01

2.1K 275 60
                                    

Selamat membaca !

🎻

🎻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




“Luar biasa!”

Seruan itu membuat sang pianis membalikkan badannya, dan melihat seorang pemuda dengan mantel kulit tengah memujinya. Dapat Jaemin simpulkan bahwa lelaki yang tengah memujinya adalah seorang yang terhormat dari cara berpakaiannya.

Jaemin tersenyum manis dan berterimakasih kepada lelaki yang memujinya itu, “Terimakasih atas pujianmu, Tuan.” ucap Jaemin.

“Vienna adalah kota musik, setiap hari kita mendengarkan musik di kota ini. Namun sungguh, pertama kalinya dalam hidupku aku tertarik kepada melodi yang kau mainkan.” puji Jeno terang-terangan.

Jaemin tersipu dibuatnya, bermain musik hanyalah salah satu dari hal yang digemarinya. “Anda terlalu berlebihan Tuan, Ada banyak pianis yang jauh lebih baik di Vienna.” kata Jaemin berusaha tetap rendah hati.

“Tapi di seluruh Vienna tidak ada pianis semanis dirimu.”

Entah apa yang membuat pemuda didepannya ini terus-menerus memujinya dan membuat dirinya tak bisa menahan senyum di pipinya, terlebih sebuah pujian yang mengatakan tidak ada pianis yang lebih manis dari dirinya.

“Ah, Aku Lee Jeno, siapa namamu?” tanya Jeno sambil menyodorkan tangannya.

Jaemin sedikit terkejut mendengarnya, marga Lee adalah marga yang cukup disegani di kota ini, dan setidaknya Jaemin pernah mendengar bahwa Lee Jeno adalah salah satu pembisnis yang terkenal di Vienna dan masih memiliki hubungan dengan anggota kekaisaran.

Jaemin mengelap tangannya yang berkeringat usai bermain piano ke celananya dengan asal, memastikan tangannya tidak kotor untuk menjabat tangan seorang yang terpandang seperti Lee Jeno.

“Aku Na Jaemin, maafkan aku karena berbicara kurang sopan kepada anda, aku tidak tahu anda bagian dari keluarga Lee.” ujar Jaemin.

Jeno terkekeh, sudah terbiasa dengan orang-orang yang mendadak segan setelah mengetahui dirinya adalah bagian dari keluarga Lee. “Tidak perlu segan Jaemin, aku rasa kita lahir di tahun yang sama.”

“Sepertinya begitu, Tuan.”

Jika Jaemin perhatikan lebih jeli lagi, dia bisa melihat rahang tegas dengan kulit putih bersih milik sang tuan, serta matanya yang tajam layaknya elang, dapat jaemin pastikan jika tidak tersenyum maka mata itu akan menjadi sangat mengintimidasi. Ada sebuah titik hitam di bawah mata Jeno, membuat titik itu terlihat begitu indah di tengah-tengah halusnya kulit wajah Lee Jeno.

Sonata | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang