BRIAN

768 44 1
                                    

*Sarah POV*

HOAHMMM....
Aku bangun dengan malas malasan pagi ini. Untung aku tidak lupa menyetel alarm semalam sebelum tidur. Rapat akhir bulan semalam membuatku pulang sampai larut malam.

"Pagi Sarah"
"Pagi mami, eh lampu kamar tengah koq idup mi? Kita ada tamu?"
"Bukan tamu sayang, abang kamu sudah balik dari perjalanan bisnisnya"
"Sungguh? Brian sudah pulang?"
Secepat kilat aku lari ke kamar tamu. Tadinya aku bingung kenapa dia tidur di kamar tamu padahal dia punya kamar tidur sendiri. Tapi terserah dengan alasannya, yang penting dia pulang.  Dari kecil memang kami sangat dekat. Rasanya aku tidak bisa jauh-jauh darinya. Walaupun jarak usia kami terpaut 10 tahun tapi kami sangat dekat. Jadi teringat dulu sewaktu Brian berangkat untuk kuliah ke Aussie aku demam sampai seminggu.

"Briaaaann!!! Aaaah I Miss you so baad" aku langsung menubruk pintu kamarnya. Untung tidak dikunci.
"Sarah, Sarah, ck ck ck" bisa kudengar suara papi dari meja makan. Aku yakin dia geleng geleng kepala.
"Brian! Bangooon kebo!"
"Psst... Anak kecil apaan si?" Brian menggeliat.
"Aku merajuk nih?"
Secepat kilat dia langsung duduk.
"Ah, jangan gitu dong" dia merentangkan kedua tangannya. Dan senyumku langsung mengembang.
"Eh, ngomong ngomong kamu jadi adek koq gak mau sih panggil aku Abang?" Protesnya.
"Bodo! Brian! Brian!"
"Siapa suruh selalu panggil aku anak kecil?"
"Hehehe oh iya kamu udah dewasa ya? Berapa usiamu sekarang? Hmmm... ya ampun kamu sudah 27 tahun anak kecil?"
"Tutup mulutmu Brian"
"Kapan nikah?"
"Bodo nikah! Kamu aja sudah nikah malah cerai"
"Please deh, jangan diungkit lagi ya adek zheyeng"
" Makanya dong, jangan ngajak ribut"
"Iya deh, iya deh, kamu menang. Wanita kan selalu benar. Padahal siapa yang datang kesini cari ribut"
"Jadi ceritanya ngusir nih?"
"Arghhh salah lagi, salah lagi"
"Hahahaha you loose!''

Setelah puas gangguin dan jahilin Brian aku berangkat kerja. Sebenarnya aku sudah merengek minta diantar tapi dia ada urusan mendadak. Dan dia berjanji akan mengantar jemput besok. Dengan berat hati aku mengiyakan. Hubungan persaudaraan kami memang rada aneh. Padahal usia kami sudah sama sama bukan anak kecil lagi, tapi kami menikmati bertingkah alami kekanak-kanakan di rumah. Mami dan Papi sering protes melihat tingkah kami.
"Mi, dulu usia Mami yang ke 25 tahun, kita sudah punya Brian sama Sarah ya mi"
"Iya nih Pi, piye anak-anak kita toh Pi?

Mendengar percakapan mereka seperti itu aku sama Brian cuman bisa pasang pura pura tuli, pura pura bodoh, paling banter cuman bisa nyengir.

Dosa KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang