Yuuri's POV
Tak pernah kubayangkan jika akan menjadi seperti ini. Tahun-tahun yang telah kulewati dengannya, kukira akan baik-baik saja sampai saat ini bahkan untuk ke depannya. Tak pernah kupikirkan sedikitpun tentang sesuatu yang buruk yang mungkin saja terjadi antara aku dan dia. Mungkin itu semua karena dirinya yang lihai membuatku tenggelam dengan rasa nyaman.
Andai saja dia tahu, dia gadis pertama yang selalu menjadi alasanku semangat setiap mengawali hari dan membuatku tenang saat di penghujung hari. Bersama dengannya, adalah impianku yang sebentar lagi pupus.
Betapa tak beruntungnya diriku dipertemukan oleh sang pujaan hati Victor Nikiforov. Dan bodohnya aku yang tenggelam dalam lautan di hatinya yang hangat. Sekarang, aku bukanlah apa-apa di hadapannya jika disandingkan dengan Victor.
Mereka cocok.
(Y/n) akan bahagia jika dia bersama Victor. Namun, mungkin aku akan hancur setelah kehilangan sosoknya yang dulu selalu menyinari hariku. Aku tak yakin akan sesemangat sebelum dia bertemu kembali dengan Victor.
Akankah impianku hancur di titik ini?
Aku menyayangi (y/n). Aku akan selalu berharap untuk setiap kebahagiaannya.
Berbahagialah, sobat.
.
.
.
Normal POV
Sudah hari ke sekian sejak kehadiran Victor kembali ke dalam hidupmu. Siapa kira, di usiamu saat ini, pada masa-masamu sekarang, ia datang ke Jepang dengan membawa segenap perasaannya yang kau kira telah lama hilang.
Beberapa waktu yang tersisa untuk kalian berdua hingga pada saatnya ia harus kembali ke Rusia, kau sangat menyadari hal itu. Namun, apa yang akan kalian buat untuk menghadapi besarnya jarak yang membentang di dalam hubungan kalian nantinya?
Pagi ini, seperti biasa layaknya beberapa hari belakangan, kau terbangun dari tidur dengan suasana hati yang riang, walaupun kau tidur sedikit terlambat dari biasanya untuk menyelesaikan bait-bait terakhir dari revisi novelmu.
Tok tok
Sayup-sayup ketukan pintu terdengar membangunkan lamunanmu yang masih menguasai pikiranmu sebangun tidur.
"Apa kau sudah bangun? Kaa-san membuat sarapan kesukaanmu. Segeralah turun."
Ujung bibirmu tertarik ke atas. Kau rasa tak hanya dirimu saja yang tengah dilanda rasa bahagia, namun orang-orang di sekitarmu, sepertinya juga tengah berbahagia oleh masalahnya masing-masing.
"Baiklah, Kaa-san. Aku segera turun."
Lalu, pagimu berjalan dengan mulus. Sebelum aktivitasmu hari ini dimulai dengan orang-orang yang berarti bagimu.
.
.
.
"Ohayou, Nee-chan. Hari ini... bisa pinjam Yuuri?"
Kau berdiri dengan setelan outfit yang terlihat santai namun manis jika berpadu dengan tubuhmu. Berbincang dengan kakak Yuuri di ambang pintu rumah keluarganya.
"Heh? Kau ini kenapa, hm? Bukankah tiap hari kau memang 'memakai' Yuuri?" Nee-chan terkekeh heran sebagai tanggapan dari kalimat perizinanmu.
"Ehehe, memang sih. Jadi, apa bisa kupinjam sebentar?"
"Lama juga tidak masalah, asal kau tahu. Tunggu sebentar, ya."
Bersamaan dengan kakak Yuuri yang kembali masuk ke dalam untuk memanggilkan adiknya, kau menunggu di teras depan dengan menikmati sofa empuk berwarna soft-blue kepunyaan keluarga Katsuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Feelings [Reader's Imagine]
FanfictionDapatkah cinta monyet berpeluang menjadi cinta sejati? Pertemuan terakhirmu dengannya telah menggugah hatinya untuk tetap mengejarmu. Di satu sisi, seseorang dengan penuh kesederhanaannya mengisi lembaran demi lembaran dalam hidupmu, juga selalu be...