pre-lude

4.8K 367 9
                                    

Selamat membaca !

Wina (Vienna), Austria. 1880

Pada abad ke 18 hingga 19 musik klasik mengalami perkembangan pesat, banyak komponis musik yang melahirkan instrumen-instrumen dan komposisi melodi yang terkenal hingga seluruh penjuru dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada abad ke 18 hingga 19 musik klasik mengalami perkembangan pesat, banyak komponis musik yang melahirkan instrumen-instrumen dan komposisi melodi yang terkenal hingga seluruh penjuru dunia. Eropa memasuki abad klasik dimana sejarah tentang musik klasik terbentuk. Semua masyarakat pada zaman itu baik rakyat miskin ataupun sang saudagar kaya menyukai lantunan melodi yang indah.

Pasar memang menjadi tempat berkerumun banyak orang, di sebuah pasar yang terletak di pinggiran kota Wina yang merupakan ibu kota dari kekaisaran Habsburg tentu keramaian adalah hal yang tidak dapat terhindarkan. Beberapa orang singgah sejenak untuk mendengarkan sebuah permainan piano yang sangat apik dari jari lentik lelaki dengan senyum yang sangat menawan.

Lantunan nada Fur Elise milik Bethoveen keluar dari tust piano berwarna coklat yang telah usang. Wina memang kota yang terkenal dengan musiknya, hampir seluruh Eropa mengetahui bahwa komponis musik dunia lahir di kota ini, termasuk Mozart.

Ketika nada tersebut tak lagi terdengar, senyuman mengembang di bibir sang pianis tersebut, tepukan tangan warga memenuhi telinga sang pianis membuatnya sedikit meresa bangga dengan dirinya sendiri.

Bravo Na Jaemin, aku pikir kau akan menjadi Bethoveen kedua.” tutur seorang lelaki yang baru saja datang sambil bertepuk tangan.

Na Jaemin, sang pianis berwajah manis itu hanya tersenyum dan terkekeh, kerumunan membubarkan diri setelah tak ada tanda-tanda Jaemin tidak akan memainkan musiknya lagi.

“Ini hanyalah permainan tangan, Renjun.” sangkalnya.

“Tentu saja, permainan tangan seseorang yang diberkati, seperti dirimu.” tambah Renjun.

Jaemin meraih tangan sahabatnya, “Lupakah kau tangamu juga tangan emas?”

Lalu keduanya terkekeh setelah saling memuji satu sama lain.

🎻


Seorang pemuda bermantel yang terbuat dari kulit itu turun dari kuda hitamnya yang kekar dan mengikat kudanya di sebuah tiang khusus. Berterimakasih kepada pelayan rumahnya yang tengah sakit dan mengharuskan pemuda itu turun ke pasar untuk membeli gandum. Sebenarnya seluruh pelayan di rumahnya dapat melakukan hal ini, namun sedikitnya pemuda itu ingin berjalan-jalan di sekitar pasar kota kelahirannya ini.

Sayup-sayup dalam setiap langkahnya dia mendengar banyak lantunan musik yang sengaja dimainkan oleh para seniman lokal, kota kelahirannya adalah kota musik tentu tak heran sepanjang jalan di Wina akan dipenuhi oleh lantunan alat musik.

Masuk ke toko gandum yang biasa dia beli, penjualnya merasa terkejut ketika sang Tuan datang langsung untuk membeli gandum padanya.

“Tuan Lee, selamat datang, tidak seperti biasanya anda datang kemari.” ucap sang penjual sopan, cukup tahu diri dengan posisi sang pembeli.

Pemuda itu ramah, Lee Jeno namanya. Senyumannya begitu manis dan menenangkan hati, “Aku datang untuk membeli gandum, tapi sayangnya aku tidak dapat membawanya bersamaku, apa anda dapat mengirimkannya ke rumahku?” tanya Jeno dengan sopan, tangannya dia bawa untuk menggenggam biji gandum yang ada di toko itu.

“Dengan senang hati Tuan Lee.

Setelah mengucapkan terimakasih, Jeno membawa kakinya melangkah menuju sumber suara dimana lantunan nada Fur Elise terdengar di pasar tersebut. Bahkan keramaian tidak dapat melunturkan lantunan nada cinta itu.

Sebuah kerumunan membuat Jeno penasaran, dia yakin bahwa nada-nada indah tersebut berasal dari kerumunan tersebut. Membaur bersama warga setempat, dengan tinggi badannya Jeno dapat melihat seorang pemuda dengan jari yang lincah tengah memainkan tust piano.

Betapa mata Jeno tidak dapat berpaling melihatnya, kulit yang hampir sama putihnya dengan kain yang dipakainya, bibir merah merekah layaknya bunga mawar, senyuman yang Jeno yakini menjadi senyum paling manis yang pernah dia lihat. Lagi jari-jari panjang nan kecil itu menari-nari diatas tust piano dengan indah. Ada sebuah getaran yang membuat Jeno enggan mengalihkan pandangannya. Entah pada musiknya atau manusianya tapi Lee Jeno merasa

Dia telah menjatuhkan hatinya.

🎻


Navier Jaemin

(Lebih dikenal dengan nama Na Jaemin)Seorang pemuda yang menjalani hidupnya dengan bebas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Lebih dikenal dengan nama Na Jaemin)
Seorang pemuda yang menjalani hidupnya dengan bebas. Hidupnya sebagian besar hanya tentang musik dan tumpukan buku-buku.


Friedrich Jeno Lee

(Lebih dikenal dengan Jeno Lee)Seorang pembisnis kopi yang terkenal di Vienna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Lebih dikenal dengan Jeno Lee)
Seorang pembisnis kopi yang terkenal di Vienna. Selalu menjadi dambaan para wanita-wanita sayangnya sejauh ini tidak ada wanita yang benar-benar mendapatkan hatinya.


Sonata | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang