Pagi tiba, matahari berhasil membuat Nara terbangun dari tidur lelapnya. Tempat asing ini berhasil membuat dia takut setengah mati, namun saat melihat Jimin yg tidur diperutnya berhasil membuat ketakutannya hilang
"Apa ini? Kenapa aku di rumah sakit?" batin Nara sembari memegang kepalanya yg agak sakit
"Tunggu, kenapa aku tak bisa mencium antibiotik? Flu ku belum hilang juga?" batinnya lagi
"Astaga Jimin, aku ingin ke toilet, tapi aku tak ingin membangunkanmu dari perutku"
Nara mengelus elus kepala Jimin, wajah Jimin yg tenang membuat Nara gemas dengannya. Nara juga menyingkirkan satu persatu rambut Jimin yg menutupi wajahnya, agar Nara melihat Jimin dengan jelas
"Aku berhasil menangkap situasi ini" sahut Jimin sambil membuka matanya
Nara sangat terkejut dan langsung menyingkirkan tangannya dari wajah Jimin
"Kenapa tak diteruskan? Bukankah itu nyaman?" ujar Jimin yg menyingkir dari perut Nara dan duduk dengan tegak
"Jimin, kenapa kau membawahku kesini?" tanya Nara yg juga mengalihkan topik pembicaraan
"Kau tak tau?"
"Aku sama sekali tak mengingatnya, aku tertidur terlalu pulas karena flu ini"
"Kau tak tidur sayang~ kau pingsan. Dan saat aku masuk kekamarmu, hidungmu penuh dengan darah, sarung bantalmu penuh bercak darah yg berasal dari hidungmu. Aku bahkan mengira kalau kau terkena demam berdarah, ketika mengetes panasmu, demammu sangat tinggi. Itu mencapai 42°C, dan saat aku mengangkatmu... Kau bahkan tak terbangun" kata Jimin sembari mengelus kepala Nara
"Benarkah? Saat demam aku tak pernah mimisan. Dan terakhir kali aku mengetes panasku, hanya 40°C"
"Kata dokter mimisan bisa terjadi jika demamu sangat tinggi. Dan apa?! 40°C?! Lihatlah kau ini, kau bahkan tidak menghubungiku. Bukankah kita sudah berjanji untuk saling terbuka?"
"Aku sangat lemah saat itu Jimin, bahkan membuka mata saja sangat sulit untukku"
"Maafkan aku, ini karena kencan kita semalam"
"Bukan Jimin, aku yg memaksamu untuk kencan diluar. Lagi pula aku menikmatinya"
"Kedepannya jangan sakit lagi, dadaku sesak melihatmu terbaring disini"
"Baiklah Jiminku~ tapi bagaimana kau tau kalau aku sedang sakit saat itu?" heran Nara
"Coba periksa ponselmu"
Nara segera menuruti permintaan Jimin, dia mencari cari ponselnya yg tak ada disekitarnya
"Jimin, mana ponselku?"
"Ah benar, ini" jawab Jimin sembari memberikan ponsel Nara yg baru di keluarkan dari sakunya
Nara segera mengecek pesan pesan yg dia lewatkan semalam dan terkejut dengan room chat dia dengan Jimin
"Astaga Jimin, kau menyepam padaku?"
"Ya, aku bahkan meneleponmu lebih dari 7x"
"Huahh, kau benar benar sosok pacar yg baik"
"Makanya jangan sakit lagi, melihatmu penuh darah.. Tanganku bahkan sangat gemeteran" ujar Jimin sambil memegang tangan Nara
"Kau tak bekerja? Bukankah kau bilang akan menghandle pekerjaanku jika aku sakit?" canda Nara setengah tertawa
"Tak jadi, kau sendiri disini. Aku takkan pergi" jawab Jimin yg langsung memeluk perut Nara dengan wajah imut cemberutnya
"Ayolah Jimin sayang, kau harus bekerja untuk wanita masa depanmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
All For Love ☑️
FanfictionSeorang CEO perusahaan teknologi juga perusahaan bisnis yg terkenal tampan dan arogan bernama Park Jimin. Dikenal juga dengan kekonsistenannya akan jatuh cinta, tak pernah jatuh cinta sehingga sering digoda wanita yg mengenalnya