HANGAT

513 48 0
                                    

*Halim POV*

Wanita itu yang bersama Pak Brian benar benar menyebalkan. Sangat sombong. Mungkin dia calon istri orang kaya seperti Pak Brian tapi tidak seharusnya dia bisa ngomel ngomel tidak jelas kepada  siapapun. Kalau dia punya masalah dengan kekasihnya tanya langsung ke orangnya, jangan melampiaskan ke orang lain.

"Da balik lu Lim?"
"Udah Wan"
"Beruntung benar lu nganterin orang cantik"
"Seharusnya elu tadi yang antar, apes gue. Pulang disuruh nyari transportasi sendiri"
"Jadi mobil calon istri bos ga Lo bawa balik?"
"Ga lah, gimana mau bawa gua disuruh pulang. Naik ojol gua"
"Sabar bro, biasa mah gitu. Namanya cewek. Kesal sama pacar semua orang kenak imbasnya"
"Ya kali, gua jadi cewek ga kayak gitu"
"Tapi cewek gua juga gitu Lim"
"Seriusan lu? Tahan lu sama sifat gitu?"
"Yang namanya cinta tahan ga tahan, harus ditahanin"
"Bacot tu cinta"
"Ga pernah jatuh cinta kali Lo Lim"
"Siapa bilang? Gua normal bro"
"Yang Lo suka cowok?"
"Iya iyalah begok! Gua normal kali masa belok"
"Tampang Lo tuh abu abu tau Lim"
"Kampret lu Wan"
"Jujur gua Lim, tapi kalau suatu saat lu pacaran sama cewek gua gak bakalan heran si"
"Apaan si lu"
"Hahaha santai bro"

Jam menunjukkan pukul 06.30 wib saat sebuah panggilan telpon mengganggu aktivitas menonton kartun Spongebob kesukaanku.
"Halimah, angkat tuh dari tadi hape kamu berdering terus" ibu mengingatkan.
"Iya Bu" jawabku mengangkat panggilan itu dengan malas. Mana nomor baru lagi.

"Iya halo, siapa nih?" Tanyaku tak acuh.
"Iya, halo sore Halim. Ini saya Brian"
"Pak Brian maksudnya?" Sontak nadaku berubah. Wanitanya tidak mengadu yang tidak tidak karena hal tadi pagi kan?
"Iya benar"
"A... Ada apa ya Pak telpon tiba tiba?"
"Oh iya nih, sori ganggu waktu kamu, mau minta tolong bantuin Sarah, mobilnya mogok. Saya lagi gak bisa bantu makanya minta tolong kamu. Bisa?" Sebenarnya aku ngerti itu perintah walaupun kalimatnya susunan kata minta tolong. Dan mana mungkin bisa menolak.
"Hmmm baik Pak, lokasi kekasih bapak dimana sekarang?"
"Hah? Kekasih?" Sahut orang diseberang dengan nada bingung. Kenapa dia bingung? Apa pertanyaan ku salah?
"Yang saya antar tadi pagi kekasih bapak kan?" Jawabku pelan takut salah ngomong.
"HAHAHAHA"
"..."
hanya bisa terdiam menunggu Pak Brian tenang dari tawanya. Perasaan tidak ada yang lucu kenapa dia kaget trus tertawa? Pasangan yang aneh.
"Halim"
"Iya Pak?"
"Kamu salah paham, dia bukan kekasih saya. Dia adik perempuan saya"
"HAAAAAH?!!!"
"jadi, bisa bergerak sekarang ya. Nanti saya akan teks alamat ke kamu, dari nomor ini juga nomor sekretaris saya"
"Baik Pak"
"Thanks sebelumnya ya, saya minta tolong ke kamu karena lebih percaya perempuan yang bantuin Sarah"
"Sama sama Pak"

Oh jadi namanya sarah

Kejadian konyol yang aneh hari ini, yang kusangka pasangan kekasih ternyata kakak adik. Tapi bukan salahku sepenuhnya. Infonya juga dari Iwan ditambah pembawaan mereka pas jalan. Sangat mesra sebagai kakak adik.

Sudah hampir jam tujuh malam ketika aku sampai ditempat Sarah.
Dia cukup kaget melihatku yang datang tapi tidak punya pilihan.
"Yakin bisa perbaiki mobil?" Dia bertanya ragu. Kenapa dia ragu? Apa karena dia sudah tau aku wanita?
"Ga bakal tau bisa kalau belum dicoba"
"..."
Setelah mengeluarkan beberapa alat aku mulai beraksi. Terakhir merangsek ke bawah mobil dia.
"Ambilin tang" tanpa berkata apa apa dia memberikannya.
"Kunci L"
Mencoba beberapa uasaha untuk perbaikan akhirnya menemukan dimana letak salahnya, tapi yang jadi masalah sekarang ada onderdil yang sudah rusak dan tidak ada cadangan.
Tidak ada cara lain selain meminta bantuan temanku untuk mendatangkan mobil derek untuk membawa mobilnya ke bengkel.

Tes tes tes

Yang tadinya langit mulai berbintang tiba tiba mendung dan gerimis.

"Shiiit! Mana hujan lagi" dia mengumpat. Kenapa wanita ini sangat suka menggunakan kata kasar itu? Dia mengutuk hujan? Padahal aku sangat suka hujan.

DDUAAAARR!!!!
petir juga menggelegar
"Aaaaaaa!!!" dia histeris tersungkur sambil menutup kedua telinganya.
"Ayo berteduh dulu" ajakku  kasihan melihatnya ketakutan. Berapa usianya sampai bisa takut petir?

Kami hanya bisa berteduh dibawah sebuah pohon sampai mobil derek yang kupesan tiba.

"Jadi, kamu mau aku antar?"
"Pulang aja, aku ntar telpon Brian buat jemput"
"Yakin?" Tanyaku tak yakin. Kalau memang Pak Brian bisa menjemput dari awal sudah tentu bukan aku yang mambantunya.
"Iya" jawabnya ragu.

Tentu saja aku tidak langsung pergi, aku menunggu dia yang berusaha menghubungi yang entah siapa aja.
"What's the fucking hell going on today" dia kembali mengumpat.
"Gimana? Bisa?" Aku memastikan.
"Kalau mau pergi ya pergi saja, aku bisa pesan gojek, gocar, atau apa aja"
"Yakin?"
"Kenapa tidak?"
"Lihat penampilanmu, rok pendekmu itu. Apa tidak takut? Minggu lalu ada wanita yang dibunuh supir ojol, masih gak takut?"
"...''
"Baiklah kalau tidak mau diantar, aku pulang"
"Tu... Tunggu"
"Ya?"
"Aku ikut"

Hahaha dia takut

Baru jalan sepuluh menit terpaksa aku menepikan motor trail ku. Gerimis yang berubah jadi hujan yang makin deras yang menjadi penyebabnya.
"Nih, pakai" aku menyampirkan jaket jeansku dan mantel hujan.
"Kamu gimana?"
"Jangan bawel,  pakai aja"
Dia menurut. Bisa juga jadi anak manis. Sebelum naik aku meletakkan topi dikepalanya berhubung helm hanya ada satu dan aku pakai.
Kondisi motor trail yang pada dasarnya tidak dirancang untuk dua orang, membuat dia mau tidak mau duduk cukup dekat denganku. Mungkin dia tidak nyaman. Aku apalagi. Menerobos hujan yang makin menjadi membuat aku mulai kedinginan. Tidak ada cara lain, Aku harus mengendarai lebih cepat. Sarah mengeratkan pelukannya.

DEG!
aku bisa merasakan benda kenyal itu menyentuh punggungku yang sangat kedinginan. Dan pelukannya membantuku memberi sedikit rasa hangat. Jantungku tiba tiba tidak karuan. Oh tidak! Apa yang kupikirkan? Sadar Halimah. Sadar.






Dosa KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang