*HALIM POV*
Hari ini aku sangat senang. paling senang sepanjang aku hidup. bagaimana tidak, akhirnya aku mendengar apa yang kuharapkan selama ini. ya, pengakuan Sarah. dari awal aku terlalu yakin kalau dia memang memiliki perasaan yang sama, tapi perjuangan ku untuk meruntuhkan kebohongan itu yang kuanggap sangat ajaib. Ajaib karena aku mendengarnya disaat aku sudah menyerah.
Tapi ada sesuatu yang mengganjal di benakku saat ini.
***
Aku tidak tau mengapa pribadi Sarah begitu kaku. padahal keluarganya begitu luwes. pembawaan masing-masing orang kecuali dia sangat ramah. Lihatlah, baru saja dia mengakui perasaannya tapi sekarang sudah balik jutek. baru saja kami bercinta tapi sifat juteknya sudah kembali, tapi justru itu yang membuatku tidak bisa menghilangkan dia dari dalam hatiku, pancingan sifat batunya yang membuat rasa penasaranku meronta-ronta. dan, ya. akhirnya aku terjebak disana.
"Jadi?"
"Jadi apanya?"
"Arti dari pengakuanmu tadi kita bisa jadi serius?"
Pertanyaanku barusan membuatnya berhenti sejenak dari aktivitas merapikan pakaiannya. kemudian melanjutkan lagi. tidak mendapat respon apapun aku turun dari bangsal, memeluknya dari belakang.
"Bolehkah kita begini saja terus?"
"Aku harus pulang Halim"
"Boleh hentikan waktu sejenak? aku tidak mau melewatkan kesempatan seperti ini sayang?"
"..." hanya diam responnya. tapi aku merasakan ada air mata yang jatuh ke lenganku. aku membalik badannya.
"Tatap aku Sarah, please apa yang salah sekarang?"
"Tidak ada"
"Kalau begitu kita bisa pacaran?"
"Tidak"
"Mengapa? aku suka, kamu suka, dan kita sudah melakukannya"
"hanya karena aku mengakui perasaanku dan bercinta denganmu bukan berarti kita akan bisa menjadi kekasih"
"Mengapa?"
"Memang seharusnya tidak bisa kan?"
"Siapa bilang? kamu hanya tidak mau"
"Berapa banyak hati yang harus kita patahkan dan hancurkan, hmm? sanggupkah kamu?"
"Kita bisa backstreet"
"Sampai berapa lama?"
"..."
"Kamu tidak bisa menjawab karena juga tidak tau jawabannya kan?"
"Aku tau"
"Apa?"
"Aku akan melakukannya"
"Apa?"
"Aku akan meminta dirimu dari ayah dan ibumu"
"Jangan gila"
"Iya benar aku sudah gila karenamu. aku sudah memikirkannya aku akan memperjuangkan hal yang kuyakini"
"Sekalipun keyakinanmu itu salah?"
"Iya"
"Aku tidak mau kamu melakukan itu Halim, tolong jangan kekanakan"
"Lihat? kamu yang tidak mau Sarah, kamu pengecut"
"Iya benar! katakan aku seorang pecundang atau pengecut! aku tidak bisa menghancurkan masa depanmu. hati ibuku, hati ibumu, semuanya!" dia menjawab dengan sedikit emosional.
"Alasan"
"..."
Dia telah selesai berberes kemudian akan melangkah pergi.
"Tunggu" aku mencekal pergelangan tangannya.
"Jadi, apa maumu sekarang hah?"
"Kita selesai"
"Bahkan disaat kita belum memulai apa-apa?"
"Kita memang tidak pernah memulai apa-apa tapi kita melakukan banyak hal"
"Jadi?"
"Maaf, aku harus pulang sekarang, dan..."
"apa?"
"Richard melamarku"
"Aku tau, pulanglah"
"Kemungkinan kamu akan menerimanya kan?" bagaimanapun juga aku tidak seberani itu untuk mendengarkan jawaban iya 'nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Kebahagiaan
RomanceDua orang beda kepribadian, beda keyakinan, beda hobby, beda gaya hidup, beda penampilan, beda makanan kesukaan, dan tidak saling mengomentari satu sama lain. begitu awalnya. hingga suatu hari ada sebuah keadaan yang menjungkirbalikkan dunia keduan...