*HALIM POV*
Motor kutepikan sembarangan begitu melihat plang tempat yang dimaksud seseorang tadi. Tidak ada kesusahan yang berarti saat aku masuk.
Dentuman musik Jedag jedug serasa membuat telingaku tuli. Kenikmatan apa yang orang cari di tempat ini tidak dapat ku mengerti. Sungguh.
Aku terpaksa berjalan ditengah orang orang yang menari tidak karuan. Semua terlihat seperti tarian ular. .
Tapi siapa aku berhak menghakimi dosa orang lain?
Sudah lebih 20 menit aku mencari Sarah, tapi dengan keadaan orang orang yang sebanyak ini kacaunya, bagaimana aku bisa menemukan dia dengan mudah?
Bugh!
Seseorang menabrakku sampai aku terhuyung kesebuah sudut. Sebenarnya kesal tapi apa gunanya melawan orang yang mabuk?Mataku tertuju ke sebuah sofa tidak jauh dari tempatku berdiri, ada tiga atau empat pria disana. Tidak tau apa yang membuatku untuk mendekati mereka.
Aku terkesiap. Diantara mereka ada Sarah yang terlihat sudah sangat mabuk. Pakaiannya sudah berantakan."Ayo kita bersenang senang sayang" seorang pria berwajah oriental berusaha menarik pinggang Sarah. Sarah tersenyum tidak karuan tapi berusaha menepis tangan itu.
"Gila nih cewek bro, jinak jinak merpati"
"Bagus dong bro, gini kan tipe yang mantap untuk disantap bersama. Ada tantangan kan bagus"
"Hahahaha bisa aja lu bro"
Percakapan itu membuat darahku.
mendidih."Lepaskan tangan najismu dari temen gue anjing" bentakku tak bisa menahan diri lagi.
"Apa lu!!! Siapa lu? Pergi lu, ganggu kesenangan aja!!!"
"Iya nih, kalau mau ikutan bisa juga bro, biar lebih seru"
"Dasar manusia laknat Lo semua! Ga punya ibu? Ga punya saudara perempuan? Ga lahir dari seorang perempuan? Sanggup banget lecehin wanita segitunya"
Aku berusaha menarik tangan Sarah, tapi dari mereka ada yang menahannya.
"Kurang ajar nih bocah bro, malah dakwah"
"Lepasin gak Lo!!!"
"Kalau gak Lo mau apa?!!"
Mendengar itu dalam hati cuman bisa berkata supaya mereka jangan menyesal.Dari kecil aku sudah ikut pencak silat oleh ayah. Dan tidak pernah diajarkan dipakai untuk kekerasan, tapi aku tidak ada pilihan kali ini. Posisinya aku yang bertanggung jawab atas Sarah.
Sudah tidak tahu berapa lama atau berada jam aku melawan empat pria bajingan ini. Suasana bar yang sudah kacau hanya dengan musik dan minuman makin kacau dengan perkelahian ini. Banyak wanita yang histeris. Akhirnya aku bisa melumpuhkan mereka semua.
Dengan napas tersengal aku memapah Sarah, dia sudah tidak sadar sama sekali. Dan disaat hendak berjalan aku merasakan ada sesuatu. Aku bisa merasakan pergerakan seseorang lewat udara sekitar. Aku berbalik dan mendorong tubuh Sarah ke kerumunan orang orang. Semoga mereka memeganginya.
Praaaannggg...
Sebuah botol pecah
Mungkin kalau aku tidak cepat bergerak kepalaku atau kepala Sarah sudah jadi korban.Tapi sebagai gantinya tanganku yang jadi korban. Pria brengsek itu malah tersenyum sambil mengacungkan dua jari tengahnya.
Hmmm dia memancingku.
Aku tau keseimbangannya sudah oleng, dengan gampang aku bisa mendikte pergerakannya. Hanya sekali tendangan, aku mengincar tepat di kemaluannya.
Dan,
Baaammm!
Ya.
Dia mampus dengan penuh kesakitan.
Aku tidak peduli.
Kalau bisa telornya juga pecah.Daripada memapah orang yang tidak sadar, aku memutuskan untuk menggendong Sarah. Itu jauh lebih membantu. Aku mencari kunci mobil ditasnya. Untung ketemu.
Aku menidurkannya di belakang kemudi.
Sekarang baru kusadari dengan jelas pakaiannya mebuatku menelan ludah. Aku cukup tidak rela membayangkan jangan jangan dia disentuh para pria brengsek tadi.
Buktinya kenapa pakaiannya begitu berantakan?
Aku mungkin tidak cukup mengenalnya, tapi aku tau pasti dia wanita perfeksionis. Dia selalu rapi. Tidak mungkin dia memakai style berantakan.Ditengah jalan, dia tiba-tiba duduk. Sambil memegangi kepalanya dia berkata,
"Perutku sakit, aku mau muntah"
"Tahan sebentar, aku cari tempat yang tepat" jawabku waspada, takut dia muntah disana.
Lagipula siapa yang sakit perut tapi memegangi kepalanya?
Dasar orang mabuk.Untung aku segera menemukan sebuah minimarket yang buka 24 jam.
"Maaf mba, nanti saya belanja tapi numpang toilet dulu bisa kan?"
Si penjaga minimarket malah melihat kami dengan tatapan bingung."Tenang aja mba, nanti saya bayar lebih untuk toiletnya"
Oooo oeeek.... Mampus. dia sudah muntah. Bagus Sarah kamu menambah beban ku sekali lagi untuk membersihkan muntahanmu.
"Si silahkan mas" si penjaga kelihatan panik.
Ya ampun aku malah dianggap mas mas.
Tapi itu tidak penting. Aku harus segera membawa Sarah ke toilet sebelum dia menimbulkan masalah yang lebih besar.Aku menepuk nepuk tengkuknya supaya minuman memabukkan yang dia konsumsi tadi bisa keluar. Semakin banyak keluar semakin bagus.
Huhhhfff.... Arggghhh...
Akhirnya selesai. Membeli obat pereda mabuk. Dan membersihkan muntahannya.
Entah kenapa mataku sedikit gelap saat akan kembali menyetir. Tapi aku berusaha untuk tetap fokus.
"Dingin..." Ujarnya terduduk.
"Matiin AC nya aja"
"Panas" jawabnya lagi.Dasar wanita gendeng.
Dia kedinginan tapi tetap mau hidup AC gimana gak dingin?
Hanya bisa menarik napas mengingat dia masih belum sadar dari mabuknya.
"Ini kan mobil aku, kenapa kamu yang bawa? Kamu pencuri ya?" Sekarang dia memaksa duduk di depan juga.
"Haaahh????" Aku tidak menyangka dirinya separah itu.
"Kamu ngapain nyetir? Kamu mau macem-macemin aku ya?""Ssssstttt.. please Sarah. Diem ya. Aku Halim. Tugasku buat jagain kamu. Lupa? Lihat ini. Aku luka. Gara gara jagain kamu" aku menutup mulutnya dengan jari biar tidak ngaco. Demi apa juga aku nunjukin luka luka yang kudapat kepada orang mabuk?
"..." Tidak ada jawaban. Dia hanya melihatiku.
Bagus kalau dia bisa ingat.
"Udah jangan lihatin aku terus, nanti suka!" Kataku iseng.
Tanpa aku sangka jarinya bergerak menyentuh lenganku yang luka. Kamudian menyentuh ujung bibirku.
"Ini juga luka karena aku ya?"
Aku tidak menyahut tapi melihatnya di kaca mobil. Dan ya ampun benar. Bibirku juga luka. Pantas si penjaga minimarket menatapku dengan tatapan yang sangat sulit dijelaskan.
Tiba-tiba aku hanya bisa mematung saat Sarah meletakkan tangan nya ditengkukku dan menarik kearahnya. Dia mengunci tatapanku. Dan aku terbuai dengan mata indahnya.
Ada apa dengannya?
"Kamu sudah mengajari aku obatnya"
Dia membisikkan kalimat itu dengan jelas ditelingaku. Ada sensasi aneh yang kurasakan. Aku merinding.
Awalnya aku hanya bisa melotot tidak percaya dengan apa yang dilakukan nya. Aku sudah berusaha mendorong tapi rasanya lenganku lemah atau sarafku yang lemah akibat rangsangan dia berikan. Aku tidak bisa diam lagi saat lumatan bibirnya mulai panas, lidahnya juga mulai bermain. Dia ahli, kurasa dia sering melakukannya."Awwww..." Aku meringis kesakitan saat dia menggigit lidahku. Dasar wanita gila. Setelah kelakuan anehnya dia minta maaf dan tertidur.
Aku melirik dia yang tertidur. Cantik. Dia sempurna. Aku mulai menyadari sesuatu hal dalam diriku. Aku mulai aneh. Hanya Tuhan yang tau apa yang akan terjadi kedepan.
Tuhan, apa yang harus kulakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Kebahagiaan
Storie d'amoreDua orang beda kepribadian, beda keyakinan, beda hobby, beda gaya hidup, beda penampilan, beda makanan kesukaan, dan tidak saling mengomentari satu sama lain. begitu awalnya. hingga suatu hari ada sebuah keadaan yang menjungkirbalikkan dunia keduan...