08

351 65 12
                                    



Netra itu membulat lalu mengerjap, binar matanya seterang bintang-bintang yang ada di atas sana. Semilir angin malam menjadi alunan orkestra sebuah drama tautan antara tatapan seorang Friedrich dan Navier. Kata-kata yang baru terlontar beberapa saat yang lalu masih belum memiliki jawaban, tentunya hal ini dikarenakan sang pemberi jawaban merasa kelu lidahnya.

Jaemin bahkan mampu merasakan kalau kakinya melemas dan jantungnya berdegub dengan kencang. Seribu sial, menatap wajah Jeno yang ada di hadapannya semakin membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan walaupun wajahnya terbakar panas. Jeno memandang Jaemin yang terkejut dan bibirnya sedikit terbuka karena tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh dirinya beberapa saat yang lalu.

Jeno tidak bisa menahan dirinya lagi, dia rengkuh lebih dalam pinggang Jaemin, dia tempatkan bibirnya diatas bibir plum milik Jaemin.

"Mnh!" Jaemin melenguh ketika bibir Jeno menyapa miliknya.

Sebuah pertautan yang membawa dampak sangat besar pada diri Jeno, jutaan kembang api meledak dalam hatinya merasakan sapaan bibir Jaemin.

Pelan-pelan ia melumat bibir Jaemin, menyesap manisnya bibir yang sudah lama menyita perhatiannya. Sebuah ciuman hangat bercampur rasa wine yang cukup banyak Jeno konsumsi. Jaemin terbuai, ciuman Jeno melumpuhkan akal sehatnya. Jeno merengkuh kembali pinggangnya, mengusap-usap pinggang miliknya sembari menyesap bibir bawah Jaemin. Oh Tuhan, inikah salah satu surga yang kau janjikan?

Jaemin mengalungkan tangannya pada leher Jeno, membalas ciuman itu secara perlahan sembari meremat pelan bahu sang Friedrich. Jeno merasa senang luar biasa ketika Jaemin membalas ciumannya itu. Saliva mereka bertukar, Jaemin bisa merasakan manisnya lidah Jeno yang membuatnya semakin mabuk malam ini.

Ciuman itu terputus, Jeno menatap Jaemin. Lelaki itu semakin cantik setelah ia menciumnya, Jeno akan mencium lelaki ini setiap hari. Jeno akan memujakan bak seorang dewi, akan Jeno bubuhkan kecupan di setiap inchi wajah Jaemin.

Jeno mencium pipi Jaemin lembut, lalu menciumi leher lelaki itu, dan kembali mencium bibir Jaemin. Mereka memadu kasih selayaknya tokoh-tokoh dalam cerita fiksi. Menurut Jeno, saat inilah pesta yang sesungguhnya. Pesta antara dirinya dan Jaemin.

🎻

Bukan kali pertama Jaemin bangun di atas tempat tidur Jeno, ini kedua kalinya. Namun, yang paling parah saat ini adalah mereka berdua bertelanjang dada dan Jaemin tidur dalam pelukan Jeno. Pelukan yang sangat dalam. Jaemin mengerjap menatap wajah lelaki yang terlibat malam panas dengannya semalam, walau mereka belum melakukannya ke tahap yang lebih jauh. Jaemin mengutuki dirinya sendiri, bodoh sekali dia terbawa perasaan semalam dan mencium Jeno begitu dalamnya.

"Ugh, aku harus pulang, aku sangat malu!" gumam Jaemin.

Secara perlahan Jaemin melepaskan pelukan itu, Jeno tampaknya tidur dengan sangat lelap. Jaemin pun diam-diam keluar dari kamar itu, bahkan ketika ia keluar dari kamar Jeno tidak ada orang di rumah utama selain dirinya. Jaemin tidak penasaran kemana semua orang pergi, yang dia inginkan hanyalah segera pulang dan menghindari Jeno karena malu.

Jeno terbangun dengan sisi ranjangnya yang kosong, seolah ada sesuatu yang hilang dari dirinya, tubuhnya langsung refleks terbangun. Setelah menyadari bahwa Jaemin sudah tidak ada di tempat tidurnya, Jeno terkekeh. Pasti lelaki itu mengendap-endap keluar karena malu kembali tertidur di kamar Jeno.

"Astaga, kenapa dia lucu sekali?!" Jeno kembali terkekeh membayangkan apa yang Jaemin lalukan tadi pagi untuk terbebas dari pelukannya.

"Semalam dia menciumku, pagi ini dia meninggalkanku? Astaga, Jeno, lihatlah dirimu, kau ditinggalkan ha ha ha..." Jeno terkekeh kembali, dia akan menemui Jaemin nanti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sonata | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang