dengan wajah bangun tidurnya.
Tanpa dipinta, kau langsung saja masuk ke dalam. Langsung mengambil posisi duduk di sisi kasur Yuuri.
"Ada apa? Sepertinya masalah serius, hm?"
Tanpa basa-basi, kau langsung saja menanyakan hal yang sedaritadi membuatmu penasaran. Yuuri masih terdiam dan duduk di sampingmu. Ia menatapmu berlama-lama. Seakan ada sesuatu yang hendak disampaikannya namun tidak sampai terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Feelings [Reader's Imagine]
FanfictionDapatkah cinta monyet berpeluang menjadi cinta sejati? Pertemuan terakhirmu dengannya telah menggugah hatinya untuk tetap mengejarmu. Di satu sisi, seseorang dengan penuh kesederhanaannya mengisi lembaran demi lembaran dalam hidupmu, juga selalu be...