*HALIM POV*
Pagi ini aku bangun cukup cepat. Berhubung tidak ada pembantu yang diharapkan memasak di rumah ini.
Sarah sudah bilang akan sarapan di kantornya atau dia bisa beli sendiri. Tapi, aku tetap memasak. Bukan yang berat berat, hanya roti sandwich panggang dan segelas susu untuk masing masing kami.
Aku sudah selesai mandi kemudian bersiap memanggilnya untuk sarapan. Hitung hitung buat permintaan maaf untuk kejadian kemarin.
Tek tok tek tok...
Suara derap langkah itu otomatis membuatku menoleh.
Tinggi sekali heels sepatunya.
Oh Sarah sudah datang."Sarapan yuk, aku udah buatin"
"Thanks, tapi aku sarapan nanti aja dikantor. Aku udah pesanin ke OB kantor buat beli" jawabnya cuek terus berjalan.
"Tapi aku udah buatin untuk porsi kamu juga"
"Please Halimah, aku ga suka dipaksa. Lagipula aku buru-buru, udah ditungguin dari tadi"
"Ditungguin? Sama siapa? Kan, aku nanti yang bakal anterin kamu kerja. Tapi tunggu sarapan" jawabku sedikit mengernyitkan kening mencari sosok yang akan mengantar dia. Tugas itu sudah diamanatkan ke aku oleh kakak dan orang tuanya."Apa harus aku melapor urusan pribadi kepada kamu?"
"Bukan begitu juga, aku cuman mengerjakan tugas yang diberikan keluarga kamu kan?" Aku balik tanya.
"Oke, please. I'm fine tanpa harus sarapan dan dianter oleh kamu. Dia pacar aku"Saat dia hendak pergi aku menahan pergelangan tangannya. Dia menoleh.
Desiran aneh tetap merayapiku saat hanya menyentuh tangan itu."Apa lagi?''
"Kalau tidak mau sarapan karena masih marah, tunggu sebentar. Aku buat ke kotak bekal saja. Lagipula aku sudah buat untuk porsi kamu juga. Setidaknya kamu bisa makan nanti. Kalau tidak suka kamu bisa membuangnya"Secepat kilat aku memasukkan sarapan dan susu itu ke kotak bekal dan segera menyerahkan nya.
"Sudah, kamu boleh pergi"
"Kamu gak meracun aku kan?"
"Sarah!"
Tanpa menyahut apapun dia segera beranjak.Aku kembali menatap punggung itu berjalan membelakangiku. Langkahnya begitu anggun seperti sedang berjalan di catwalk. Tapi apa apaan rok itu ketat sekali?
Saat dia sudah hilang dari pandangan mataku. Aku segera bergegas mengintip dari tirai, penasaran seperti apa rupa pacarnya itu.
Pacar...
Oh jadi pria itu lelakinya.
Dia cukup tampan, wajahnya cukup terawat. Mereka terlihat sepadan.
Tapi dari dalam diriku tidak menyukainya. Tapi siapa aku berhak tidak suka pacar orang lain?Gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Kebahagiaan
RomanceDua orang beda kepribadian, beda keyakinan, beda hobby, beda gaya hidup, beda penampilan, beda makanan kesukaan, dan tidak saling mengomentari satu sama lain. begitu awalnya. hingga suatu hari ada sebuah keadaan yang menjungkirbalikkan dunia keduan...