Ditto hampir menumpahkan kopi espresonya sewaktu disuguhi penampilan kasual Nayla yang tidak biasanya terlihat di rumah. Memang biasanya gimana? Dasteran atau kaosan plus celana pendek adalah outfit andalan ibu dua anak tersebut selama di istana kecilnya. Makanya waktu pagi-pagi begini Nayla sudah rapi nan cantik badai, seisi rumah kaget.
“Mama,” si sulung Sunny bersuara di tengah suapan roti panggangnya yang tertahan di kerongkongan. “Mama ... mau nge-band di mana?”
“Nge-band??”
Sunny mengangguk, rambutnya yang mulai panjang ikut terbawa seiras gerakan kepalanya. “Itu, dandanan Mama persis rocker. Kaya yang aku liat di A Star Is Born.”
“Hei, kamu tau darimana film itu? Perasaan Mama udah umpetin—Oh, got it. Pasti kamu ‘kan?”
Sekali lagi, Ditto tersedak minumannya sendiri. Kali ini penyebabnya delikan tegas dan telunjuk yang menjurus langsung kepadanya. “... Yah, ketauan deh hehehe ....”
“I’ve told you to not let them doing that before 15, Tubagus Ditto.” Dari suaranya Nayla jelas marah, kecewa juga.
Soalnya berkali-kali dia mengingatkan Ditto pentingnya pembelajaran hal dewasa untuk anak-anak mereka secara bertahap dan jelas A Star Is Born gak termasuk bahan pembelajaran yang baik untuk dua bocah yang bahkan belum genap sepuluh tahun.
“Aku lupa, Nay ... Tapi—tapi aku skip kok yang macem-macem! Beneran!”
“Yaudahlah, orang udah ketonton juga.” Perempuan berambut cokelat itu mengusak kepala Sunny dengan lembut seraya berujar, “Sunny.”
“Ya, Mam?”
“Nanti malem mau denger dongeng sama Mama gak?” Bahu Ditto langsung menegak mendengar tanya lembut Nayla pada Sunny. Astaga, terancam tidur di luar kamar ini mah.
“Nay,” rengek laki-laki itu sepenuh hati. “Nay, aku minta maaf.”
“Mau dong, Ma! Udah lama banget aku sama Luna gak denger dongeng Mama. Setiap aku minta pasti Papa bilangnga ada urusan orang gede terus sama Mama.” Pandangan terkhianati dilayangkan Ditto ke anaknya, merasa kecewa tidak ditolong. “Kamu mau juga ‘kan, Lun?”
“Sounds good.”
Oke, kalau begini ceritanya sudah pasti Ditto tidak tidur dengan Nayla. Malam nanti pasti akan jadi malam yang panjang, entah untuk Nayla atau Ditto. Nayla dengan sesi dongeng bersama kedua buah hatinya, Ditto dengan penyesalannya karena kelepasan melanggar aturan.
“Kamu mau ke mana sih emangnya? Aku sengaja ambil jatah bolos biar kita bisa quality time bareng, kamunya malah pergi.” Ditto berkata lagi, “Mau main sama mama-mama rempong ya?”
“Mama rempong? Ya Tuhan, Ditoo, kamu tau begituan dari siapa?” Hilang kesalnya gara-gara kata mama rempong loncat dari bibir Ditto. Biasanya dia memang lucu tapi gak pernah pakai istilah milenial begini. “Diajarin sama Azriel ya? Atau sama Saga?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Ready With Us : Famancy
Fiction généraleFamancy /fa. man. cy/ n. The art of loving your family in returns. | WARNING | Cerita ini mengandung konten tak masuk akal yang bisa membuat perut kalian sakit dikarenakan kebanyakan tertawa atau bisa juga sakit mata karena kebanyakan menangis. © 20...